Longsor, Akses Wisata ke Gunung Bromo Terganggu

Longsoran tanah dari tebing di Dusun Pakis Bincil Desa Wonokitri Kecamatan Tosari mengganggu akses jalan wisata ke Gunung Bromo di Kabupaten Pasuruan, Rabu (12/10).  [hilmi husain]

Longsoran tanah dari tebing di Dusun Pakis Bincil Desa Wonokitri Kecamatan Tosari mengganggu akses jalan wisata ke Gunung Bromo di Kabupaten Pasuruan, Rabu (12/10). [hilmi husain]

Pasuruan, Bhirawa
Akses jalan wisata ke Gunung Bromo di Kabupaten Pasuruan terganggu. Itu karena ruas jalan di Dusun Pakis Bincil Desa Wonokitri Kecamatan Tosari tertimbun longsoran tanah dari tebing. Sebagian badan jalan yang tertimbun longsoran tanah tersebut akibat hujan seharian, Rabu (12/10).
Masyarakat sekitar tidak berani membersihkan material tanah yang berserakan di badan jalan. Karena selain rawan longsor juga sangat berbahaya bagi masyarakat yang mendekatinya.  “Jika warga lewat lokasi itu, hanya menghindar dari material tanah yang berserakan di badan jalan. Warga juga tidak berani membersihkan reruntuhan longsoran sebab sangat berbahaya. Longsoran itu juga sempat menutup jalur ke lautan pasir Gunung Bromo dari arah Desa Wonokitri Kecamatan Tosari,” ujar Sudiono, salah satu warga Tosari Kabupaten Pasuruan, Rabu (12/10) sore.
Sudiono bersama warga lainnya hanya berharap agar longsoran itu secepatnya bisa ditangani oleh pihak terkait. Sehingga tidak mengganggu aktivitas pengguna jalan.  “Harus segera ditangani secepatnya. Karena jalan itu merupakan jalan utama warga sekitar dan masyarakat yang akan berwisata ke Gunung Bromo,” jelasnya.
Terpisah, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pasuruan Bhakti Jati Permana menyampaikan bahwa pihaknya tak bisa berbuat apa-apa. Karena jalan yang terkena longsoran itu masuk otoritas kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Ia pun membenarkan longsor di kawasan Pakis Bincil hingga saat ini material longsoran belum dibersihkan.  “Kami bisanya berkoordinasi dengan pihak TNBTS. Karena jalur itu terletak di kawasan mereka. Makanya kami tak punya kewenangan. Sehingga hanya melapor serta berkoordinasi,” kata Bhakti Jati Permana.
Sekadar diketahui, TNBTS membawahi wilayah administratif Kabupaten Pasuruan, Malang, Lumajang dan Probolinggo. Taman yang bentangan barat-timurnya sekitar 20-30 kilometer dan utara-selatannya sekitar 40 kilometer, ini ditetapkan sejak 1982 dengan luas wilayahnya sekitar 50.276,3 hektare. Di kawasan ini terdapat kaldera lautan pasir yang luasnya sekitar 6.290 hektare. Batas kaldera lautan pasir, berupa dinding terjal serta berketinggian antara 200-700 meter.

Ubah Pola Tanam
Sementara itu Gubernur Jatim Dr H Soekarwo meminta para petani bisa mengubah pola tanam dari kering ke basah. Selain potensi hujan yang masih tinggi, pola tanam basah diyakini juga akan lebih menyejahterakan para petani.
“Hujan harus dijadikan satu berkah untuk mengubah ke tanaman basah. Tanaman yang cocok itu adalah jagung,” kata Gubernur Soekarwo ditemui di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Rabu (12/10).
Dengan menanam jagung, para petani diharapkan bisa mendapatkan nilai tambah apalagi harga jagung juga cenderung tinggi sehingga sangat menguntungkan. “Dulu Jatim selalu kekurangan air sehingga produksi jagung selalu kurang. Saat ini waktunya kita mengalihkan ke jagung sehingga produksi bisa meningkat,” ujarnya.
Menurut Pakde Karwo, sapaan akrab Gubernur Soekarwo, pada 2015 lalu produksi jagung di Jatim sebenarnya sudah meningkat menjadi 12,8 juta ton dari produksi pada tahun sebelumnya yang hanya 12,3 juta ton.
Ia mengatakan, panen jagung di Jatim masih didominasi di wilayah DAS (Daerah Aliran Sungai) Brantas. Dari total produksi, untuk kebutuhan konsumsi masyrakat Jatim per tahun hanya sekitar 170 ribu ton.
Sedangkan dominasi peruntukannya yakni bagi pakan ternak mencapai 2,5 juta ton. “Kalau dari total produksi dikurangi kebutuhan konsumsi termasuk untuk pakan ternak, produksi jagung kita sebenarnya masih surplus. Ada kelebihan sekitar 3,5 juta ton per tahun, tapi akan terus kami tingkatkan,” kata dia.
Secara nasional, produksi jagung Indonesia  menempati peringkat ke-8 sebagai lumbung jagung dunia dengan kontribusi 2,06 persen terhadap produksi global. Sentra produksi jagung tersebar di 12 provinsi dan 45 kabupaten. Di Jatim yang menjadi sentra jagung, yakni Tuban, Kabupaten Malang, Kabupaten Kediri, dan Kabupaten Blitar. [hil,iib]

Tags: