LIPI Salurkan 4.000 Bibit Anggur dan Mangga ke Kota Probolinggo

DBIPH LIPPI, DR Enny Sudarmonowati (dua dari kanan) saat serahkan bibit mangga dan anggur.

(Buah Khas Probolinggo Yang Nyaris Punah)
Kota Probolinggo, Bhirawa
Tidak banyak yang tahu ternyata tanaman anggur dan mangga yang selama ini menjadi ikon kota Probolingga terancam punah, terutama akibat perubahan iklim ekstrim. Menggerakkan kembali budi daya anggur dan mangga, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyalurkan empat(4) ribu bibit ke kota yang dikenal sebagai kota Banyuanggga (Angin, Anggur dan Mangga) ini.
Menurut Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati LIPPI, Dr Enny Sudarmonowati, Selasa (3/10) penyaluran bantuan bibit itu lantaran LIPI peduli terhadap ikon Probolinggo yang hampir punah ini.
“Dengan punahnya ikon Probolinggo ini, masyarakat harus menerapkan supaya bisa mengembalikan,”katanya.
Hilangnya tanaman Anggur khas Kota Probolinggo yang di kenal dengan Prabu Bestari, lantaran empat faktor. Faktor pertama yaitu perubahan musim ekstrim hingga membuat tanaman mangga dan anggur rusak dan tidak bisa menghasilkan buah yang berkaalitas.
Kedua, berkurangnya lahan tanaman mangga dan anggur, yang menyebabkan tanaman mangga dan budidaya anggur berkurang.
Ketiga, Merosotnya minat masyarakat untuk melakukan penanaman mangga dan anggur hingga mengurangi jumlah hasil panen untuk bersaing dengan mangga dan anggur dari luar daerah,”ujarnya.
Keempat yang berhubungan dengan teknologi baik saat penanaman maupun olahan hasil panen mangga dan anggur serta kalah saing dengan buah lokal lainnya. “Itu juga karena lantaran persaingan buah lokal. Coba bayangkan buah lokal sekarang banyak dan harganya juga mahal oleh sebab itu, yang budidaya  anggur berkurang,”paparnya.
Di tempat yang sama, anggota Komisi VII DPR RI Hadi Zainal Abidin menyebutkan, kalau penanaman anggur dan mangga tersebut harus digalakkan kembali. “Kalau sampai punah ikon Probolinggo ini, bagaimana. Kita harus galakan kembali. Dulu, setiap rumah warga ada pohon anggur di depan rumahnya. Tapi sekarang sudah tidak di temukan kembali,”jelasnya.
Penanaman secara simbolis anggur dan mangga itu di lakukan di Halaman Adiwiyata MAN 2 Kota Probolinggo bersama ratusan warga dan siswa. “Kita peduli terhadap lingkungan, sehingga kita libatkan siswa dan warga,”ungkapnya.
Lebih lanjut dikaakannya, diketahui produksi anggur Kota Probolinggo mulai susut, disebut-sebut karena hanya menjadi tanaman penghias halaman. Bahkan, sebagian besar, juga adanya penebangan tanaman anggur karena dinilai tidak potensial.
Kondisi tersebut, secara umum membuat menurunnya produktivitas anggur di Kota Probolinggo, hingga terancam punah. Hal itu menarik perhatian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Lembaga ini, kemudian menyalurkan empat ribu bibit mangga dan anggur unggul untuk dibudidayakan oleh petani dan pelajar. Ribuan bibit ini, merupakan hasil budidaya Kebun Raya Bogor, kenangnya.
Tak hanya itu, LIPI juga melakukan dialog dan pelatihan penanganan tanaman mangga dan anggur berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi. Dialog interaktif bersama para pakar dan peneliti LIPI ini, dilaksanakan di aula MAN 2 Kota Probolinggo.
“Dulu anggur itu menjadi ikon kota ini. Dimana anggur yang dibudidayakan sangat manis dan berbeda rasanya dengan anggur yang dihasilkan oleh daerah lain. Namun, sekarang anggur sudah jarang ditemui disini,” tandasnya.
Profesor Enny, berharap dengan transfer ilmu dan penyaluran ribuan bibit itu diharapkan akan mengembalikan kejayaan anggur Probolinggo di kancah nasional.
“Untuk meningkatkan kemampuan warga masyarakat dalam perawatan tanaman mangga dan anggur kami juga akan memberikan pelatihan pembuatan pupuk kompos. Petugasnya langsung dari kebun raya Bogor,” tambanya.(Wap)

Tags: