Lestarikan Permainan Tradisional, Kota Batu Gelar Festival Egrang

Para siswa SD/MI mahir berjalan di atas tongkat bambu dalam Festival Egrang yang digelar di Kota Batu, Rabu (19/8).

Para siswa SD/MI mahir berjalan di atas tongkat bambu dalam Festival Egrang yang digelar di Kota Batu, Rabu (19/8).

Kota Batu, bhirawa
Sebanyak 1.300 Siswa SD/MI dan SMP/MTs berjalan menggunakan egrang sepanjang Jalan Panglima Sudirman sejauh 500 meter lebih dalam Festival Egrang yang digelar Pemkot Batu, Rabu (19/8).
Kegiatan ini mengambil start di perempatan BCA melalui depan Balaikota Batu dan finish di kompleks Block Office.
Kepala BKD Kota Batu Achmad Suparto selaku Ketua Pelaksana Festival Egrang, mengatakan bahwa egrang merupakan salah satu permainan tradisional yang bisa menjadi sarana pembelajaran untuk pembentukan karakter, sekaligus untuk melatih keseimbangan pembelajaran otak kanan kiri.
“Pemain egrang dituntut untuk percaya diri, mampu menjaga keseimbangan, dan mampu menahan rasa takut. Sebagai tim, pemain egrang harus kompak dan bisa bekerja bersama-sama,” terang Parto, sapaan akrab Kepala BKD Kota Batu tersebut.
Para siswa melalui Jalan Panglima Sudirman yang menanjak tersebut dengan kompak dan bersemangat sesuai sekolah masing-masing. Walau harus berjalan secara berkelompok, mereka berjalan secara tertib, tanpa bersinggungan antara satu dengan lainnya.
Tak hanya berjalan menghadap depan, mereka juga menggunakan egrang dengan berjalan mundur. Hal ini seperti yang ditampilkan siswa SDN Sisir 4 Kota Batu.
Egrang sendiri adalah permainan tradisional Indonesia yang belum diketahui secara pasti dari mana asalnya, tetapi dapat dijumpai di berbagai daerah dengan nama berbeda-beda. SepertiĀ  sebagian wilayah Sumatera Barat dengan nama tengkak-tengkak, atau ingkau yang dalam bahasa Bengkulu berarti sepatu bambu dan di Jawa Tengah dengan nama Jangkungan yang berasal dari nama burung berkaki panjang.
Egrang sendiri berasal dari bahasa Lampung yang berarti terompah pancung yang terbuat dari bambu bulat panjang. Dalam bahasa Banjar di Kalimantan Selatan disebut batungkau.
Egrang terbuat dari batang bambu dengan panjang kurang lebih 2,5 meter. Sekitar 50 cm dari bawah, dibuat tempat berpijak kaki yang rata dengan lebar kurang lebih 20cm. Cara memainkannya adalah dengan berlomba berjalan menggunakan egrang tersebut dari satu sisi lapangan ke sisi lainnya. Orang yang paling cepat dan tidak terjatuh dialah pemenangnya. [sup, nas]

Tags: