Listrik Sering Padam, Puluhan Kontainer Gagal Ekspor

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Surabaya,Bhirawa
Puluhan kontainer furnitur asal Sidoarjo, Jatim, terancam gagal dikirimkan ke pemesannya di Eropa dan Amerika Serikat secara tepat waktu, akibat penyelesaian produksinya terkendala pasokan daya listrik PLN yang sering padam.
Kondisi tersebut dikuatirkan berdampak terhadap melambatnya peningkatan kinerja ekspor Jatim tahun ini, mengingat furnitur merupakan salah satu dari 10 komoditas ekspor utama provinsi tersebut. Dari total nilai ekspor non migas Jatim sebesar US$17,209 miliar pada tahun 2014, kontribusi furnitur sedikitnya US$1 miliar dan tahun ini sumbangan furnitur pun masih tinggi.
Ketua Asosiasi Mebel dan Kerajinan Indonesia (AMKRI) Jawa Timur, Nur Cahyudi, ditemui di ruang kerjanya Kamis (28/5) kemarin  mengatakan, layanan pasokan daya listrik dari PLN Sidoarjo sejak beberapa bulan terakhir sering padam hingga beberapa jam, bahkan pemadaman bisa mencapai 12 jam dalam sehari semalam.
Kondisi tersebut berdampak tersendat-sendatnya proses produksi furnitur, termasuk produk yang diorientasikan ke pasar internasional karena Kab. Sidoarjo merupakan salah satu sentra industri furnitur di Jatim. Di kabupaten tersebut terdapat ratusan industri furnitur skala besar, menengah, dan kecil.
Menurut Nur, sebagian industri furnitur di Kab. Sidoarjo berorientasi ekspor yang aktifitasnya memenuhi pesanan buyers asal beberapa negara, termasuk Eropa, Jepang dan AS. Bahan bakunya berupa kayu maupun non kayu.
“Tersendatnya layanan pasokan listrik PLN bisa mengakibatkan produsen furnitur tidak bisa menyelesaikan produksi tepat waktu (terlambat), sehingga  terancam merugi karena kena komplain dari mitra bisnis di luar negeri,” ujarnya, hari ini (Kamis, 28/5).
Nur meminta kepada PLN Sidoarjo agar memperbaiki atau mengganti jaringan listrik maupun komponen lainnya yang mengakibatkan tersendatnya pasokan daya listrik ke para pelanggan, terutama pelanggan industri.
Para pelanggan industri tetap mengandalkan pasokan daya listrik dari PLN, meskipun tarifnya terus mengalami kenaikan. Soalnya, penggunaan genset justru lebih mahal seiring kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) untuk sektor industri. [ma]

Tags: