Lima Ribu Santri Nurul Jadid Kota Probolinggo Mulai Kembali Ke Pesantren

Santri Nurul Jadid Probolinggo Barat di lepas wali kota Hadi.[wiwit agus pribadi/bhirawa]

Kota Probolinggo, Bhirawa
Bertempat di RS Nahdlaul Ulama Jalan Mastrip, ratusan santri putra Pondok Pesantren Nurul Jadid berasal dari Kota Probolinggo dan sekitarnya yang akan kembali ke pondok, dilepas secara seremonial. Wali Kota Hadi Zainal Abidin pun ikut menghadiri undangan pelepasan santri, Jumat, Sabtu dan Minggu (10-11-12/7).

Para santri yang didampingi wali santri meletakkan tas mereka didekat kendaraan. Kemudian petugas menyemprot semua barang bawaan santri menggunakan cairan disinfektan. Ya, agar tidak berbondong-bondong ke pondok semua santri diantar secara rombongan dengan kendaraan milik NU dan Pemerintah Kota Probolinggo.

Selain santri yang berkumpul di RSNU, ada beberapa santri yang menunggu di titik – titik tertentu sejalan menuju pondok yang berlokasi di Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo itu. Pelepasan semacam ini diharapkan dapat menghindari kerumunan di pondok dan meminimalisir penyebaran Covid 19 di lingkungan pondok.

Kepada wali santri dan santri, wali kota mengimbau saat mengirim ke pondok agar tidak salat Jumat disana. ”Bukan karena apa, semata – mata demi menjaga lingkungan pondok betul – betul clear tidak ada Cirus Corona. Itu harapan saya. Memang belum terbiasa dan belum pernah menghadapi seperti ini, tapi perlu dipahami untuk kebaikan semuanya,” imbaunya, Minggu (12/7).

Di pondok, kata Habib Hadi, santri menuntut ilmu dan menjadi harapan keluarga. Selama kembali ke pondok santri diharapkan semangat belajar, menjalankan protokol kesehatan. Saat keluar lingkungan pondok harus bisa menjaga diri. Jangan sampai lengah dan menjadi penyebab penularan Covid 19 di lingkungan pesantren.

Seperti yang diterapkan di Pondok Pesantren Riyadlus Sholihin milik keluarga wali kota, apabila ada acara kecil di rumah, wali santri supaya tidak menjemput kecuali darurat. Wali santri tidak usah repot-repot mengirim barang, jika butuh uang cukup mengirim uang saja.

Melihat wajah para santri yang agak sayu, Wali Kota Habib Hadi pun menyemangati mereka. Kondisi ini sudah biasa terjadi saat santri libur panjang dan berkumpul dengan orang tua serta keluarga. ”Orang tua pasti kehilangan tapi tunjukkan kalau kalian bisa membanggakan orang tua. Bisa membuat orang tua tersenyum. Perpisahan memang berat tapi suatu keharusan orang tua memberi bekal agama bagi anaknya. Karena orangtua ingin anak lebih baik dari orangtuanya,” pesan Habib Hadi.

Pelepasan ratusan santri hari ini merupakan gelombang kedua. Sebelumnya, ada pelepasan khusus santri putri. Kegiatan ini juga dihadiri alumni sepuh Nurul Jadid Kiai Al Qof dan alumni lainnya seperti anggota DPRD Kota Probolinggo Hamid Rusdi dan anggota DPRD Kabupaten Probolinggo Umil Sulistyoningsih.

Lima ribu lebih santri Pondok Pesantren (Ponpes) Nurul Jadid Paiton dijadwalkan segera kembali ke pesantren. Sinergi antara Ponpes Nurul Jadid dan Pelaksana Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid -19 Kabupaten Probolinggo pun diperkuat dalam hal penyiapan protokol kesehatan. Hal ini diungkapkan KH Abd Hamid Wahid, Kepala Pesantren Nurul Jadid Paiton, Minggu 12/7/2020.

Beberapa protokol penting yang harus dipahami dan dipatuhi oleh santri dan wali santri mulai dari perjalanan, kedatangan dan nantinya selama di pesantren, tertuang pada Surat Edaran (SE) Ponpes Nurul Jadid Nomor : NJ-B/0250/A.III/06.2020 yang telah disosialisasikan jauh hari sebelumnya kepada santri dan Wali santri, tuturnya.

Salah satunya menyebutkan agar penerapan protokol kesehatan di lingkungan pesantren terlaksana optimal, maka proses transisi itu diprogram secara bertahap, berjenjang yang akan dimulai pada tanggal 10 Juli sampai 17 Agustus 2020 mendatang. Setiap waktu pelaksanaanya jumlah santri yang akan kembali ke pesantren akan berkisar sebanyak 500 sampai dengan 700 santri, ungkapnya.

Jadwal para santri untuk kembali ini dikelompokkan dan diatur menurut daerah regional masing-masing dan tidak diperkenankan untuk menggunakan kendaraan umum. Bagi yang tidak mempunyai kendaraan pribadi akan ada fasilitas kendaraan khusus yang dikoordinir oleh petugas dari masing-masing daerah baik dari Jawa maupun luar Jawa.

”Wali santri dapat menunda putra – putrinya kembali ke pesantren dengan mengirimkan surat pernyataan melalui grup elektronik dengan pertimbangan kekhawatiran gangguan kesehatan, kendala modal transportasi bagi yang dari kepulauan dan luar negeri, serta daerahnya ditetapkan status Pembatasan Sosial Berskala Besar,”papar KH Abd Hamid Wahid.

Jika tahap awal ini clear dan selesai, kemudian akan berkonsentrasi untuk memfasilitasi santri-santri yang mengalami kendala itu,” tambahnya. [wap]

Tags: