Lebih Pilih Usaha, Dapatkan Beasiswa Untuk Kuliah

Salah satu difabel, Nor Fadhil asal Kabupaten Pamekasan ketika menjalani kursus menjahit di UPT Rehabilitasi Sosial Bina Daksa, Pasuruan.

(Semangat Perjuangan Fadhil, Difabel Asal Binaan Dinsos Jatim)

Pemprov Jatim, Bhirawa
Merasa minder, tidak percaya diri, hingga tidak tahu harus kemana untuk menatap masa depannya. Itulah yang dirasakan salah satu penyandang difabel, Nor Fadhil asal Dusun Tenggina Kelurahan Tampojung Tenggina, Kecamatan Waru, Kabupaten Pamekasan yang memiliki kelainan salah satu kakinya saat bawaan lahir.
Akhirnya semua perasaan tersebut kini telah sirna, tatkala Fadhil yang merupakan anak dari Musahir ini telah menjadi lulusan dari UPT Rehabilitasi Sosial Bina Daksa Pasuruan. Ia menjadi sosok pria yang percaya diri dan penuh semangat untuk menatap masa depannya.
Ketika ditemui di kantor Dinsos Jatim, Fadhil menceritakan dari awal dirinya saat bersekolah di SMK 1 Pamekasan yang merupakan sekolah favorit, belajar di UPT Rehabilitasi Sosial Bina Daksa Pasuruan, sampai pada saat ini akhirnya mendapatkan beasiswa jalur disabilitas di Universitas Muhammadiyah.
Bahkan mendapatkan beasiswa ini juga bukanlah karena belas kasihan, namun dikarenakan upaya dan jernih payahnya selama ini. “Saya urus segala sesuatunya sesuai yang dipersyaratkan untuk mendapatkan beasiswa, dan ternyata terpilih mendapatkan beasiswa tersebut. Saya sangat bersyukur,” katanya ditemani Kepala UPT Rehabilitasi Sosial Bina Daksa Pasuruan, Sugiarto.
Diceritakannya, saat dirinya berada di SMK 1 berencana melanjutkan kuliah, namun terkendala biaya dan belum tahu kemana arah tujuan hidupnya. Seiring waktu, ia akhirnya mencari informasi, diantaranya melalui temannya dan diarahkan ke UPT Pelayanan Sosial Remaja Terlantar Pamekasan.
Dari UPT tersebut, ia akhirnya diarahkan menuju ke UPT Rehabilitasi Sosial Bina Daksa Pasuruan. Akhirnya, Fadhil beranjak menuju ke Pasuruan dengan diantar kawannya. “Diantarkan kawan, karena saya malu dan tidak enak merepotkan orang tua,” katanya yang kelahiran 7 Juli 1997.
Sesampainya di UPT di Pasuruan, ia juga rencana ambil jurusan multimedia sesuai jurusan komputer sewaktu di SMK. Akhirnya diputuskannya untuk mengambil jurusan menjahit. “Dulu saya berpikir tidak membantu teman, hanya memikirkan diri sendiri. Bagaimana bisa berusaha, jika tidak bekerja di perusahaan ya alternatifnya ya bekerja di rumah,” akunya.
Begitu pertama memasuki UPT tersebut, seminggu sempat merasakan kurang nyaman dikarenakan tidak pernah memegang mesin jahit. Bahkan, pertama kali menjahit, dirinya juga sempat diketawai teman-teman.
“Saya sempat merasa gagal masuk SMK kok tidak jadi apa apa. Jadinya saya harus berusaha dan semangat di UPT tersebut, Akhirnya 15 hari kemudian, saya bisa membuat baju kemeja. Saat itu saya ingin cepat lulus dan ingin juga segera bekerja karena merasa waktu itu tidak punya pekerjaan. Orang yang memiliki seperti ini (difabel, red) biasanya kan sulit,” ujarnya.
Ia pun tidak tinggal diam, dan selalu berkomunikasi dengan pembina/instruktur yang ada di UPT. Saat itu, pembina/instruktur memintanya untuk mengejar ketertinggalan. Karena jadwal masuk UPT biasanya bulan Januari, ia masuk pada bulan Maret.
“Akhirnya saya belajar terus. Jika teman- teman hari Sabtu dan Minggu libur, saya belajar membeli kain dan menjahit. Bulan ke lima, saya bisa mengejar ketinggalan, bahkan bisa membuat baju wanita,” katanya.
Untuk berkomunikasi dengan luar di UPT, ia juga turut diajak Dinas Sosial Provinsi Jatim memperlihatkan kemampuan dan ketrampilannya untuk menjahit di pameran, seperti Jatim Fair. Bahkan, ia juga mendapatkan order menjahit baju dari Dinas Sosial Jatim.
Ketika mau lulus dari UPT tersebut, pembimbing ternyata tidak meluluskannya, dan membuatnya kecewa. “Sempat kecewa karena tidak meluluskan, karena ingin langsung bekerja. Dibalik itu, mereka ingin saya lebih banyak lagi belajar dengan semangat dan lebih pintar lagi. Saya selalu diberikan motivasi dan support,” katanya.
Semakin lama belajar di UPT, membuat pemikirannya berubah. “Saya ingin menjadi pengusaha dengan membantu teman-teman supaya derajatnya terangkat. Bagi saya, kesuksesan itu bukan hanya untuk diri sendiri, namun juga untuk orang lain,” katanya.
Sementara, Kepala UPT Rehabilitasi Sosial Bina Daksa Pasuruan, Sugiarto mengakui kalau Fadhil merupakan sosok remaja yang memiliki sifat yang pantang menyerah, selama dalam binaan lembaga Dinas Sosial Provinsi Jatim tersebut. “Saya ingin semua yang ada di UPT bersemangat seperti Fadhil ini,” harapnya. [rac]

Tags: