Lotion Nyamuk Kalahkan Foggingisasi di Surabaya

FoggingSurabaya, Bhirawa
Banyaknya fogging (Penyemprotan, red) yang dilakukan oleh petugas kesehatan di Puskesmas dinilai tidak efektif dalam mencegah gigitan nyamuk di masyarakat.  Ternyata penggunaan obat nyamuk termasuk dalam bentuk lotion jauh lebih efektif mencegah gigitan  serangga pembawa penyakit ini pada manusia.
Temuan ini dikemukakakn pengajar dan peneliti di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia DR, dr Tri Yunis Miko Wahyono, M.Sc saat ditemui di Surabaya, kemarin (26).
Menurutnya, berdasarkan hasil studi ekologi yang merupakan disertasinya tahun 2013 menyebutkan  tindakan fogging yang selama ini sering dilakukan sebagai pencegahan dan upaya pemusnahan nyamuk kurang efektif. Masyarakat saat ini memang masih fokus untuk menangkal ancaman demam berdarah dengan melakukan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) pengasapan (fogging) dan pemberantasan jentik nyamuk (larvasida), namun penyakit demam berdarah seolah sulit dilawan.
“Di sini perlu dilakukan evaluasi mengenai cara pencegahan demam berdarah yang memberikan efek paling besar dan menurunkan jumlah penderita demam berdarah dan hasil dari penelitian saya ternyata tindakan fogging kurang efektif,” paparnya.
Menurutnya, hal itu bisa disebabkan karena kurang tepat dalam komposisi pencampuran obat saat fogging dan bisa juga karena terlalu sering dilakukan fogging disuatu wilayah, nyamuk menjadi resisten atau kebal terhadap pengasapan tersebut.
Sementara itu dalam peneltian yang dilakukan menyimpulkan bahwa penggunaan obat nyamuk sebagai personal protection memberikan efek penurunan angka demam berdarah terbesar dibandingkan larvasida dan fogging.
“Obat anti nyamuk dirasa sangat efektif karena langsung memproteksi seseorang, contohnya obat anti nyamuk lotion yang dapat melindungi seseorang hingga 8 jam dan disemua tempat. Sedangkan fogging mungkin hanya membasmi disuatu tempat, sedangkan ditempat lain tidak dilakukan maka masih ada nyamuk yang berkembang,” tuturnya.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam di RSUD dr Soetomo Prof dr Usman Hadi Sp,PD menambahkan, penanggulangan atau pencegahan seseorang tergigit nyamuk aedes aigepty dan terhindar dari demam berdarah sangat tergantung pada gaya hidup seseorang. Seseorang yang menerapkan gaya hidup bersih dan sehat serta kesadaran tentu kemungkinan terkena semakin kecil.
“Contohnya jika seseorang menerapkan gaya hidup bersih dilingkungannya dengan 3M (mengubur, menutup, menimbun) dan menggunakan obat anti nyamuk secara personal tentu resikonya jauh lebih kecil,” tukasnya.
Sementara itu menanggapi pernyataan di atas Kepala Dinkes Jatim Harsono menyatakan, tindakan fogging yang dilakukan petugas kesehatan hanya mengurangi bibit nyamuk Aedes aegypti, sedangkan untuk tindakan pencegahannya dengan membudayakan hidup sehat dan menjaga kebersihan lingkungan.
Menurutnya, banyaknya masyarakat yang terkena demam berdarah dikarenakan kurang bersihnya dalam menjaga lingkungan. Selain itu musim penghujan menjadi faktor salah satu faktor penentu nyamuk untuk berkembang biak.
”Jika terjadi hujan terus menerus tidak apa, yang bahaya itu hujan satu hari tidak hujan dua hari. Ini yang menjadikan nyamuk cepat berkembang biak,” ucapnya. [dna]

Tags: