Lebih Penting Melatih Siswa, Penghargaan hanya Bonus

Christine Wu bangga menunjukkan tropi dari Kemenbuddikdasmen atas prestasinya sebagai LKP Berprestasi Tingkat Nasional mewakili Jatim dua tahun ini.

Christine Wu bangga menunjukkan tropi dari Kemenbuddikdasmen atas prestasinya sebagai LKP Berprestasi Tingkat Nasional mewakili Jatim dua tahun ini.

Kota Surabaya, Bhirawa
Kemenangan memang tidak selalu diukur dengan predikat sebagi juara. Karena kemenangan sesungguhnya ialah ketika berhasil mencapai tujuan sesuai harapan. Begitu Christine Wu memegang komitmen sebagai penyelenggara pendidikan non formal di Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Swastika Prima, Surabaya yang sukses meraih predikat LKP Berprestasi Tingkat Nasional dari Kemenbuddikdasmen dua tahun ini.
Tak banyak lembaga pendidikan non formal berani memberi jaminan kepada peserta didik akan berhasil setelah mengikuti sederet pelatihan maupun kursus. Tetapi tidak di LKP Swatika Prima, Surabaya ini.   Mereka yang mau mendaftar langsung disuguhi kontrak. Bisa mengikuti wisuda dan dinyatakan lulus setelah memulai wirausaha atau diterima kerja di perusahaan. Apalagi yang dididik notabene adalah mereka yang tidak mampu melanjutkan ke perguruan tinggi dan memilih melatih kompetensi.
“Kami ingin melayani peserta didik menjadi yang terbaik. Karena itu syaratnya kalau mau lulus dari sini harus sudah diterima kerja atau memulai bisnis,” kata Cristine.
Melihat peserta didik sukses berbisnis atau bekerja, bagi Christine adalah bayaran setimpal atas kerja kerasnya melatih peserta didik selama satu periode pelatihan. Meski tak jarang penghargaan diterima dari berbagai kalangan baik pemerintah maupun swasta. “Penghargaan itu bonus. Berhasil mencetak peserta didik sukses berbisnis dan bekerja itu yang paling utama,” tutur penulis buku berjudul Sukses Itu Wajib.
Christine mengaku lembaganya tak pernah berhenti mendapat aliran tropi juara. Terakhir, juara yang dia terima ialah mendapat peringkat ketiga apresiasi LKP Berprestasi Kategori Non Vokasional Berstandar Nasional/ Internasional dari Kemenbudikdasmen pada November lalu di Bogor. Tahun lalu, LKP yang dia pimpin juga sempat mewakili Jatim dalam ajang serupa dan berhasil meraih peringkat kedua.
“Sebenarnya, ada satu lagi penghargaan yang paling berkesan bagi lembaga kami. Yaitu penghargaan pro poor dari Wali Kota Surabaya pada tahun ini. Meski levelnya kecil, tapi maknanya sangat besar,” kata dia.
Selain itu, tahap seleksinya juga tidak main-main. Penilaian tidak dilakukan oleh dua- tiga orang, melainkan kolaborasi dari sepuluh instansi di Kota Surabaya. Di antaranya ialah Dinas Pendidikan, Bapemas, Disbudpar dan instansi lainnya.
“Tahun depan kita juga akan mendapat jatah dari Pemkot Surabaya 20 anak asuh untuk dilatih menjadi entrepreneur. Kita akan antusias sekali menyambut itu,” tutur dia.
Christine mengatakan, fokus yang paling utama dari LKP yang dia pimpin ialah di bidang entrepreneurship. Karena itu, peserta didik didorong untuk bisa lulus dan mulai berbisnis. Namun jika hal itu tak dapat dicapai, setidaknya mampu membangun mental peserta didik bekerja di perusahaan seperti bekerja di perusahaannya sendiri. Dengan demikian, dia yakin peserta didik akan tetap enjoy di perusahaan dan yang paling penting adalah bertanggung jawab.
Sementara itu, Kabid Pendidikan Non Formal dan Informal Dinas Pendidikan Jatim Nashor mengatakan, setiap tahun Jatim selalu mendelegasikan LKP mulai dari yang berstandar minimal hingga nasional. Setiap tahun itu pula Jatim selalu mengoleksi predikat sebagai juara.
Tahun ini, lanjut Nashor, Jatim langsung membawa pulang tiga penghargaan dalam satu ajang LKP Berprestasi. Di antaranya ialah juara dua kategori Vokasional berstandar nasional yang diwakili oleh LKP Tera Komputer, Kediri, juara tiga kategori Non Vokasional yang diwakili LKP Swastika Prima, Surabaya dan juara harapan satu kategori Non Vokasional berstandar pelayanan minimal diwakili LKP Second, Sidoarjo. “Ajang ini kami harap dapat memacu LKP-LKP yang lain di Jatim untuk meningkatkan kualitasnya dan menorehkan prestasi serupa,” kata dia.
Mereka yang lolos di tingkat nasional ini, kata Nashor, tidak serta merta menang. Ada proses yang harus dilalui di tingkat provinsi. Mulai dari penilaian administratif dan dokumentasi, visitasi dan presentasi dengan tim penilai. “Kita pastikan satu per satu LKP yang mengikuti seleksi ini dengan mengunjungi ke daerah-daerah. Kita tidak mau secara administrasi bagus, tapi kenyataannya buruk,” pungkas dia. [tam]

Tags: