Lindungi Minoritas, Gus Dur Representasikan ‘Islam Indonesia’

24-why-atasMeski sudah lima tahun tiada, namun perbincangan sisi kehidupan dari sosok mantan Presiden Abdurahman Wahid (Gus Dur) tak pernah ada habisnya.  Kerinduan akan figur yang mau mengabdikan hidupnya untuk umat dan bangsanya ini kembali terlihat saat dialog bertajuk Gus Dur dan Kebudayaan, Senin (22/12) malam kemarin.
Bertempat di resto L’fash, berbagai tokoh lintas agama dan etnis berkumpul untuk menghadiri acara dialog yang digelar Paguyupan Seniman (PaS) Jatim bekerjasama dengan komunitas Gusdurian.  Acara yang juga didukung salah satu televisi lokal Surabaya ini mengambil tema tentang Gus Dur dan Kebudayaan.
“Sengaja kami memilih tema ini karena mengambil momentum peringatan Haul Gus Dur kelima. Selain itu juga ingin mengukuhkan keinginan kami untuk memperjuangkan adanya Hari Budaya Nasional,” kata Ketua PaS Jatim Luziati Fauzi, SE MM.
Menurut Luzi, Gus Dur adalah sosok yang memiliki visi kebudayaan yang tinggi sehingga pendekatan-pendekatan yang dilakukan lebih mengedepankan sisi budaya.
“Semua persoalan bagi Gus Dur selalu bisa didekati dengan budaya, sehingga Gus Dur bisa diterima di semua kelompok,” kata Luzi lagi. Berangkat dari kondisi itulah, dirinya melalui Paguyupan Seniman (PaS) sangat ingin menjadikan budaya sebagai solusi atas berbagai persoalan di bangsa ini.
“Bangsa ini dikenal ramah dan santun adalah karena budaya. Oleh karena itulah kebudayaan harus mendapatkan perhatian semua pihak,” tegas perempuan yang aktif di berbagai organisasi kemasyarakatan ini.
Acara semakin menarik, ketika puteri bungsu Gus Dur, Inayah Wahid juga ikut hadir dalam acara dialog tersebut. Kepada para undangan yang hadir Inayah mengungkapkan rasa harunya atas perhatian berbagai pihak terhadap pikiran dan sepak terjang Gus Dur.
“Saya percaya akan banyak lahir generasi baru yang bisa melanjutkan apa yang sudah dilakukan Gus Dur,” kata Inayah.
Dalam kesempatan tersebut tokoh umat Katolik yang ikut hadir Romo Didik menceritakan pengalamannya yang menggambarkan betapa dunia sangat menghormati Gus Dur sebagai tokoh yang mampu melindungi minoritas.
“Bahkan ketika saya berkunjung ke beberapa kampus di Eropa, muncul pertanyaan apakah kaum minoritas pasca Gus Dur meninggal masih terjamin kenyamanannya,” tutur Romo Didik. Pertanyaan tersebut lanjut Romo Didik menunjukkan bahwa sifat dan karakter Gus Dur yang menjadi pelindung bagi kaum lemah dan minoritas sudah diakui dunia. Lebih lanjut menurut Romo Didik, tokoh agama di Eropa menilai Gus Dur mampu membangun citra Islam yang lebih damai di mata mereka.
“Jadi teman-teman lebih merasa terlindungi oleh ‘Islam Indonesia’ sebagaimana yang direpresentasikan oleh Gus Dur,” kata Romo Didik lagi. Cara beragama Gus Dur tegas Romo Didik, pada sisi lain juga menunjukkan cara beragama Islam yang cenderung lebih kental budaya arabnya dibanding dengan budaya di Indonesia.
Dalam acara dialog kemarin malam juga ditayangkan rekaman video yang berisi pandangan budayawan Zawai Imron terhadap ketokohan Gus Dur.
Dalam tayangan tersebut, Zawawi menilai sosok Gus Dur adalah sosok yang mengedepankan hati nurani.
“Oleh karenanya apa yang dilakukan selalui bisa diterima oleh pihak manapauan,” jelas Zawawi. Kalaupun Gus Dur mengritik, lanjut Zawawi maka itu dilakukan demi kecintaannya kepada yang dikritik.
“Ketika zaman orde baru dulu Gus Dur sering mengritik, maka itu dilakukan karena kecintaannya terhadap bangsa ini,” kata Zawawi melalui videonya.
Sementara itu Ketua PC NU Kota Surabaya KH Syaiful Halim  menegaskan banyak sikap Gus Dur yang harus jadi contoh bagi generasi muda saat ini. “Gus Dur sudah banyak memberikan contoh dalam mengabdikan dirinya untuk masyarakat. Kita semua harus mau belajar dari beliau,” pesan Kiai Halim. [why]

Keterangan Foto : Putri bungsu Gus Dur Inayah Wahid (berkerudung) dan Ketua PaS Jatim Luziati Fauzi, SE MM saat mengungkapkan pandangannya terhadap sosok Gus Dur dalam acara dialog Gus Dur dan Kebudayaan yang digelar di Resto L’Fash, Surabaya (22/12) malam.

Tags: