Lestarikan Budaya

Dr Ana Sopanah

Dr Ana Sopanah
Sebagai pakar akuntansi sektor publik, nyaris aktivitas dan kegiatan yang dilakukan sehari-hari lebih banyak mengedepankan logika. Namun, kini perempuan yang kegiatannya dipenuhi dari seminar ke seminar tersebut sedang menekuni kegiatan baru yang lebih menekankan penggunaan hati dan perasaan.
“Saya baru ikut latihan dua kali, namun rasanya sungguh berbeda. Menyenangkan dan ada suasana hati yang tidak bisa dilukiskan,” tutur Kepala Program Studi (Kaprodi) Akuntansi Universitas Widya Gama Malang Dr Ana Sopanah saat ditemui usai latihan menari di Sekolah Budaya Tunggulwulung Lowok Waru Kota Malang beberapa waktu lalu.
Bagi Ana, latihan menari merupakan pengalaman yang baru sekaligus menantang untuk dilakukan.
“Menari bukan hanya persoalan keterampilan, tetapi juga menyangkut hati dan perasaan. Jadi bukan hanya menggerakkan tangan atau anggota badan tetapi butuh keselarasan antara gerakan dengan rasa dan hati,” kata Ana yang juga Ketua Humas Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) Kota Malang ini.
Menurut Ana, demikian perempuan yang selalu tampil modis ini biasa dipanggil,  kegiatan menari yang sedang digandrunginya tersebut merupakan program kerjasama Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang dengan Sekolah Budaya Tunggulwulung Kota Malang yang diasuh oleh budayawan Malang sekaligus guru seni tari Yongki Irawan.
“Kami berlatih Tari Topeng Grebeg Jawa dan rencananya akan dipentaskan di pelataran Candi Badut yang akan dihadiri Wali Kota Malang,” jelas Ana yang juga dipercaya sebagai Ketua Forum Alumni Kors HMI-wati (Forhati) Kota Malang ini.
Tarian yang nantinya akan dibawakan secara kolosal ini jelas Ana, menggambarkan jiwa keperwiraan seorang prajurit yang akan berangkat ke medan perang.
Ketika ditanyakan alasan ikut latihan menari, Ana mengaku selain alasan  untuk melestarikan budaya, panggilan jiwa sebagai  warga Polowijen -kampung di mana Tari Topeng Malang diciptakan oleh Mbah Tjondro Suwono alias Mbah Reni– juga menjadi faktor pendorongnya. Tari Topeng Malang yang menjadi ikon budaya Malangan dapat menggerakkan ekonomi kreatif dan mampu memberdayakan masyarakat.?
“Mbah Reni berasal dari Polowijen dan makamnya juga ada di Polowijen yang ditetapkan sebagai situs budaya Polowijen oleh Disparbud Kota Malang. Sebagai warga Polowijen tentu saya juga ikut terpanggil untuk ikut melestarikannya,” tuturnya lagi. [why]

Rate this article!
Lestarikan Budaya,5 / 5 ( 1votes )
Tags: