Literasi Puisi Era Digital

Yani Purwati

Oleh :
Yani Purwati
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Seorang anak bernama Ani suka membaca puisi, namun bukan berarti ia sering mengikuti perlombaan, karena ia lebih suka membaca puisi untuk dirinya sendiri dan puisi yang ia baca juga bukan dari karangan penyair-penyair yang sudah terkenal. Terkadang ia membaca puisi karena memang ia merasa puisi yang ia baca mewakili suasana hatinya. Ia berkata bahwa mebaca puisi di dalam kamar sangatlah menyenangkan, Ani juga menulis beberapa baris puisi di dalam buku hariannya. Itupun sebenarnya ia tidak tahu bagaimana tekhnik menulis puisi dengan baik dan benar.
Pada saat itu Ani berumur 13 tahun, dan ia duduk di bangku SMP kelas VIII. Sebenarnya kemampuan yang ia miliki bisa saja di asah dengan cara berlatih dengan orang yang memang sudah berpengalaman dalam menulis puisi, entah itu guru ataupun penyair.
Dunia Medsos
Sekarang Ani sudah tumbuh dewasa dan masih sangat menyukai puisi, namun saat ini dia lebih suka membaca puisi yang ada pada caption-caption di instagram.
Pada sebuah jurnal yang ditulis oleh Lilis Amaliah Rosdiana dijelaskan bahwa caption merupakan tulisan singkat yang menerangkan kegiatan dalam foto atau gambar dan dituliskan di bawah foto atau gambar tersebut. Ada pula yang berpendapat bahwa caption adalah tulisan singkat atau keterangan gambar yang bertujuan memberikan penekanan maksud selain visualisasi pesan yang sudah nampak.
Salah satu caption yang sering Ani baca yaitu pada akun instagram Mahroso Doloh yang syairnya seperti berikut : Antara lelap, dan lenyap para manusia//Dirikulah yang masih dan harus setia//Menyatu dalam gelap malam//Bersahabat dengan butir-butir embun//Terus mencoba//Untuk terus tersenyum//Demi mewujud doa-doa//Yang bernama harapan
Mahroso Doloh merupakan alumni mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah yang kini menjadi seorang penulis. Banyak sekali buku kumpulan puisi yang telah beliau tulis. Dan tidak hanya menulis puisi pada buku saja tetapi beliau juga sering menulis caption puisi pada akun instagram pribadinya.
Dari cerita di atas dapat disimpulkan bahwa sebenarnya puisi merupakan sebuah karya sastra yang bisa dikatakan paling disukai oleh remaja. Karena banyak kata-kata yang ekspresif dan puitis inilah yang menyebabkan puisi disukai banyak orang. Di samping itu, puisi juga bukan merupakan sebuah karya sastra yang mengandung banyak kalimat seperti cerpen atau novel, sehingga orang-orang yang membaca puisi tidak mudah bosan dengan bacaan yang terlalu banyak dan monoton. Alasan itu pula yang membuat Ani suka membaca puisi ketimbang membaca novel, cerpen, atau bacaan lainnya. Ada sebuah penelitian dalam jurnal yang ditulis oleh Neneng Eliana yang menjelaskan tentang peningkatan kemampuan penulisan puisi melalui metode latihan, penyair dapat menciptakan sebuah karya yang bagus karena sering latihan menulis puisi. Oleh karena itu agar bisa menulis puisi yang baik dan karyanya disukai orang lain maka seseorang harus banyak berlatih, jika perlu dari anak duduk di Sekolah Dasar sehingga sudah terbiasa menulis. Selain berlatih seseorang yang ingin menulis puisi juga sangat dianjurkan untuk membaca berbagai macam bentuk puisi sebagai referensi.
Seseorang yang ingin puisinya di sukai banyak orang maka perlu memperhatikan beberapa hal, salah satunya yaitu dengan memperhatikan perkembangan zaman. Contoh saja di zaman sekarang banyak sekali anak remaja yang sering membahas tentang kopi dan senja. Beberapa penyair sekarang ini pun banyak yang menulis puisi tentang kopi dan senja diantaranya yaitu buku kumpulan puisi berjudul Hari Sudah Senja karya D. Zauhidhie dan buku kumpulan puisi berjudul Malam Sekopi Sunyi karya Ekohm Abiyasa. Banyak yang menjadikan puisi tersebut sebagai status di media sosialnya, maka secara tidak langsung seorang penulis puisi tersebut akan semakin terkenal karena karyanya di ketahui banyak orang melalui media sosial. Mengapa topik tersebut sedang sangat ramai menjadi bahan perbincangan remaja? Karena mereka merasa puisi tersebut mewakili perasaan mereka seperti kisah ani di atas yang menyukai puisi karena ia merasa sebuah puisi mewakili perasaannya.
Perkembangan puisi pada era digital saat ini sangat berdampak positif bagi banyak orang khususnya remaja yang tidak pernah lepas dari gawai atau sering dikenal dengan Handphone. Setiap hari pasti akan selalu membawa gawai kemanapun seseorang pergi.. Mengingat bahwa Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke 60 dari 61 negara soal minat membaca, oleh karena itu di era digital ini gawai sangat berperan penting bagi perkembangan puisi. Hampir semua orang berpendapat bahwa teknologi khususnya gawai sebagai penyebab seseorang tidak mau membaca bahkan menulis, namun menurut saya dengan adanya teknologi justru menumbuhkan semangat membaca dan menulis khusunya dalam hal membaca dan menulis puisi. Seperi contoh yang telah disebutkan di atas yaitu salah satu contoh yang ditulis dalam caption instagram Mahroso Doloh. Hal tersebut menjadi bukti bahwa saat ini gawai memiliki manfaat yang baik bagi para pecinta puisi sebagai tempat untuk mengekspresikan diri dengan bebas dan tidak terikat oleh apapun.
Seorang bernama Giryadi berpendapat bahwa saat ini bukan zamannya membaca puisi dengan suasana serius. Sebab beliau meyakini bahwa pembacaan puisi yang terlalu serius justru akan kehilangan apresiasi. Beliau merupakan penyair yang sering menjadi juri di berbagai lomba yang diadakan di tingkat SD-SMA di Jawa Timur. Dari pendapat beliau maka dapat disimpulkan bahwa membaca puisi tidak harus berupa buku kumpulan puisi saja tetapi bisa juga membaca puisi pada teknologi khususnya gawai. Dengan suasana yang santai dan lebih memahami makna sebuah puisi yang dibaca.
Meskipun demikian, bukan berarti buku di nomor duakan. Karena pada kenyataannya selain menghasilkan karya sastra di ranah digital tetapi juga tetap berkontribusi di dunia nyata dengan mendokumentasikan karyanya lewat buku. Seperti yang telah di sebutkan di atas yaitu Mahroso Doloh, adapun penyair lain yaitu Aan Mansyur yang menyebarkan virus puisi di era digital lewat cara dan gayanya sendiri. Beliau merupakan pria kelahiran Bone, 14 Januari 1982 dan beliau sudah suka menulis sejak kecil. Berbeda dengan Mahroso Doloh yang sering menuliskan puisi pada caption di akun instagram pribadinya, justru Aan mansyur menjadikan Twitter sebagai media tempatnya mencurahkan karyanya berupa sajak-sajak.
Memasyarakatkan Puisi
Dari semua penjelasan yang telah dijabarkan mengenai berbagai jenis puisi yang ditulis di media sosial entah itu instagram maupun twitter pada kenyataannya semakin banyak orang yang membaca dan terinspirasi untuk menulis puisi. Hal tersebut sangat bersifat positif karena dapat meningkatkan literasi di era digital khusunya bagi remaja. Pada dasarnya manfaat teknologi dapat dirasakan ketika seseorang menyadari akan kebutuhannya. Contoh saja puisi, ketika seseorang ingin mengetahui berbagai bentuk puisi yang ada di gawai maka segala media yang dapat memudahan untuk bisa mengaksesnya telah disediakan. Bahkan dapat diperoleh dari penyair yang memang ahli dalam bidangnya.

———– *** ————-

Rate this article!
Tags: