Limbah Domestik Sungai Tinggi Dibanding Industri

LimbahPemprov Jatim, Bhirawa
Limbah domestik yang dibuang ke sungai di Jatim mempunyai komposisi lebih tinggi dibandingkan limbah industri. Sebab banyak masyarakat yang membuang sampahnya terutama di sungai-sungai termasuk Kali Surabaya.
Kepala Badan Lingkungan Hidup Jatim, Bambang Sadono  mengatakan, buruknya kualitas air kali Surabaya tidak semata diakibatkan oleh limbah industri. Tetapi adalah karena limbah domestic.
Hal ini didasarkan atas hasil laboratorium yang menunjukkan bahwa tingkat BOD (Biochemical Oxygen Demand) yang diakibatkan oleh limbah domestic lebih tinggi daripada COD (Chemical Oxygen Demand) yang dihasilkan industry.
“Bayangkan saja, setiap pagi masyarakat di 16 kabupaten/kota membuang limbah rumah tangga mereka ke sungai tanpa melalui pengolahan. Jelas ini berpengaruh,” katanya, Selasa (18/8).
Dirinya juga mengaku telah melakukan upaya untuk pengawasan sungai dengan MoU bersama kabupaten/kota untuk melakukan pengawasan itu.
“Hasilnya cukup bagus. Pengelolaan limbah di perusahaan-perusahaan sudah semakin bagus. Kalau memang saat ini ada pencemaran tinggi, maka harus dibuktikan dengan uji laboratorium,” katanya.
Sebelumnya juga pernah diungkapkan Kabid Tata Lingkungan BLH Jatim, Dyah Susilowati, kalau dalam mengolah limbah domestik, BLH Jatim juga memberikan bantuan berupa IPAL (instalasi pengolahan air limbah) domestik.
Ia mengharapkan untuk mendorong percepatan penanganan limbah domestik tidak hanya dilakukan melalui BLH saja, melainkan bantuan IPAL bisa dilakukan diantaranya melalui CSR dari pihak swasta.
Namun sebaliknya BLH juga mendapatkan kritikan dari Koordinator Forum Ekologi Jatim Hadi Suprayitno yang mengatakan kalau BLH Jatim masih belum maksimal dalam menjalankan tugasnya. Imbasnya, pencemaran air tetap saja terjadi tanpa bisa dihentikan. “Pencemaran kali Surabaya rata-rata dilakukan oleh perusahaan-perusahaan. Namun, nyatanya mereka dibiarkan saja,”katanya.
Dikatakannya, instansi yang bergerak dilingkungan hidup ini seharusnya konsen terhadap perbaikan kualitas lingkungan di Jatim dikatakan masih kurang tegas terutama pada proses penanganan pencemaran Kali Surabaya.
“BLH Jatim harusnya rutin turun kebawah, agar kualitas air kali ini layak, aman dan sehat untuk dikonsumsi,”paparnya.
Sebelumnya, lembaga konservasi Ecoton (Ecological Observation and Wetland Conversation) mengungkapkan hasil penelitian yang menunjukkan pencemaran kali Surabaya sudah barada pada tahap membahayakan. Saking berbahayanya, senyawa yang disebabkan limbah industry dan limbah domestik ini bisa merubah kelamin ikan.
Direktur Ecoton Prigi Arisandi mengatakan Pemkot Surabaya maupun BLH Jatim mestinya bekerjasama memperbaiki kualitas air kali Surabaya. Misalnya dengan melakukan pengawasan ketat terhadap ancaman pencemaran itu.
“Mereka bisa bekerjasama dengan BLH kabupaten/kota untuk menertibkan perusahaan-perusahaan yang membuang limbah sembarangan. BLH Jatim dulu pernah ada pengawasan dan patrol sungai. Tetapi sekarang kita tidak tahu lagi,”kritik Prigi. [rac]

Tags: