Loyalitas Sang Kapten Hingga Akhir Hayat

Choril Huda saat digotong oleh tim medis ke ambulance.

Selamat Jalan Choirul Huda
Lamongan, Bhirawa
Dunia sepak bola kembali berkabung, kali ini mendung kelabu itu bergelayut di Stadion Surajaya kandang Persela Lamongan. Sang penjaga gawang Choirul Huda meninggal dunia setelah mengalami benturan dengan rekan sesama timnya.
Sosoknya dikenal angker di bawah mistar gawang, dengan tinggi tubuh 183 cm dan ditunjang dengan kecepatan maupun akurasinya mengantisipasi si kulit bundar membuat pria kelahiran 2 Juni 1979 menjadi benteng terakhir tim berjuluk Laskar Joko Tingkir itu.
Selain itu Choirul Huda juga dipandang sebagai sosok yang sangat loyal membela tim dengan kostum kebanggaan biru muda itu. Ia bergabung dengan Persela sejak tahun 1999 dan tidak sekalipun pernah pindah dari Persela.
Sehingga tidak salah ASN dilingkungan Pemkab Lamongan itu selalu dipercaya menjadi kapten untuk memimpin pasukan Persela dalam setiap pertandingan.
Pertandingan Persela melawan Semen Padang, Minggu (15/10) di Stadion Surajaya menjadi bakal dikenang oleh seluruh LA Mania (julukan suporter Persela), tepat pada menit ke 44, sang kapten berupaya menghalau serangan cepat Semen Padang.
Namun secara bersamaan bek Persela Ramon Rodrigues juga berupaya menghalangi pergerakan pemain lawan Marcel Sacramento dan tabrakan Choirul Huda dengan Ramon tak bisa dihindari.
Usai benturan Choirul Huda terlihat masih sadar, pemain berusia 38 tahun terlihat memegang pipi kirinya, sedangkan Ramon mengerang kesakitan disampingnya. Petugas medis langsung memberikan pertolongan.
Tiba-tiba kiper yang mengenakan jersey kuning-kuning terkulai lemas dan pingsan, petugas medis langsung membawa ke RSUD dr Soegiri, Lamongan. Tepat pukul 17.15 sang kapten dinyatakan meninggal dunia setelah mendapatkan perawatan dari pihak rumah sakit.
Kepala unit Instalasi Gawat Darurat RSUD dr Soegiri Lamongan, dr Yudistiro Andri Nugroho, Spesialis Anastesi menjelaskan kalau Choirul HUda  mengalami trauma benturan sehingga  menyebabkan henti napas dan henti jantung.
“Oleh  teman-teman medis di stadion sudah dilakukan penanganan pembebasan  jalan napas dengan bantuan napas. Kemudian, Huda dirujuk ke UGD RSUD dr Soegiri. Di ambulans, Huda juga ditangani secara medis untuk bantuan napas maupun untuk penanganan henti jantung,” terang Yudistrio Andri.
Kemudian pihak RS kemudian melakukan pemasangan alat bantu pernapasan terhadap Choirul Huda. “Kami melakukan pemasangan alat bantu napas yang sifatnya permanen. Kami lakukan inkubasi dengan memasang alat semacam pipa napas. Itu yang menjamin oksigen bisa 100 persen masuk ke paru-paru. Dengan itu, kami harapkan kami melakukan  pompa otak sama jantung,” tuturnya.
Setelah diberi penanganan, sempat ada  respons dari Choirul Huda, tetapi kemudian menurun. “Sempat ada respons dari Choirul Huda dengan adanya gambaran kulit memerah, tetapi kondisinya tetap semakin menurun. Pompa jantung dan otak itu dilakukan selama satu jam tidak ada respons. Tidak ada  refleks tanda-tanda kehidupan normal,” paparnya.
“Sesuai analisis awal benturan ada di dada dan rahang bawah. Ada kemungkinan trauma dada, trauma kepala, dan trauma leher. Di dalam tulang leher itu ada sumsum tulang yang menghubungkan batang otak. Di batang otak itu, ada pusat-pusat semua organ vital, pusat denyut jantung, dan napas,” tuturnya.
Kepergian Choirul Huda jelas membuat pelatih, official dan pemain merasa terpukul. Pelatih Aji Santoso mengaku Aji Santoso mengaku dalam seminggu belakangan ini, Choirul Huda  memperlihatkan semangat luar biasa saat berlatih.
“Tidak tahu kenapa, dalam satu Minggu terakhir ini Huda latihannya sangat bersemangat dan saya nilai paling siap meskipun Ferdiansyah juga siap,” kata Aji Santoso.
Demikian juga dengan salah satu bek Persela Samsul Arifin mengatakan, Huda memang sempat meminta perlengkapan serba-baru jelang laga kontra Semen Padang kepada ofisial. “Kami tidak memiliki firasat apa pun sebelumnya. Hanya, sebelum pertandingan, dia memang sempat meminta kaos kaki dan perlengkapan lain yang baru kepada Toni (bagian perlengkapan tim Persela).  Kami juga tidak menyadari, bahwa itu menjadi permintaan terakhir dia. Semoga semua amal ibadahnya, dapat diterima oleh Allah,” terangnya.
Para pemain, jajaran pelatih, ofisial maupun para pendukung tim Persela, tengah berkumpul di rumah duka di Jalan Basuki Rahmat No.66, Lamongan. Mereka menunggu jelang prosesi pemakaman, guna memberikan penghormatan terakhir bagi sang penjaga gawang.
Selamat jalan Choirul Huda, engkau telah tiada namun semangatmua tetap akan bersama Persela. [Alimun Hakim]

Tags: