Lestarikan Budaya Lewat Ritual Larung Sesaji Suroan

hil-2610-prosesi melarung di danau ranu1Pasuruan, Bhirawa
Tradisi larung sesaji di Danau Ranu Klindungan Kecamatan Grati Kabupaten Pasuruan tetap lestari. Terbukti, upacara adat yang digelar secara rutin di setiap perayaan tahun baru Jawa atau 1 suro tidak hanya menarik dari segi wisata saja, akan tetapi juga mempunyai nilai kesakralan ritual upacara yang dipercaya oleh warga mampu mendatangkan berkah, Sabtu (25/10). Selain itu, larung sesaji ini diyakini untuk menghormati penghuni gaib yang dipimpin Jaka Baru Klinthing.
Tradisi tahunan yang menarik ribuan pengunjung ini berupa pensucian Danau Ranu Klindungan oleh ratusan nelayan bersama warga di Desa Ranu Klindungan, Sumber Dawesari dan Grati Tunon. Tradisi inilah yang kemudian sering dikenal sebagai upacara upacara distrikan (larung sesaji).
Prosesi ritualnya sebelum melarung, sesepuh Ranu Grati dan perwakilan tokoh agama serta tokoh masyarakat ikut naik dalam perahu naga yang sudah disiapkan. Dua orang sebagai pemeran pasangan pengantin juga ikut dalam rombongan tersebut dengan membawa sedekah berupa tumpeng nasi kuning, seekor ayam dan bebek berwana putih.
Selanjutnya, perahu naga berisi rombongan langsung menuju ke tengah-tengah danau. Sesepuh Ranu Grati yang bernama Mbah Soedin (92) memimpin ritual larung kemudian meminta agar kapal berhenti. Tiba di tengah ranu, Sodin kemudian membaca mantra sambil memegang tumpeng yang akan dilarung untuk didoakan.
Dalam doanya, Soedin berharap dilarungnya sesaji tersebut diharapkan kesejahteraan akan datang kepada warga yang menggantungkan hidupnya dari Danau Ranu Klindungan. Usai membaca mantra, tumpeng kemudian dilempar ke danau lengkap dengan ayam dan bebek-nya. “Saat larung tadi, saya juga melemparkan uang Rp 5.000. karena memang dimintanya,” tandas Mbah Soedin, sesepuh Ranu Grati yang juga juru kunci Ranu Grati.
Ranu adalah sebuah danau dengan luas sekitar 198 hektar yang terletak di empat desa di Kecamatan Grati Kabupaten Pasuruan, yakni Desa Ranuklindungan, Kalipang, Gratitunon dan Sumber Dawesari. Lokasi Danau Ranu yang hanya berjarak sekitar 1 kilometer dari jalan raya yang menghubungkan Pasuruan-Probolinggo.
Dalam perjalanan sejarah Kerajaan Majapahit, nama Ranu Grati terkutip dalam kitab Negara Kretagama, sebagai benteng pertahanan alam untuk menghadapi dan menangkal serangan kerajaan lainnya. Kekhawatiran saat itu muncul dengan adanya serangan Kerajaan Blambangan (Banyuwangi) sebelum takluk dan mengakui sebagai daerah Kerajaan Majapahit.
Bahkan keberadaan Ranu Grati sempat menggemparkan pemberitaan pada Oktober 1979 lalu dengan tenggelamnya sebuah amphibi yang mengangkut 22 prajurit TNI saat latihan hendak melintasi danau dengan bentangan sekitar 1,5 kilometer tersebut.
“Saat Jaman Belanda di Ranu sudah menjadi tempat pertahanan. Pada 1942, Belanda yang ketakutan dengan kedatangan Jepang, menyembunyikan pesawat-pesawatnya di lokasi perbukitan itu. Sayalah yang membuka kerudung-kerudung yang menutupi pesawat Belanda hingga akhirnya dihancurkan Jepang,” tambah Mbah Soedin.
Kepala Desa Ranu Klindungan, Kecamatan Grati Nizar menyampaikan larung sesaji tersebut sebagai ungkapan permohonan warga nelayan keramba yang berdekatan dengan Danau kepada sang pencipta agar melimpahkan rezeki dan menjauhkan dari marabahaya dalam menangkap ikan. “Larung sesaji ini peninggalan nenek moyang yang kami lalukan secara turun temurun. Tujuannya hanya agar nelayan di sekitaran Danau Ranu bisa mendapatkan berkah serta kesejahteraan,” ujar Nizar.
Tak hanya melarung saja, masyarakat Grati juga menggelar kegiatan pawai budaya. Pawai budaya yang diikuti ratusan pelajar dari sekolah-sekolah mulai SMP hingga SMA di sekitar Kecamatan Grati itu mengenakan kostum tradisional.
Arak-arakan pawai dimulai dari pendopo Desa Grati dan berakhir di pendopo Ranu Grati berlangsung meriah. Ribuan wargapun menyambutnya dengan berjejer di pinggir jalan yang dilalui pawai sepanjang 2 KM.
“Pawainya sangat menarik. Konstum yang dipakainya pun berbeda dengan biasanya, sangat kental dengan budaya daerah. Pokoknya takjum sekali dengan pawai tadi,” kata Fatimah wisatawan asli Cirebon yang kebetulan melihat secara langsung prosesi pawai tersebut.
Sementara itu, panitia penyelenggara, Yuslimu menyampaikan bahwa selain larung sesaji dan pawai budaya, kegiatan ini tentu untuk melestarikan budaya. Termasuk juga merupakan potensi wisata yang harus dilestarikan untuk mengangkat objek wisata Ranu Grati.
“Intinya untuk mengenalkan objek wisata Ranu Grati kepada masyarakat. Dengan demikian nantinya bisa menjadi obyek wisata andalan Kabupaten Pasuruan. Tentu akan menambah PAD,” ujar Yuslimu. [hil]

Keterangan Foto : Perwakilan tokoh agama serta tokoh masyarakat naik dalam perahu naga untuk melarung sesaji ke tengah Danau Ranu Klindungan, di Kecamatan Grati Kabupaten Pasuruan, Sabtu (25/10). [hilmi hsai/bhirawa]

Tags: