(Lebih) Peduli Ekosistem

Ekstremitas cuaca telah membawa bencana hidro-meteorologi, dengan daya rusak lebih besar. Di Jayapura (Papua) sekaligus terjadi tiga bencana: banjir akibat hujan deras, banjir rob air laut, dan tanah longsor. Merenggut 7 korban jiwa, dan 4 luka berat. Kantor gubernur Papua, juga terendam bersama dua ribu rumah warga, dan 8 sekolah. Bencana hidro-meteorologi yang menyergap Papua, menjadi “pembuka” duka mendalam tahun 2022 dampak kerusakan lingkungan. Bulan Januari – Pebruari menjadi puncak musim hujan.

Seluruh daerah terancam banjir dan longsor, bersamaan cuaca ekstrem. Hulu sungai luruh membawa material longsoran, menerjang perkampungan, dan ladang. Longsor yang makin meluas menjadi tanda penyusutan daya dukung lingkungan makin meluas secara masif dan sistemik. Makin terasa pedih karena banyak warga masyarakat menjadi korban jiwa yang tertimbun longsor. Pemerintah perlu menata ulang konsep penguatan ekosistem esensial.

Semakin banyak hutan gundul, karena ditebang dan dibakar. Sebagian alih fungsi dimaklumi sebagai mata-nafkah masyarakat, dan tempat tinggal. Namun sebagian besar dilakukan oleh sindikat bermotif ekonomi. Berdasar catatan BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana), sepanjang tahun 2021 terdapat 3.092 bencana alam. Hampir seluruhnya tergolong hidro-meteorologi, dipicu cuaca ekstrem. Jawa Barat dan Jawa Timur, paling banyak terdampak bencana selama tahun 2021.

Walau sebenarnya secara kuantitatif, jumlah bencana menurun dibanding tahun 2020 (sebanyak 4.649 kejadian). Namun ironisnya, jumlah korban jiwa semakin banyak (naik 76%). Bahkan korban luka naik hampir 23 kali lipat, menjadi sebanyak 14.116 orang. Kenaikan jumlah korban jiwa, dan korban luka, menunjukkan sistem mitigasi bencana, terutama alat early warning systems (EWS) masih perlu perbaikan seksama.

Karena sebenarnya, tiada bencana alam yang datang tiba-tiba. Kecuali gempa bumi (tektonik). Seperti banjir di Jayapura, wajib memperoleh penanganan seksama. Karena tragedi serupa telah terjadi pada 16 Maret 2019, diguyur hujan sangat ekstrem dengan intensitas 235,1 mm per-jam, mengguyur selama 8 jam. Tiga musim lalu, kawasan Sentani terkepung banjir dan longsor. Termasuk tanah lumpur, batu, dan kayu gelondongan batang pohon turut luruh ke bagian hilir. Menerjang 350 bangunan di perkampungan.

Korban jiwa yang ditemukan mencapai 112 orang, sebanyak 4 ribu-an warga mengungsi. Ongkos pemulihan ditaksir sebesar Rp 1,7 trilyun. Tragedi Sentani, wajib diwaspadai, karena sering berulang (tahun 2003, dan tahun 2007). Alih fungsi ekosistem esensial, di pegunungan Cyclop, diduga menjadi penyebab musibah. Dewa adat Papua, menduga terjadi pembalakan liar, sejak dua dekade terakhir. Juga perubahan fungsi lahan menjadi pertanian, dan menebang pohon kayu besi dijadikan arang.

Pemda Jayapura coba membendung denagn menerbitkan Perda tentang Perlindungan Kawasan Penyangga Cycloop Tahun 2015. Ironisnya (berdasar catatan WWF), pada tahun 2018 luasan penggundulan hutan bertambah 9.471 hektar. Maka bisa dipastikan, banjir dan longsor di seantero Indonesia, disebabkan daya dukung lingkungan yang makin menyusut. Akibat kerusakan ekosistem esensial.

Walau Indonesia yang berada persis di garis edar matahari, memiliki (karunia Ilahi) hutan tropis paling subur di dunia. Tetapi selalu terancam bencana. Musim kemarau kesulitan air. Sedangkan pada musim hujan diterjang banjir bandang dan longsor. Ironis, karena Indonesia memiliki konstitusi yang menjamin lingkungan hidup yang baik. Tercantum dalam UUD pasal 28H ayat (1), diakui sebagai bagian dari hak asasi manusia (HAM).

Karena sebagai hak asasi, maka pemerintah berkewajiban (mandatory) meng-audit kondisi lingkungan hidup. Mencegah bencana alam yang disebabkan ulah manusia melalui penegakan hukum disiplin tata ruang.

——— 000 ———

Rate this article!
(Lebih) Peduli Ekosistem,5 / 5 ( 1votes )
Tags: