Longsor Terjang Dua Desa di Kabupaten Malang

Tanah longsor yang merobohkan bangunan dinding rumah warga di Desa Karangsari, Kec Bantur, Kab Malang, akibat diguyur hujan lebat
Hujan Lebat, Tanah [yoyok cahyono/bhirawa]

Kab Malang, Bhirawa
Akibat guyuran hujan lebat, secara beruntun dua desa di dua kecamatan yang berada di wilayah kabupaten Malang tertimpa longsor.  Musibah tanah longsor tersebut terjadi di Desa Mulyoasri Kecamatan Ampelgading, Jumat (17/3) malam dan di Desa Karangsari, Kecamatan Bantur, kabupaten setempat, terjadi pada Sabtu (18/3) sore.
Kejadian tanah longsor karena seharian wilayah Malang Selatan diguyur hujan lebat. Sehingga menyebabkan tanah tebing yang sekaligus lahan tanaman tebu serta tanaman sengon milik warga Desa Karangsari longsor sepanjang 100 meter longsor.
“Tanah longsor di Desa Mulyoasri telah mengakibatkan bangunan belakang rumah milik Wagiran (30) dindingnya yang terbuat dari batako ambrol, karena tanahnya tidak kuat menahan guyuran air hujan,” terang Kepala Bidang (Kabid) Logistik dan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malang Bagyo Setiono, Minggu (19/3), kepada Bhirawa.
Menurut dia, bangunan rumah ambrol milik Wagiran tersebut, karena berada di atas lereng kebun kopi. Sehingga tanah lonsor di Desa Karangsari itu sempat menutup jalan desa yang menghubungkan Desa Karangsari dan Desa Argoyuwono. Namun, pada Minggu (19/3) pagi, material longsor sudah dibersihkan dengan cara bergotong royong yang dilakukan oleh masyarakat, BPBD, PMI, para relawan, serta dibantu anggota Koramil dan Polsek Bantur, dan sekarang jalan desa tersebut sudah bisa dilewati kendaraan bermotor.
“Dalam kejadian tanah longsor di dua desa itu tidak membawa korban jiwa baik itu luka maupun meninggal dunia. Tapi warga hanya mengalami kerugian material saja, seperti ambrolnya rumah warga di Desa Karangsari itu kerugiannya kita taksir kurang lebih sebesar Rp 30 juta. Sedangkan tanah longsor yang di Desa Mulyoasri, Ampelgading, masih belum kita estimasi kerugiaan tanaman tebu dan sengon milik warga tersebut,” papar Bagyo.  Untuk itu, kata dia, sebagai upaya preventif dan antisipasi bencana alam di Kabupaten Malang ini, maka BPBD akan menjalankan program Desa Tangguh. Program itu hanya  untuk mengingatkan akan pentingnya ketangguhan individu dalam upaya penyelamatan diri sendiri secara mandiri saat menghadapi bencana alam. Hal itu di lakukan agar untuk meminimalisir korban jiwa jika terjadi bencana alam. Dan warga sendiri juga agar  mempunyai bekal ketangguhan individu atau ketangguhan secara mandiri.
Lebih lanjut Bagyo menegaskan, jika BPBD Kabupaten Malang mempunyai program Desa Tangguh dan  mendapatkan penghargaan secara nasional. Sehingga Desa Tangguh tersebut merupakan salah satu untuk memberikan pemahaman yang sangat penting dalam menekan korban jiwa.
“Sebab dengan adanya penguasaan skill atau keahlian dalam menghindari bencana alam secara swadaya, maka diharapkan akan mengurangi jumlah korban jiwa ketika terjadi bencana alam. Karena warga sudah memiliki ketangguan mandiri secara individu,” jelasnya.
Ditambahkan, di wilayah Kabupaten Malang ini sebagai salah satu daerah di Jatim rawan terjadinya bencana alam, seperti banjir, tanah longsor, puting beliung, dan erupsi gunung yang pernah terjadi beberapa tahun silam, terjadinya Gunung Kelud erupsi. Dengan adanya program Desa Tangguh itu, agar warga akan memahami betul  kondisi disekitar tempat tinggalnya. Di antaranya, struktur rumah yang dimiliki serta kondisi geografis sekitar tempat tinggal  mereka. [cyn]

Tags: