Lonjakan Harga Dipacu Kenaikan Psikologis

Foto: ilustrasi

Kembangkan Bawang Putih Varietas Kayu
Pemprov Jatim, Bhirawa
Melonjaknya harga bawang putih beberapa waktu terakhir ditengarai sebagai kenaikan psikologis. Hal ini karena sejak maraknya wabah virus corona, bererdar informasi tentang larangan impor dari Tiongkok oleh pemerintah Indonesia. Sayangnya, informasi tersebut tidak benar namun pasar terlanjur memberikan respon lebih dulu.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa menuturkan, pihaknya telah berkomunikasi dengan Menteri Kordinator Perekonomian dan Menteri Perdagangan terkait fenomena tersebut. Khofifah menegaskan, bahwa larangan Menko Perekonomian terhadap impor dari Tiongkok hanya berlaku untuk hewan hidup. Selain itu tidak ada larangan khusus terhadap bawang putih. Dan untuk diketahui, selama ini suplai bawang putih di Indonesia sebagian besar merupakan impor dari Tiongkok.
“Saya sudah berkoordinasi dengan Menko Perekonomian bahwa yang dilarang impor dari Tiongkok adalah hewan yang hidup, di luar itu tidak. Dan larangan impor bawang putih yang sempat tersiar, sesuai konfirmasi Menko Perekonomian itu tidak benar,” tegas Khofifah saat ditemui di Gedung Negara Grahadi, Minggu (9/2).
Khofifah mengatakan, melonjaknya harga bawang putih ini merupakan kenaikan psikologis. Pihaknya pun telah kordinasi dengan Bank Indonesia (BI) serta beberapa kementerian terkait yang menunjukkan bahwa pergerakan harga telah mencapai dua kali lipat.
“Lima hari yang lalu, bawang putih yang biasanya dijual Rp 25 ribu jadi Rp 50 ribu yang biasa Rp 28 ribu jadi Rp 58 ribu. Data-data itu kita kirim ke beberapa menteri bahwa ada kenaikan psikologis akibat adanya informasi seolah-olah semua barang yang diimpor dari Tiongkok dihentikan,” sambung Khofifah.
Oleh karena itu, mantan Menteri Sosial RI ini meminta kepada seluruh distributor bawang putih agar tidak melakukan penimbunan. Karena sebetulnya stok hari ini yang dibutuhkan untuk konsumsi di Jatim sangat cukup. “Jadi tim satgas pangan diharapkan bisa mengecek ke gudang-gudang yang terdeteksi apakah importir atau distributor bawang putih. Dan diminta untuk segera mendistribusikan ke pasar,” pungkas Khofifah.
Sementara itu Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DipertaKP) berencana akan memulai pengembangan tanaman bawang putih varietas kayu di Jatim, agar bisa menambah produksi bawang putih yang sampai saat masih minus.
Kepala DipertaKP Jatim, Hadi Sulistyo menyampaikan, telah ditemukan varietas lokal kayu bawang putih di Jatim yang mampu tumbuh dan berproduksi di ketinggian 450 m dpl (diatas permukaanlaut) yang potensi produksinyabisa mencapai 10-12 tonkering panen.
“Varietas bawang putih tersebut beradadi kabupaten Malang, Kota Batu, Pasuruan dan Probolinggo. Umur panen lebih pendek sekitar 3 sampai 3,5 bulan dari tanam,” katanya, kemarin.
Dikatakannya, potensi lahan dengan ketinggian 450 m dpl di Jatim lebih luas melebihi 10 ribu ha, dan tersedia di banyak kabupaten. Adanya potensi ini, maka diharapkan bisa menambah produksi 63 ribu ton bisa terpenuhi bahkan bisa swasembada. “Peneliti yang mengembangkan bawang putih di Jatim adalah Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur,” katanya.
Untuk tahapan bawang putih varietas kayu ini, dimulai dari pendaftaran varietas ke Pusat Perlindungan Varietas. Kemudian, mengidentifikasi areal lahan di ketinggian 450 m dpdl tiap kabupaten.
Langkah selanjutnya, perbanyakan benih varietas k ayu yang sudah di daftarkan, pelatihan bagi petugas baik kabupaten maupun petugas lapangan, membuat SOP budidaya bawang putih spesifik lokasi.
Selanjutnya, juga ada pelatihan petani melalui metoda sekolah lapangan dan sekaligus membuat demplot, membuat Road Map Pengembangan Kawasan di lokasi kabupaten terpilih, hingga melaksanakan Rencana Aksi Road Map swasembada Bawang Putih di Jawa Timur, butuh waktu antara 3 sampai 4 tahun.
Sebelumnya, Produksi Bawang Putih di Jatim Tahun 2019 sebesar 6.953 ton dengan konsumsi 62.880 ton, Defisit 55.927 ton sehingga masih dibutuhkan luas tanam untuk pertanaman bawang putih di Jatim seluas 9.321 Ha.
Pada tahun ini, untuk Total kebutuhan benih untuk pengembangan kawasan bawang putih di Jawa Timur tahun 2020 seluas 645 ha dibutuhkan benih sebanyak 387.000 kg. Untuk potensi lahan bawang putih di Jatim,seperti di Probolinggo 1.864 ha, Pasuruan 5.337 ha, Banyuwangi 500 ha, Malang 300 ha, Lumajang 200 ha, Kota Batu 250 ha, Mojokerto 100 ha, Magetan 100 ha. Jika ditotal ada 8.651 ha. [tam,rac]

Tags: