Literasi Keuangan Lemah, Rawan Incaran Investasi Bodong

H.Muhammad Nur Purnomosidi anggota DPR RI Komisi XI saat menjadi keynote speaker Semibar Nasional ‘Peningkatan Literasi dan Inklusi Keuangan’ yang selenggarakan oleh IKIP PGRI Jember, Kamis (10/8)

Kab.Jember, Bhirawa
Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Jember Mulyadi mengatakan, inklusi keuangan diwilayah OJK Jembet diatas rata-rata nasional. Berdasarkan data, inklusi keuangan hingga saat ini mencapai 84 persen, sedang literasinya hanya 26 persen.
“Artinya, masyarakat yang akses keuangan cukup tinggi, tapi masyarakat yang mengerti tentang bagaimana cara mengelola keuangan   sedikit. Maaf, kondisi ini sangat rawan terhadap investasi bodong, karena tidak tahu cara mengelolanya itu tadi,” ujar Mulyadi saat Seminar Nasional yang bertema ‘Peningkatan Literasi dan Inklusi Keuangan’ bersama mahasiswa IKIP PGRI Jember, Kamis (10/8).
Oleh karena itu, tandas Mulyadi pihaknya gencar melakukan edukasi tentantang literasi kepada masyarakat. “Paling tidak jika ada penawaran investasi yang muluk-muluk koordinasi dengan OJK,” tandasnya.
Dari lima Kabupaten wilayah kerjanya, yang sangat rawan  dan terbuka terhadap investasi bodong yaitu Kab. Banyuwangi.” Karena Kab. Banyuwangi lebih terbuka bila dibanding Kabupaten lain, apalagi penerbangan Banyuwangi-Jakarta sudah dibuka, sehingga serangannya lebih cepat. Jember juga sudah mulai,” ungkapnya.
Mulyadi mengaku, target literasi keuangan diwilayah kerjanya ditahun 2017 bisa mencapai 40 persen. Yakni dengan cara edukasi itu tadi. “Masyarakat tahunya hanya menabung, Kalau kita sakit, berapa banyak duit yang kita keluarkan, dengan diarahkan dengan dipageri  asuransi kesehatan mereka akan teratasi. Misalnya seperti itu. Dalam hal ini, OJK tidak bisa bekerja sendiri, tapi perlu dukungan semua pihak termasuk wartawan,” katanya pula.
Sementara, Anggota DPR RI Komisi XI H. Muhammad Nur Purnomosidi yang didapuk menjadi keynote speaker mengatakan, bahwa dari hasil evaluasi Komisi XI, ada yang salah dalam sistem pemerintahan khususnya lembaga keuangan. Pihak perbankan menarik keuangan dari masyarakat, tapi tidak diimbangi dengan informasi yang cukup.
“Secara nasional, literasi tentang keuangan hanya 26 persen, sedang inklusinya 62 persen. Ini sangat bahaya dengan investasi bodong itu tadi. Artinya masyarakat sudah mulai mendekat kepada perbankan, tapi tidak diimbangi dengan literasi yang cukup,” terangnya.
Oleh karena itu, Bang Pur panggilan akrab H.Muhammad Nur Purnonosidi berharap, sudah saatnya masyarakat tahu dan paham bagaimana sirkulasi keuangan.”Kita perhatikan perusahan jasa keuangan di sekeliling kita yang sudah banyak bermunculan. Tugas kami di sini memberikan edukasi agar paham mana yang benar dan tidak,” ujarnya singkat. [efi]

Tags: