Lokalisasi Tutup, Jumlah Kasus HIV Surabaya Diprediksi Turun

Febria Rahmanita

Surabaya, Bhirawa
Ditutupnya lokalisasi menjadikan kasus Human Immunodeficiency Virus (HIV) di Surabaya ini akan turun. Dinas Kesehatan Dinkes Surabaya yakin jumlah kasus HIV tahun 2017 akan turun dratis jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya, Febria Rahmanita, Rabu(5/7)  mengatakan, berdasarkan jumlah pengidap HIV di Surabaya terus mengalami penurunan. Pada 2014  pengidap HIV mencapai 935, kemudian turun menjadi 933 di tahun 2015 hingga data terakhir pada 2016 tersisa 923 orang.
Berdasarkan wilayah bekas lokalisasi, eks lokalisasi Sememi yang dulunya ada sebanyak 57 orang kini hanya tersisa 5 orang, eks kawasan Dupak Bangunsari dari 68 orang menjadi 4 orang  dan eks lokalisasi Dolly dari 110 menjadi 36 orang.
“Jumlah ini tidak semuanya merupakan PSK, ada juga ibu rumah tangga, karyawan, buruh kasar juga seniman,” katanya.
Menurutnya, kendati jumlah pengidap HIV di Surabaya terus mengalami penurunan setiap tahunnya namun masih tergolong cukup tinggi. Hal itu, tidak lepas dari fakta banyaknya jumlah penduduk Surabaya dan semakin bertambahnya warga pendatang. Apalagi, dari hasil temuan, jumlah warga Surabaya dan luar Surabaya adalah 1 berbanding 10.
“Semakin banyak penyandang HIV ditemukan, itu berarti surveillance (pengawasan) kita bagus. Kami terus melakukan pendampingan dengan dipantau minum obatnya atau bisa kita rujuk ke rumah sakit,” jelasnya.
Saat ini, sejumlah rumah sakit melayani pengobatan di Surabaya diantaranya RSUD dr Soewandi, RSAL, RS Karang Tembok, RS Menur, RS Bhayangkara, RS Haji, dan RS Unair.
Adapula tujuh Puskesmas khusus yang bisa melayani pengobatan yaitu Putat, Perak Timur, Sememi, Dupak, Jagir, Kedurus dan Kedung Doro. Sedangkan untuk pemeriksaan dan pengecekan sudah bisa dilakukan di seluruh Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Surabaya
Sementara ,Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Masalah Kesehatan, Dinkes Jatim, Drg Ansarul Fahruda optimis menargetkan Jatim zero kasus penyebaran HIV/AIDS pada tahun 2020 seiring dengan intensifnya kegiatan pencegahan dan penanggulangan penyakit tersebut oleh berbagai pihak terkait.
Ada tiga zero yang ingin dicapai dalam kegiatan pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di Jatim. Yakni, zero penularan HIV/AIDS, zero kematian akibat penyakit yang berhubungan dengan HIV/AIDS, dan zero stigma HIV/AIDS bagi ODHA. Ditargetkan tiga zero itu bisa terwujud pada tahun 2020.
Ia mengatakan, guna mewujudkan tiga zero tersebut, Dinkes Jatim akan menggandeng semua pihak terkait, termasuk Dinkes di tingkat kota/kabupaten beserta jajarannya hingga tingkat desa dan kecamatan untuk aktif melakukan kegiatan pencegahan dan penanggulangan penyakit tersebut.
Tidak hanya dari sisi pemerintah, menurutnya, dinas juga melibatkan berbagai LSM, komunitas, dan aktivis yang berkonsentrasi di bidang HIV/AIDS untuk melakukan kegiatan pencegahan tersebut. [dna]

Tags: