Lepaskan Stigma Buruk Pemuda Pancasila

Surabaya, bhirawa
Musyawarah Wilayah (Muswil) Majelis Pimpinan Wilayah (MPW) Pemuda Pancasila Jawa Timur (Jatim) berjalan dengan sangat meriah dan memberikan banyak kesan. Itu karena, meski dihadiri sekitar 10 ribu kader PP yang hadir dari berbagai penjuru, namun acara yang digelar di Jatim Expo Surabaya, 21 Maret 2017, itu berlangsung aman dan khidmat.
Ketua MPW PP Jatim La Nyalla Mahmud Mattalitti dalam sambutannya mengatakan, dengan amannya acara, lancar dan dihadiri ribuan kader serta stake holder birokrasi di Jatim, ini membuktikan bahwa stigma Pemuda Pancasila yang dikenal oleh masyarakat awam sebagai organisasi massa yang punya preseden buruk langsung terbantahkan dengan Muswil PP Jatim yang ke-7 tersebut.
“Dengan silaturahmi ini atau dengan Muswil ini kita harus membuktikan bahwa Kader PP adalah kader yang bisa membangun bangsa. Bukti bahwa Pemuda Pancasila bukan stigma buruk, disebut preman, dibilang koruptor. Pemuda Pancasila adalah organisasi pemersatu bangsa yang menuju Indonesia lebih baik. Mari kita buktikan bahwa PP adalah organisasi yang tertib dan memiliki fungsi nyata,”tegas La Nyala, Selasa (21/3).
Pria yang juga Ketua Kamar Dagang dan Industri Jatim itu juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Gubernur Jawa Timur Soekarwo yang rela meluangkan waktunya untuk hadir di acara Muswil. La Nyalla juga mengucapkan terima kasih kepada Ketua Umum Majelis Pimpinan Nasional (MPN) PP Japto Soerjosoemarno yang hadir di acara tersebut.
“Saya juga secara khusus menyampaikan terima kasih kepada Mas Japto, yang menyempatkan diri menjenguk saya di Jakarta, ketika saya mendapat cobaan musibah beberapa bulan yang lalu. Mas Japto tetap seperti Mas Japto, yang tidak pernah lelah dan selalu memberi semangat kepada kadernya. Beliau hanya berpesan ketika saya dinyatakan tidak bersalah oleh pengadilan, ayo Pak Nyalla kembalikan marwah Pemuda Pancasila !,” ujar La Nyalla yang langsung disambut teriakan Pancasila Abadi itu.
Selain Gubernur Pakde Karwo-panggilan akrab Soekarwo- dan Ketua MPN PP Japto banyak juga tokoh PP yang hadir di acara tersebut. Tampak juga beberapa artis yang merupakan kader Pemuda Pancasila seperti Camelia Malik, Hengky Tornando, Baby Zelvia, Ruhut Sitompul, juga Pimpinan DPR Pusat Fahri Hamzah dan masih banyak lagi. Acaranya pun dikemas menarik, selain ada paduan suara, acara juga dibuka dengan pembacaan kalam Illahi atau pembacaan Al Quran.
“Selain itu pak Japto tak pernah lelah untuk melecut semua untuk terus berbenah. Terus memperbaiki kinerja organisasi, dengan melaksanakan semua amanat dan keputusan organisasi. Mulai dari soal tertib keanggotaan hingga peran dan fungsi nyata yang dijalankan Pemuda Pancasila di tengah masyarakat,” ujar La Nyalla dengan suara khasnya. [cty]
Dirikan Pusat Studi Gali Kembali Pemikiran KH Mas Mansur
Sosok KH Mas Mansur tidak bisa lepas dari pergulatan sejarah perjuangan Indonesia melawan penjajah. Demikian pula dengan pemikirannya yang dianggap punya pengaruh penting terhadap dinamika kebangsaan.
Sayang, belakangan ini gagasan-gagasan cemerlang KH Mas Mansur berada di jalan sunyi. Artinya, dengan peranan yang begitu besar bagi sejarah bangsa Indonesia, tapi tidak banyak generasi muda yang mengkaji dan menyebarluaskan pemikiran KH Mas Mansur. Padahal, berbagai pemikirannya masih kontekstual dengan kondisi Indonesia masa kini.
Melihat fenomena tersebut, Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya mendirikan Pusat Studi KH Mas Mansur (PuSMAS), Selasa (21/3). “Kami ingin menghidupkan kembali pemikiran KH Mas Mansur seperti sikap saling menghargai, berperikemanusiaan, dan juga dari sisi keilmuan,” kata Ketua PuSMUS Sholihul Huda.
Lembaga ini, lanjut dia, mencanangkan visi membumikan pemikiran dan karya peradaban kh mas mansur untuk kemajuan kemanusiaan dan kebudayaan islam di indonesia. Untuk mewujudkan visi ini akan diambil beberapa langkah. Pertama, mengkaji pemikiran dan karya peradaban KH Mas Mansur. Kedua, menggali pemikiran dan karya. Ketiga, menyebarkan pemikiran dan karya. Terakhir, mendokumentasikan pemikiran dan karya.
“Banyak aspek yang kita gali, mulai dari sisi pengembangan pemikiran keagamaan KH Mas Mansur, sosial, politik, dan kebudayaan,” jelas Sholihul. Selain itu, kata dia, berdirinya PuSMUS ini diharapkan mampu menggali hubungan persahabatan antara KH Mas Mansur dengan Kiai Abdul Wahab Hasbullah, seorang ulama pendiri Nahdatul Ulama (NU).
Menurut Sholihul, selama ini yang dikembangkan adalah konflik KH Mas Mansur dengan Kiai Abdul Wahab Hasbullah. “Kami ingin gali dan tonjolkan persahabatan mereka,” terangnya. Salah satu contohnya, mereka berdua dalam suatu masa bersama-sama mendirikan Tashwirul Afkar (mencerahkan pemikiran).
Dalam pendirian PuSMUS, peneliti senior Muhammadiyah Prof Abdul Munir Mulkhan memberikan apresiasi. Dia mengatakan, perisitiwa sejarah KH Mas Mansur dan Kiai Wahab Hasbullah dapat dirujuk sehingga konteks aktualnya dapat terasa. Berdirinya PuSMUS bisa mentransfer ke masa sekarang. “Dapat melihat setting sosial masa itu, melihat latar belakangnya, lalu target yang ingin dicapai. Ini bisa jadi kajian yang menarik,” ujarnya.
Yang penting, kata Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta ini, semua pihak harus mau membuka diri. Bersikap saling memberi dan jangan klaim yang paling benar. “Mungkin cara mengidentifikasi diri itu jangan memakai simbol-simbol, sehingga satu pihak terpaksa bertahan. Pola-pola seperti itu yang saya kira perlu dikembangkan,” tandasnya. [tam]

Tags: