Lesunya Pasar Tradisional Kota Malang di Tengah Pandemi Covid-19

Sejumlah pembeli di Pasar Oro-oro Dowo Malang, sedang berbelanja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari

Kota Malang, Bhirawa
Wilayah Malang Raya masuk zona merah penyebaran Covid-19 di Jawa Timur. Aturan agar warga tidak keluar rumah pun harus ditaati, warung kopi dan pusat keramaian masyarakat cenderung sepi. Terakhir Wali Kota Malang mengeluarkan Surat Edaran Nomor 9 Tahun tentang atyran jam buka bagi dunia usaha.
Suasana terdampak juga teejadi di pasar tradisional. Di pasar Oro-oro Dowo Kecamatan Klojen Kota Malang misalnya. Meski tetap operasi normal tapi pembelinya sudah mulai sepi.
Aktivitas pasar itu tampak seperti hari biasa,mayoritas ibu-ibu ini terlihat menggunakan masker. Hanya sebagian saja yang tidak bermasker. Namun belanjaan sebagian besar pembeli tampak lebih banyak dibandingkan hari biasa. Ternyata, mereka berbelanja untuk kebutuhan hingga tiga hari ke depan.
Novita sari, mengaku pihaknya belanjan tiap hari tapi sejak adanya kasus Covid 19, dia sudah mulai jarang ke pasar.
“Saya biasanya setiap hari belanja ke pasar, karena mengurangi aktivitas di luar rumah, belanjanya jadi tiga hari sekali,” ujar Novita.
Untuk mendapatkan bahan makanan yang segar. Namun imbauan agar warga di rumah saja, membuatnya harus menyimpan bahan makanan di dalam lemari pendingin.
“Ya mau bagaimana lagi, sebenarnya agak was-was mau pergi ke pasar. tetapi saya kan harus belanja untuk kebutuhan makanan keluarga di rumah, tetapi ya gitu, harus punya stok makanan di kulkas,” tuturnya.
Sementara itu, ketua paguyuban pedagang pasar oro-oro Dowo Kota Malang, Sampun Setiawan mengakui jika pembeli di pasar tetap normal, ramai pasca Pandemi Covid-19.
Warga yang memilih belanja di pasar tradisional untuk menyimpan stok makanan ketika mereka diminta agar tetap di rumah saja.
“Pembeli senang belanja ke pasar ini karena bersih, selain itu jarak setiap pedagang ke pedagang lainnya cukup luas. Sehingga pembeli tidak perlui berdesak-desakan,” katanya.
Tidak ada imbauan khusus dari paguyuban untuk pedagang. Ia hanya berpesan agar pedagang menjaga kebersihan, serta sering mencuci tangan terutama setelah melakukan transaksi dengan pembeli.
“Saya yakin pedagang disini mau menjaga kebersihan, sehingga jangan sampai ada penyebaranvirus di pasar,” tandasnya.
Sementara akibat pandemi itu, harga emas terus naik.Harga emas antam di Pasar Besar Malang kini mencapai Rp 823 ribu per gram, bahkan beberapa hari yang lalu bisa mencapai Rp 850 ribu.
“Kalau dijual secara online harga emas antam bisa mencapai Rp 890 ribu per gram,” kata Yuli A., salah seorang pegawai toko emas Bulan Purnama Pasar Besar.
Tingginya harga emas juga berlaku untuk emas perhiasan. Untuk perhiasan dengan kadar emas 70 persen, saat ini dibanderol Rp 650 ribu per gram. Padahal, bulan Februari lalu harganya masih Rp 580 per gram. “Kenaikan harga emas ini terjadi sejak penyebaran Covid-19,” ungkapnya.
Harga emas yang mahal, serta upaya social distancing ini membuat daya beli masyarakat menurun drastis hingga 80 persen dibandingkan hari biasa. Jika biasanya warga berjubel di toko emas itu, kini jaranga ada pembeli. [mut]

Tags: