Libatkan Mahasiswa NTUST, Ciptakan Penyemprot Air Pertanian

Kolaborasi mahasiswa Teknik Elektro UKWMS dan mahasiswa gabungan dari NTUST uji coba Big Gun Sprinkle yang telah mereka rancang sebelumnya.

Upaya UKWMS Berdayakan Desa Curah Cottok
Surabaya, Bhirawa
Engineering in Action (EIA) jadi program tahunan kerjasama National Taiwan University of Science and Technology (NTUST) dengan Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS). Tahun ini, program tersebut akan menyasar pada pemberdayaan masyarakat dan pemanfaatan potensi lokal. Mengingat, pihak Taiwan Tech sendiri juga menginginkan konsep kegiatan berbasis community development. Tujuannya, untuk memberikan pengalaman mahasiswa dalam membangun permberdayaan masyarakat.
Diungkapkan Dosen Teknik Elektro UKWMS, Andrew Joewono dalam program EIA ini pihaknya mengajak 12 mahasiswa gabungan dari NTUST untuk merakit Big Gun Sprinkle (senjata percikan besar). Yaitu sebuah alat penyemprot air yang didesain khusus untuk menjangkau radius lebar (30 meter) dan tekanan tinggi. Hal itu untuk membasahi lahan pertanian dan perbukitan. Jika difungsikan untuk kebakaran hutan dan pemadaman kebakaran alat tersebut diakuinya mampu melakukannya. Dalam kesempatan itu, pihaknya mengkolaborasikan literasi (perhitungan matematik) dengan ilmu praktis.
“Kami ajarkan kepada mereka teknik kepraktisan. Bagaimana peralatan bisa dirakit dan digunakan untuk masyarakat dengan mudah. Juga mengenalkan dan mengaplikasikan bahan, ini yang harus dipahami,”tuturnya.
Dalam penerapannya, pihaknya juga bekerjasama dengan karang taruna setempat untuk Training of Trainer (ToT) untuk perawatan dan penggunaan alat. Mengingat, nantinya, big gun sprinkle akan digunakan oleh masyarakat yang berada di desa Curah Cottok, Situbondo untuk menjaga kelembapan tanahnya. Pasalnya, kendati daerah tersebut di perbukitan, namun memiliki tanah yang tandus. “Jadi bisa ada penghijauan dan lahan produktif didaerah itu,”tambahnya.
Sebelumnya, di daerah yang sama juga didirikan kolam renang diatas bukit yang juga digagas UKWMS pada tahun 2017 silam. Setahun kemudian, di program AIE juga dilaksnkan beberapa kegiatan yaitu pembuatan sprinkle solar power system (system pompa tenaga surya), drip irrigations system, pembuatan briket dari limbah biomassa, dan science games (permainan sains). Adanya beberapa inovasi untuk desa Curah Cottok sendiri, dikatakan Andrew, sebenarnya daerah itu mempunyai potensi sumber daya yang bisa dimanfaatkan untuk pariwisata dan pemberdayaan masyarakat. Karena dulunya, tempat tersebut lekat dengan tindak kriminalitas tinggi dan masyarakat miskinnya.
“Kita kembangkan terus kondisional itu. Kita bantu mereka untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Karena itu juga cita-cita dari kades setempat. Untuk tahun ini kita kolaborasinya, teknik dengan keguruan jurusan prodi fisika,”papar dia.
Salah satunya, sambung dia, dengan membuat wahana edukasi berkonsep ilmu fisika. Ada beberapa permainan yang nantinya bisa digunakan. Tentang fenomena fisika dengan alam.
Andrew menambahkan, masih banyak aspek yang perlu di garap di desa Curah Cottok. Menurut nya, potensi daerah masih ada yang belum terekspose. Sehingga, kedepan pihaknya akan tetap konsisten dalam pembangunan infrastruktur dan pembangunan masyarakatnya.
“Untuk remaja kita motivasi mereka untuk berwirausaha yang dimulai dengan produksi kerupuk. Yang anak-anak kita motivasi untuk melanjutkan sekolah. Karena tantangan kita ini meningkatkan penghasilan dan memacu motivasi mereka untuk melanjutkan sekolah,”pungkasnya.
Sementara itu, Chu Chia Yao yang merupakan salah satu mahasiswa dari NTUST menuturkan, jika pihaknya sangat antusias dalam mengikuti program tersebut, karena dapat memberikan dampak yang bermanfaat bagi masyarakat. Kendati mengalami kendala dalam komunikasi karena perbedaan bahasa, namun alat big gun sprinkle dapat terselesaikan dengan baik.
“Kerjasama dengan Indonesia ini sangat bagus. Karena kami dapat pengalaman langsung ke masyarakat,”katanya.

Hadirkan Media Pembelajaran melalui Wahana Edukasi
Selain big gun sprinkle yang dirancang untuk pemberdayaan lahan hijau, pihak UKWMS juga mengembangkan wahana edukasi. Pengembangan wahana edukasi ini dirancang untuk melengkapi wahana kolam renang diatas bukit yang sudah ada.
Di lain sisi, wahana tersebut juga dimaksudkan sebagai media pembelajaran bagi siswa yang masih duduk di bangku sekolah dasar (SD) dan SMP. Diharapkan, dengan adanya alat tersebut, anak-anak yang tinggal di desa Curah Cottok bisa belajar dan memahami ilmu fisika dengan mudah. Baik melalui praktek ataupun teori yang sederhana dan menyenangkan.
Koordinator FKIP UKWMS, Kurniasari menuturkan, ada enam wahana edukasi yang dibuat oleh dia dan rekannya, Anthoni Wijaya. Khususnya yang menyasar bagi siswa SD dan SMP. Diantaranya journey of pshisic yang membahas tentang teori soal-soal sains di jenjang SD. Circle rainbow spin, permainan yang menunjukkan cara kerja atau teori spektrum cahaya. Di mana jika warna mejikuhibiniu diputar secara cepat akan menampakkan warna putih.
“Selain itu kita juga ada sepeda energi. Materi tentang konversi energi, yang memanfaatkan sepeda statis jika dikayuh akan menghasilkan bunyi dan lampu,”ujarnya.
Ada juga, sambung dia, slide and ladder atau tangga dan seluncuran hingga Nada Botol. Terakhir ada permainan ketapel.
“Seluruh wahana edukasi ini nantinya akan dipasang pada satu area yang permukaanya rata dan dimainkan secara bergantian. Agar semakin menarik, kartu pertanyaan pada permainan seperti journey of physics dan slide and ladder menggunakan kode QR untuk membaca pertanyaan,”jelasya. [ina]

Tags: