Lifestyle Modification, Investasi Masa Kini

dr Sonya Selly HermawatiOleh :
dr Sonya Selly Hermawati
Dokter Umum Internsip di RSUD Prof Dr Soekadar, dan Puskesmas Kemlagi Mojokerto
Andaikan saja manusia selalu muda. Andaikan saja manusia selalu sehat. Andaikan saja tidak ada penyakit di dunia ini. Namun sayangnya, hidup bukan hanya untuk berandai-andai. Sehingga semua kecemasan, kekhawatiran dan ketakutan itu harus dihadapi harus dilalui.
Manusia akan selalu bertumbuh dan berkembang. Sedari bayi hingga tua. Jika manusia diperbolehkan untuk memilih, rasanya,  tiada seorang pun di penjuru muka bumi ini yang memilih untuk merasakan derita penyakit. Sakit itu menyiksa. Sakit itu tidak enak. Bisa dibilang, kesehatan adalah dasar dari semua nikmat, yang tanpanya apapun berkurang kualitasnya. Tidaklah usah memikirkan contoh penyakit yang hebat-hebat, dilanda sakit gigi sebentar pun, dunia terasa mau runtuh. Bahkan, dilanda sakit flu saja pun, pekerjaan bisa terbengkalai, udara bebas yang bisa didapatkan dengan gratis pun tak bisa sepenuhnya dinikmati, hari – hari menjadi kurang produktif. Itu baru contoh kecil saja, sebuah flu, yang notabene hampir setiap orang pernah mengalaminya. Bagaimana nasibnya terhadap penyakit – penyakit lain yang lebih berat? Tentu membayangkannya pun sudah membuat hati ngilu.
Seiring dengan berjalannya waktu, usiapun bertambah. Ancaman penyakit di sekitar kita pun semakin bertambah. Selain penyakit infeksi, penyakit metabolik dan degeneratif tidak kalah banyak mengantri di depan mata, seperti diabetes, hipertensi, kolesterol, jantung koroner, stroke, dan sebagainya.
Sebagai contoh saja pasien diabetes yang harus menjalani terapi akhir farmakologis hingga seumur hidup untuk mengendalikan gula darahnya. Bayangkan berapa banyak biaya, waktu, tenaga, dan kekhawatiran yang harus dilepaskan demi mempertahankan eksistensinya dalam dunia ini. Terlebih lagi jika tiba di penghujung komplikasi. Seperti diketahui, diabetes dapat memberikan komplikasi dari ujung kepala hingga ujung kaki, dapat menghantam berbagai organ dan berbagai sistem tubuh manusia.
Penderita bisa mengalami komplikasi gangrene diabetikum yang bisa berujung amputasi, bisa mengalami kebutaan oleh diabeticum retinopathy, bisa mengalami komplikasi jantung, otak, gagal ginjal, dan sebagainya.
Sungguh ngeri membayangkannya, hidup tentu menjadi tidak produktif, biaya, waktu, tenaga yang dikeluarkan untuk pengobatan juga tentu sangatlah besar padahal tidak menjamin kesehatan akan kembali normal seperti sedia kala. Itu baru 1 penyakit, belum lagi jika kombinasi diabetes disertai hipertensi, disertai hiperkolesterolemia, hiperurisemia, dan sebagainya. Ngeri!
Penyakit-penyakit tersebut memang eksis keberadaannya di dunia ini. Akan tetapi, tanpa kita sadari, terkadang diri kita sendiri lah yang membuat penyakit mendatangi kita. Oleh sebab itu, seharusnya kita bisa melakukan preventif dini. Bagaimanapun juga usaha promotif dan preventif teramat jauh lebih menguntungkan dan lebih mudah dibandingkan kuratif dan rehabilitatif. Akan tetapi, sering kali diri sendiri lah yang menghambat untuk melakukan tindak pencegahan itu. Tentunya, hal ini menjadi masalah yang serius.
Manusia terlalu sibuk bekerja, manusia terlalu sibuk mendayagunakan tubuh dan kekuatannya, demi masa depan yang bahagia. Katanya. Hingga manusia lupa untuk melakukan investasi berharga. Investasi kesehatan. Bukan berupa asuransi, akan tetapi berupa pencegahan. Ya, kita harus benar-benar serius terhadap investasi yang satu ini. Bayangkan betapa besar keuntungan yang bisa didapatkan. Berapa besar biaya materi yang bisa kita selamatkan apabila kita tetap sehat. Berapa besar waktu yang kita selamatkan dan dapat kita pergunakan untuk kehidupan yang tetap produktif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, bercanda ria bersama keluarga dan anak cucu. Berapa besar kenyamanan yang bisa kita pertahankan apabila tetap sehat. Mungkin bagi sebagian orang ada yang meremehkan hal ini dengan bernaung di bawah perlindungan asuransi dan semacamnya. Mereka beranggapan, ah tidak masalah jika suatu hari sakit, toh ada pihak asuransi yang mengcover semuanya. Pada penilaian tersebut, secara finansial mungkin tidak menjadikan masalah. Akan tetapi, apakah kita bisa mengembalikan waktu, tenaga, dan rasa nyaman yang hilang akibat penyakit tersebut? Belum lagi jika nyawa yang melayang, tiada sesuatu hal pun yang dapat diusahakan untuk membuatnya kembali lagi. Nah, permasalahannya yakni pencegahan tersebut haruslah diperjuangkan, tidak bisa serta merta kita dapatkan secara mudah.
Pencegahan dengan melakukan perubahan pola hidup dimulai dari sekarang, tidak menunggu ketika hari tua menghampiri. Terkadang, pemuda – pemudi malas menerapkan pola hidup sehat sejak masih muda, alasannya mumpung masih muda. Mumpung badan masih sehat-sehatnya. Mumpung masih bisa menikmati segala macam makanan enak. Akan tetapi, seperti bang Mahatma Gandhi pernah sampaikan, “the future depends on what you do today”.
Jika gaya hidup kita saat ini buruk, tentu tidak adil jika kita mengharapkan masa depan kita bisa baik. Lagipula, beberapa tahun terakhir ini tren penyakit metabolik dan degeneratif mengalami percepatan umur. Penyakit – penyakit tersebut bukan lagi milik orang tua saja saat ini. Sebut saja kasus yang baru – baru ini terjadi yakni tentang kematian Mike Mohede.
Pencegahan yang bisa dilakukan pun tidaklah rumit, hanya membutuhkan komitmen. Berolahraga teratur sudah diyakini sejak zaman nenek moyang kita dapat memberikan banyak dampak positif baik bagi raga maupun jiwa. Olahraga yang dibutuhkan pun tidak harus mengeluarkan biaya besar. Sebuah fakta dipaparkan dalam studi yang dilakukan oleh Washington University di St Louis bahwa jogging atau lari – lari kecil juga dapat menurunkan potensi orang terkena penyakit Alzheimer keturunan. Selain itu, pencegahan dapat diusahakan dengan menjaga pola makan dan jenis makanan, mengonsumsi buah dan sayur lebih banyak, mengonsumsi air putih dengan cukup, beristirahat dengan cukup, menghindarkan diri dari stress berlebih, dan mendekatkan diri pada Sang Pencipta tentunya.
“Healthy is not a goal. It’s a way of living.” Menjadi sehat merupakan sebuah proses, bukan merupakan suatu hasil. Apabila kita bisa melalui proses tersebut dengan baik, secara otomatis hasilnya pun juga akan baik. Tidak rumit asal kita bisa mengalahkan musuh utamanya, yakni diri kita sendiri. Kesehatan di atas segalanya, jangan sampai kita kehilangan segalanya karena masalah kesehatan.
Mari kita bersama – sama menggalakkan hidup sehat sebagai habit dalam lifestyle kehidupan kita.

                                                                                                       ————- *** ————–

Tags: