Listrik Padam, Air Mati, Separo Siswa Dititipkan

Siswa kelas VI SDN Kapasan III/145 menempati ruang kelas SMPN 41 Surabaya yang berada di lantai dua. Mereka melakukan doa bersama sebelum pulang sekolah, Senin (17/4). [gegeh bagus setiadi]

Hari Pertama Siswa SDN Kapasan III Masuk Pasca Kebakaran
Surabaya, Bhirawa
Hari pertama masuk sekolah pasca terbakarnya ruang kelas SDN Kapasan III/145 di Jalan Gembong Sekolahan Nomor 7 Surabaya menjadi mimpi buruk bagi ratusan siswa dan guru. Pasalnya, ratusan siswa kehilangan tempat belajar yang biasa dipakai setiap hari untuk menimba ilmu setelah ruang kelasnya dilalap si jago merah dan menghanguskan semuanya pada Minggu (16/4) lalu.
Pantauan di lapangan, Senin (17/4) pagi di lokasi proses belajar mengajar di SDN Kapasan III/145 berjalan normal. Namun, sebagian siswa yang totalnya 400 siswa ini harus dibagi ruang kelasnya untuk sementara waktu. Untuk kelas V ada 65 siswa dan kelas VI ada 69 siswa terpaksa dititipkan ke sekolah SMPN 41 Surabaya yang lokasinya berdekatan. Sedangkan kelas III dan IV dijadwalkan masuk sekolah pada siang hari.
Lembaran kertas pemberitahuan juga tertempel di sudut gerbang sekolah. Di kertas tertulis kelas I dan II proses pembelajaran bertempat di SDN Kapasan III/145. Kelas I menempati ruang sendiri dan kelas II menempati ruang kelas VI. Sedangkan kelas V dan VI bertempat di SMPN 41.
Genangan air bekas pemadaman juga mulai surut. Puing bangunan di ruang kelas berukuran 7×5,5 meter tersebut terlihat jelas usai terbakar, berupa bongkahan kayu gosong. Sementara, police line yang dipasang pihak kepolisian masih mengitari lokasi kebakaran. Petugas Labforensik dari Polda Jatim juga tampak meneliti setiap sudut ruangan bekas terbakar.
Wajah ratusan siswa pun tampak gelisah melihat tempat belajarnya hangus terbakar. Tak sedikit siswa juga merasa kepanasan di dalam ruang kelas lantaran aliran listrik padam. Para siswa belajar di ruang kelas yang minim penerangan itu juga kesulitan jika buang air kecil (BAK) maupun buang air besar (BAB). Dengan kondisi tersebut, petugas sekolah akhirnya mengangsu di luar sekolahan guna memberikan air bersih untuk siswa.
“Listriknya memang mati dan anak-anak kesulitan air bersih saat di kamar mandi. Sebagian anak-anak juga merasa kepanasan saat berada di ruang kelas dengan kondisi gelap,” kata Eni, Wali Kelas III SDN Kapasan III/145.
Berbeda dengan Eni Wali Kelas III. Wali Kelas VI-a Lilik Masfufah juga disambati anak didiknya saat mengajar di SMPN 41 tempat belajar sementara. Mayoritas anak-anak ingin segera kembali ke sekolah karena belum terbiasa menempati ruang kelas sementaranya itu.
“Anak-anak banyak yang kepingin balik ke sekolah semula. Mungkin karena belum bisa beradaptasi, ya,” katanya.
Menurut Lilik, selain tidak betah berada di sekolah sementaranya itu, siswa juga tidak berani membeli makanan yang ada di kantin SMPN 41 karena mahal. Selain itu, saat jam istirahat pun anak-anak memang dilarang keluar di area sekolah sebelum jam pulang.
“Ndak senangnya memang harga makanan di kantin dirasa mahal. Apalagi, saat jam istirahat tidak boleh keluar. Sedangkan di sini (SMPN 41) area halamannya lagi tidak bisa dipakai karena ada proses pembangunan gedung,” ujarnya.
Sementara, Kepala Sekolah (Kepsek) SDN Kapasan III/145 Solikin mengaku belum sempat mengundang para wali murid untuk datang ke sekolahan karena kondisi listriknya masih padam. Surat undangannya yang akan ditujukan ke wali murid juga belum bisa diprint.
“Insya Allah besok (hari ini, red) kami undang wali murid ke sekolahan dengan cara melalui anak-anak,” katanya.
Menurut Solikin, pada pukul 6.30 kondisi sekolahan juga sudah dilihat langsung oleh Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini bersama Dinas Cipta Karya dan pihak Kecamatan Simokerto.
“Bu Wali bilang gedung sekolahan yang terbakar untuk segera dibangun dan bisa tuntas tahun ini juga. Dengan membangun tiga lantai sekaligus. Lantai satu digunakan aula dan lantai 2-3 untuk ruang kelas,” ceritanya.

Tags: