Lengkapi Sarana UKS, Jadi Jujugan Tim Penilai Kota Sehat Nasional

Kasek Drs Suyono MM beserta jajaran guru mendampingi Daeng Marpaung pejabat Dinas Kesehatan Provinsi Jatim mewakili tim nasional saat penilaian Kota Sehat di ruang UKS SMAN II Situbondo. [sawawi]

SMAN II Situbondo, Sekolah Penerima Adiwiyata Mandiri
Situbondo, Bhirawa
Semarak penilaian Kota Sehat nasional di Kabupaten Situbondo disambut antusias oleh berbagai komponen di Kota Santri, Rabu (4/10). Tim penilai dari pusat dan Provinsi Jatim juga mengunjungi SMAN II Situbondo di Jalan Anggrek, kemarin. Tim penilai yang dipimpin Daeng Marpaung, pejabat dari Dinas Kesehatan Provinsi Jatim itu usai diterima Kepala Sekolah SMAN II Situbondo, Drs Suyono MM, langsung menuju kantin dan ruang UKS (unit kesehatan sekolah). Daeng Marpaung sangat mengapresiasi kelengkapan sarana kesehatan yang dimiliki salah satu sekolah favorit di Situbondo tersebut.
Kepala Sekolah SMAN II Situbondo, Drs Suyono MM, melalui pembina OSIS, Indah Puji Astuti mengatakan, cikal bakal sekolah SMAN II Situbondo menjadi jujugan penilaian Kota Sehat Nasional tahun 2017 karena sebelumnya sudah meraih status sebagai sekolah adiwiyata (peduli lingkungan hidup) tingkat kabupaten, provinsi dan nasional. “SMADA mengikuti adiwiyata sejak 2011 untuk tingkat kabupaten dan tingkat provinsi tahun 2013 hingga adiwiyata nasional. Selain itu kami (SMADA) juga menyediakan ruang UKS yang lengkap,” papar Indah.
Menurut Indah, SMAN II Situbondo harus mengikuti seleksi adiwiyata tingkat provinsi Jatim sebanyak tiga karena sebelumnya lemah dibidang dokumentasi kegiatan lingkungan hidup. Setelah dipersiapkan, kata Indah, baru seleksi adiwiyata tingkat provinsi lolos dengan dilanjutkan ke adiwiyata nasional. Setelah itu, sambung Indah lagi, SMAN II Situbondo dihadapkan pada seleksi penilaian adiwiyata mandiri. “Untuk adiwiyata mandiri ini kami sudah menerima langsung dari Presiden Jokowi  setelah sukses membimbing 21 sekolah yang belum mendapatkan adiwiyata. Khusus adiwiyata mandiri hanya disyaratkan membina 10 sekolah. Dan alhamdulillah 10 sekolah tersebut sudah meraih adiwiyata tingkat nasional semua,” terang Indah.
Indah membeberkan, sekolah-sekolah yang masuk binaan SMADA (SMA Negeri DUA Situbondo) diantaranya, SMAN I Suboh; SMPN I Situbondo; SMPN 3 Situbondo dan SMAN I Asembagus. Apa saja yang dinilai ? kata Indah, kualifikasi penilaian meliputi kebijakan sekolah mulai kepala sekolah dan semua warga sekolah harus mendukung program peduli lingkungan. Artinya, urai Indah, kepedulian itu ditunjukkan tidak hanya sekedar menjadi aktivitas saat ada penilaian, melainkan sudah menjadi ruh bagi semua anak didik dan menjadi kebiasaan untuk selalu peduli terhadap lingkungan.”Bukan hanya menjaga kebersihan saja tapi juga ikut melestarikan lingkungan. Diantaranya melalui program bank sampah, hutan sekolah, program 3-R (reus, reduice, recycle,) serta Inovasi inovasi keanekaragaman hayati,” papar Indah.
Indah menyebutkan, salah satu inovasi yang hingga kini memiliki prospek cerah bagi siswa SMADA diantaranya pembuatan sirup rosela. Dari hasil produk sirup ini, lanjut Indah, kemudian ampas bunga rosela bisa dijadikan sellei dan manisan serta menjadi bahan campuran untuk membuat kue. “Intinya, program ini kami menyediakan ruang seluas-luasnya bagi kreatifitas siswa untuk berkreasi dikelas masing-masing. Sehingga saat siswa belajar dikelas menjadi betah, karena sepertiganya (8 jam) siswa ada ada di sekolah. Kami mempersilahkan kepada para siswa untuk mendekorasi kelasnya masing-masing, supaya indah nyaman dan asri,” pungkas Indah Puji Astuti.

SMADA Rutin Santuni Siswa Yatim Piatu
SMAN II Situbondo yang kini dipimpin Drs Suyono MM, tidak hanya memprioritaskan penguasaan ilmu umum, tetapi sebaliknya juga mengajarkan pentingnya ilmu agama. Salah satu buktinya yang rutin di programkan SMADA adalah menyalurkan bantuan santunan kepada siswa yatim piatu. Rabu kemarin (4/10) Kasek Drs Suyono MM bersama sejumlah guru kembali menyalurkan bantuan santunan uang kepada 85 siswa yatim piatu yang menimba ilmu di sekolah favorit tersebut.
Suyono mengatakan, keberadaan anak yatim yang menimba ilmu di SMADA Situbondo diminta untuk tidak perlu minder, malu atau rendah diri, melainkan harus optimis bisa menyongsong pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Pasalnya, Universitas Jember saat ini mencari anak yatim yang mau berkuliah dengan mendapatkan skala priortas utama lulus di PTN tersebut.  “Kita bisa meneladani Rasululah yang juga anak yatim. Meski anak yatim beliau mampu menjadi panutan seluruh pemeluk agama Islam di dunia,” ujar Suyono.
Disisi lain guru Agama Moh. Nurbudi, menimpali, siswa SMADA Situbondo yang berstatus anak yatim tidak perlu lemah dan harus bisa menjadi contoh uswatun hasanah dalam kehidupan sehari hari. Selain itu, kata Nurbudi, anak yatim tidak memiliki perbedaan dengan anak non yatim piatu, karena pemberian santunan ini sebagai bentuk simpati dan perhatian dari guru SMADA Situbondo. “Bantuan kali ini sangat terbatas. Mudah mudahan tahun depan bisa digelar lagi dengan tambahan dana yang lebih besar lagi dari SMADA Situbondo,” tegas Nurbudi.
Kedepan, lanjut Nurbudi, program pemberian santunan ini bisa diambil dari suatu tempat dengan melibatkan alumni SMADA Situbondo. Meski bantuan ini terlambat, aku Nurbudi, ia meminta para siswa untuk menerima dengan sabar dan penuh ikhlas. Pemberian santunan bagi anak yatim piatu ini, kata Nurbudi, nantinya tidak hanya dirupakan dana semata melainkan bisa berbentuk sumbangan biaya sekolah. “Andaikan bantuan santunan hari ini bentuknya sangat kecil, mohon diterima dengan penuh ikhlas,” pungkas Nurbudi, saat mendampingi Kasek SMAN II Situbondo, Suyono. [awi]

Tags: