LJUS Kurang, US Tertunda 10 Menit

Kepala Dindik Surabaya Ikhsan melakukan kunjungan hari pertama Ujian Sekolah (US) di SDN Jajar Tunggal III, Senin (18/5).

Kepala Dindik Surabaya Ikhsan melakukan kunjungan hari pertama Ujian Sekolah (US) di SDN Jajar Tunggal III, Senin (18/5).

Dindik Surabaya, Bhirawa
Hari pertama Ujian Sekolah (US) di Surabaya nyaris berjalan lancar tanpa masalah. Namun sayang, persoalan tetap saja muncul. Bahkan sejumlah siswa sempat terkendala mengikuti ujian lantaran tidak mendapat Lembar Jawaban Ujian Sekolah (LJUS)
Kekurangan LJUS itu terjadi di SDN Jajar Tunggal III Wiyung. Hal itu diketahui saat rombongan dari Kepala Dinas Pendidikan (Dindik) Surabaya dan Dewan Pendidikan Surabaya melakukan sidak ke beberapa sekolah di kawasan Surabaya Barat, Senin (18/5). Dari kejadian itu, sebanyak 14 siswa harus menunggu lebih dari 10 menit untuk bisa menjawab soal US dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia itu. Itu pun diambilkan dari oleh pengawas dan kepala sekolah dari Sub Rayon SDN Wiyung I.
Kepala Sekolah SDN Jajar Tunggal III Wiwik Marwati mengungkapkan, jarak SDN Jajar Tunggal III ke SDN Wiyung I itu dekat, tidak sampai 2 km. Jadi siswa tidak terlalu lama menunggu LJUS. “Pagi kan macet-macetnya. Ketika masih menunggu siswa kita minta untuk membaca dan menandai jawaban di naskah soal,” ujar Wiwik ditemui di sekolahnya kemarin.
Wiwik mengaku, pengawas sempat kaget dengan kekurangan LJUS tersebut. Sebab, jumlah kekurangan LJUS cukup banyak. “Biasanya kurang paling cuma satu atau dua lembar saja,”  tandasnya. Jika kekurangan jumlah LJUS hanya satu atau dua, lanjut Wiwik, pengawas cukup meminta LJUS cadangan di ruang lainnya.
Namun, kejadian kekurangan LJUS di SDN Jajar Tunggal ini tergolong banyak. Di setiap ruangan kekurangan LJUS lebih dari tiga orang. Padahal, ada 6 ruangan US di SDN yang bersebelahan dengan Perumahan Taman Pondok Indah (TPI) Wiyung itu. “Kita ada 114 peserta US. Berarti LJUSnya kurang 14,” jelasnya.
Kepala Dindik Surabaya Ikhsan mengatakan, kekurangan itu bisa diartikan bahwa panitia salah menghitung LJUS. Karena mekanisme pembagian naskah soal dan LJUS ada dua tahapan. Pertama yakni setiap ruangan selalu dilebihkan jumlah naskah dan LJUS-nya. Kedua meski jumlah peserta di salah satu ruangan sedikit, akan tetapi jumlah naskah dan LJUS-nya sengaja diperbanyak. Hal itu dilakukan untuk menutup kekurangan naskah soal di ruang lainnya.
Ditanya terkait pelaksanaan US, mantan Kepala Bapemas itu mengklaim jika US pada hari pertama kemarin berjalan lancar. Fakta itu memang diperlihatkan ketika sidak ketiga sekolah di kawasan Surabaya Barat dan Selatan. Di SDN Wiyung I, sebanyak 178 siswa mengerjakan US cukup tenang dan lancar. Begitupula yang terlihat di Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Jambangan. Sebanyak 58 siswa mengerjakan US Bahasa Indonesia dengan semangat. Padahal, seminggu sebelumnya yakni pada 11, 12 dan 13 siswa MIN sudah mengerjakan US untuk mapel berbasis keagamaan, seperti Aqidah Akhlak, Alquran Hadist, Fiqih dan Bahasa Arab. Setelah itu, pada Kamis (20/5) dan Jumat, siswa MIN melanjutkan US yang naskahnya dibuat oleh pihak sekolah sendiri yakni IPS, Bahasa Daerah, PKN dan Bahasa Inggris.
Dewan Pendidikan Martadi menambahkan sidak pada hari pertama ini sengaja dilakukan di  sekolah yang berada di kawasan Surabaya Barat. “Surabaya Barat ini perkembangannya cukup cepat. Banyak perumahan mewah, tapi jumlah sekolahnya minim sekali,” ungkapnya.
Sehingga,  masyarakat di kawasan Surabaya Barat memilih sekolah di Surabaya Pusat dan Selatan. Efeknya, kemacetan di Surabaya meningkat karena orangtua harus mengantar dan menjemput anaknya. Yang cukup memprihatinkan jumlah sekolah yang minim ini berpengaruh terhadap psikologi anak. Sebab, anak dituntut sekolah jauh sehingga waktu siswa habis dalam perjalanan. “Apalagi waktu musim US begini. Ujiannya jam 08.00, siswa yang rumahnya jauh harus berangkat pukul 06.00 atau bahkan pukul 05.00 supaya tidak terlambat,” pungkasnya. [tam]

Rate this article!
Tags: