Lindungi Buah Hati dengan Imunisasi

Oleh :
dr. Sonya Selly Hermawati
Dokter Umum di Surabaya, Pemerhati Kesehatan Anak

Anak adalah generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa yang merupakan bagian terpenting dari proses pembangunan nasional. Selama proses tumbuh kembang, anak memerlukan asupan gizi yang kuat, penanaman nilai agama dan budaya, penerapan disiplin yang konsisten, serta upaya pencegahan penyakit. Salah satu upaya pencegahan penyakit yang spesifik, yaitu melalui pemberian imunisasi.
Memberikan imunisasi pada bayi dan anak tepat pada waktunya adalah faktor yang sangat penting untuk kesehatannya. Imunisasi merupakan salah satu cara pencegahan penyakit infeksi serius yang paling efektif biaya sekaligus menjadi investasi kesehatan bangsa ini. Di negara berkembang, termasuk Indonesia, Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) masih merupakan penyebab kematian dan kecacatan pada anak. Sekitar 5% kematian pada balita disebabkan oleh PD3I. Karena itu, imunisasi sangat penting untuk menekan angka kesakitan dan kematian. Anak-anak anda akan memiliki kesempatan beraktifitas, bermain dan belajar tanpa terganggu oleh masalah kesehatan.
Kekhawatiran banyak dirasakan orangtua berdasarkan informasi yang kini dapat diperoleh dengan sangat mudah seiring makin canggihnya dunia infomasi teknologi. Maka tak heran orangtua sering menanyakan seputar efek samping dari pemberian vaksinasi. Imunisasi berasal dari kata imun yang memiliki arti kebal atau resisten. Imunisasi adalah usaha memberikan kekebalan kepada bayi dan anak dengan memasukkan satu atau lebih antigen ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat antibodi untuk mencegah penyakit tertentu terutama penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya.
Pada umumnya tubuh anak tidak mampu melawan antigen yang kuat seperti jenis kuman ganas/virulen yang baru pertama kali dikenal oleh tubuh. Tubuh belum memiliki “pengalaman” untuk mengatasinya. Namun pada reaksi yang ke-2, ke-3 dan seterusnya, tubuh anak sudah pandai membuat zat anti yang cukup. Dengan cara reaksi antigen-anibody, tubuh anak dengan kekuatan zat antinya dapat menghancurkan antigen atau kuman; berarti bahwa anak telah menjadi kebal terhadap penyakit tersebut. Akan tetapi, setelah beberapa bulan/tahun, jumlah zat anti dalam tubuh akan berkurang, sehingga imunitas tubuh pun menurun. Agar tubuh tetap kebal diperlukan perangsangan kembali, yang berarti anak tersebut harus mendapat suntikan/imunisasi ulangan. Jadi, imunisasi tidak cukup hanya dilakukan satu kali, tetapi harus dilakukan secara bertahap dan lengkap terhadap berbagai penyakit yang sangat membahayakan kesehatan anak.
Setelah imunisasi, tubuh tidak spontan kebal terhadap penyakit berbahaya. Diperlukan waktu sekitar 2-4 minggu untuk timbul kekebalan spesifik melawan penyakit-penyakit tersebut. Artinya, dalam 2-4 minggu setelah imunisasi pertama masih mungkin terserang penyakit tersebut, namun umumnya jauh lebih ringan dibandingkan dengan bayi dan anak yang tidak diimunisasi.
Demam, bengkak, nyeri, dan kemerahan yang dapat terjadi setelah imunisasi bukan merupakan keadaan yang berbahaya. Hal tersebut merupakan reaksi wajar setelah vaksin masuk ke dalam tubuh. Umumnya, keluhan tersebut akan hilang dalam beberapa hari.Bila perlu dapat berkonsultasi kepada petugas kesehatan yang telah memberikan imunisasi untuk mendapat penjelasan atau pengobatan.
Imunisasi biasanya lebih fokus diberikan kepada anak-anak karena sistem kekebalan tubuh mereka masih belum sebaik orang dewasa, sehingga rentan terhadap serangan penyakit berbahaya. Imunisasi wajib diberikan pada anak dan merupakan hak anak. Penyelenggaraan imunisasi telah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 42 tahun 2013.
Tidak ada satupun badan penelitian di dunia yang menyatakan bahwa kekebalan akibat imunisasi dapat digantikan oleh zat lain karena kekebalan yang dibentuk sangat berbeda. ASI, nutrisi, herbal, maupun kebersihan dapat memperkuat pertahanan secara umum, tetapi tidak membentuk kekebalan spesifik terhadap kuman/virus tertentu yang berbahaya. Apabila jumlah kuman banyak dan ganas, perlindungan umum tidak mampu melindungi bayi. Selain diberi imunisasi, bayi tetap diberi ASI eksklusif, makanan pendamping ASI dengan nutrisi lengkap dan seimbang, higienitas dan sanitasi. Selain itu bayi harus mendapat perhatian dan kasih sayang serta stimulasi bermain untuk mengembangkan kecerdasan, kreatifitas dan perilaku yang baik.
Rata-rata keefektivitasan vaksin sebesar 85-95% bergantung dari respon individu dan berbagai faktor lainnya. Setelah imunisasi lengkap masih bisa tertular penyakit tetapi jauh lebih ringan dan tidak berbahaya, serta jarang menularkan pada bayi-balita lain sehingga tidak terjadi wabah. Indonesia saat ini sedang fokus untuk mengeliminasi penyakit campak dan rubella yang turut menjadi bagian prioritas regional dan global. Menurut catatan kemenkes RI Tahun 2016 dilaporkan setidaknya terdapat 8.185 kasus campak di tahun 2015. Campak/measles adalah penyakit infeksi menular lewat saluran napas yang menimbulkan gejala demam tinggi, ruam/bercak kemerahan pada kulit disertai batuk, pilek, mata merah dan berair. Penyakit ini sangat menular dan resiko tertinggi tertular adalah mereka yang belum pernah mendapatkan vaksin atau belum pernah menderita penyakit ini. Penyakit ini dapat menimbulkan komplikasi serius seperti diare, pneumonia, ensefalitis, kebutaan, gizi buruk, bahkan kematian. Sedangkan rubella pada umumnya lebih ringan.
Gejala pada anak berupa ruam yang bersifat sementara, demam, pembengkakan kelenjar, nyeri kepala/sendi. Akan tetapi, jika mengenai ibu hamil terutama trimester pertama kehamilan dapat menyebabkan kematian janin atau bayi yang dikandung beresiko memiliki cacat bawaan yang dikenal sebagai Congenital Rubella Syndrome (CRS), yakni meliputi kelainan jantung, mata, ketulian, otak, dan gangguan perkembangan.
Virus campak dan rubella banyak beredar di Indonesia. Kita dapat melindunginya dengan memberikan vaksin. Mendapatkan vaksin MR (Measles Rubella) jauh lebih aman dibanding terkena penyakit campak atau rubella serta resiko dan komplikasi yang ditakutkan.
Pemerintah akan memberikan imunisasi MR secara gratis bagi anak usia 9 bulan hingga 15 tahun. Kemenkes telah menyediakan vaksin MR sebanyak 4.777.150 vial beserta alat suntik dan logistk pendukungnya. Pada kampanye ini, imunisasi MR akan diberikan kepada semua anak tanpa mempertimbangkan status vaksinasi campak sebelumnya. Jadi, bagi anak yang telah mendapatkan imunisasi sebelumnya tetap akan mendapatkan vaksin ulangan.
Kampanye akan dilakukan dalam 2 Fase. Fase pertama dilakukan bulan Agustus – September 2017 di Pulau Jawa. Pada bulan Agustus 2017, anak-anak (usia 6 tahun hingga 15 tahun) akan mendapatkan vaksinasi di sekolah. Pada Bulan September 2017, anak 9 bulan hingga 5 tahun akan diberikan vaksinasi melalui masyarakat/desa, RT/RW, Posyandu, dan Puskesmas/ Fasilitas kesehatan setempat. Sedangkan Fase kedua akan dilakukan pada bulan Agustus – September 2018 di provinsi lain di luar Pulau Jawa. Selanjutnya, vaksin MR akan masuk dalam jadwal rutin imunisasi.
Masyarakat dan orangtua harus memahami info yang benar seputar imunisasi, agar tidak gelisah karena isu yang banyak beredar. Tidak benar bahwa vaksin berbahaya, dibuat dari janin bayi, mengandung racun, lemak babi, mengakibatkan autisme atau menimbulkan kematian. Semua isu-isu itu tidak benar.
Teknologi pembuatan dan isi vaksin pada tahun-tahun tersebut sangat berbeda dengan vaksin-vaksin yang dipakai sekarang. Publikasi 26 penelitian lain menyatakan tidak ada hubungan vaksin dan autisme. Vaksin ini halal. Ditumbuhkan di embrio ayam dengan menggunakan media telur. Sedangkan vaksin rubella dikembangbiakkan pada sel punca atau stemcell manusia. Vaksin ini aman, rekomendasi dari WHO dan telah mendapatkan izin edar dari BPOM.
Reaksi normal yang mungkin timbul setelah vaksin yakni demam ringan, ruam, bengkak dan nyeri di tempat suntikan yang akan menghilang dalam 2-3 hari. Kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) jarang terjadi.  Dalam hal jika seseorang tidak imunisasi menyebabkan kematian dan penyakit berat serta cacat, maka berdasarkan pertimbangan tersebut pemberian vaksin bersifat wajib. Anda merawat semua anak untuk melindungi masyarakat luas. Memberikan vaksin pada anak berarti kita telah turut melindungi anak-anak lain, serta para ibu hamil dan janinnya. Lebih baik mencegah daripada mengobati. Sayangi anak kita, sayangi generasi penerus bangsa kita. Lindungi buah hati kita. Love them, protect them, immunize them.

                                                                                                       ———— *** ————-

Rate this article!
Tags: