LPMP Minta Kabupaten/Kota Latih 135 Ribu Guru

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

LPMP Jatim, Bhirawa
Meski Kurikulum 2013 (K-13) sudah dilaksanakan serentak pada awal tahun ajaran 2014/2015 ini, jumlah guru yang dilatih ternyata belum mencapai separo. Di Jatim khususnya, dari total 478.120 guru, hingga akhir tahun ini masih 188.792 yang sudah dilatih. Sedangkan sisanya, baru ditargetkan akan rampung pada 2015 mendatang.
Secara rinci, data sasaran pelatihan K-13 yang telah digelar Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) Jatim pada 2014 untuk jenjang SD sebanyak 106.987 guru, SMP 48.574 guru, SMA 19.346 guru, SMK 13.885 dengan total 188.792. Sedangkan pelatihan K-13 yang akan dilakukan pada 2015 mendatang antara lain jenjang TK 53.117 guru, SD 61.216 guru, SMP 17.989 guru, SMA 6.212 guru, SMK 14.025 guru, SLB 1.539 guru dengan total 154.098 guru.
Jika mengacu jumlah guru di Jatim versi Pangkalan Data Mutu Pendidikan (Padamu) Negeri, saat ini mencapai 478.120 orang. Sedangkan yang telah dilatih pada 2014 dan akan dilatih pada 2015 hanya 342.890 guru. Artinya, masih ada 135.230 guru yang belum dilatih sampai akhir 2015 mendatang.
Terkait selisih tersebut, Kepala LPMP Jatim Salamun mengatakan 135.230 guru tersebut masih belum masuk dalam Padamu Negeri. Sehingga, pihak LPMP sendiri tidak dapat mengalokasikan kuota untuk pelatihan K-13. Untuk mengatasi hal ini, Salamun mengaku telah meminta kabupaten/kota agar menyediakan anggaran untuk pelatihan guru ini.
“Silakan Dinas Pendidikan (Dindik) di kabupaten/kota mencari tahu siapa saja guru yang belum masuk data base Padamu Negeri. Selanjutnya, silakan melatih guru dengan menggunakan APBD daerah masing-masing,” kata Salam saat Rapat Koordinasi Implementasi K-13 Tahun Anggaran 2015, Kamis (18/9).
Dalam pendataan jumlah guru sebagai acuan pelatihan ini, pihak LPMP sengaja tidak mendasarkan pada jumlah guru di Data Pokok Pendidikan (Dapodik) milik Dindik Jatim. Sebab, menurut Salamun data guru dalam Dapodik tidak sama dengan data tercantum dalam data base Padamu Negeri. Selisihnya pun cukup besar, di Dapodik jumlah guru mencapai 531 ribu. Artinya, selisihnya mencapai 53 ribu guru lebih banyak di Dapodik.
Menurut Salamun, data guru di Dapodik tidak sevalid di Padamu Negeri. Sebab pendataan Dapodik dilakukan secara manual sehingga dimungkinkan terjadi double counting. “Misalnya guru mengajar di SMPN 1, kemudian guru tersebut juga mengajar di SMP swasta. Satu guru yang sama ini bisa saja dilaporkan masing-masing sekolah dan dihitung dua guru oleh Dindik Jatim,” tutur Salamun.
Sementara pendataan guru di data base Padamu Negeri diproses menggunakan mekanisme online. Masing-masing sekolah yang mendaftarkan guru memiliki password masing-masing yakni dengan menggunakan NUPTK. Dengan demikian, sistem secara otomatis akan memperingatkan jika ada nama yang persis dan bahkan bisa menolak jika NUPTK yang dientri sama. “Kami yakin, data di Padamu Negeri ini lebih valid dibanding di Dapodik,” kata dia.
Ditanya data guru yang sudah di latih LPMP tidak dobel dengan Dindik Jatim? Salamun justru menjawab jika selama ini Dindik Jatim tidak pernah melakukan pelatihan guru untuk persiapan K-13. Yang dilakukan Dindik Jatim dianggapnya hanya sosialisasi, bukan pelatihan sebagaimana yang dilakukan LPMP.
“Semestinya pelatihan guru untuk K-13 itu dilakukan selama lima hari. Sedangkan Dindik Jatim hanya melakukannya selama tiga hari. Ini kan cuma sosialisasi saja namanya,” tutur dia. Salamun mengatakan, jika guru yang sudah mendapatkan sosialisasi oleh Dindik Jatim kemudian dilatih lagi oleh LPMP Jatim dampaknya justru akan lebih baik. Sebab, mereka akan semakin paham.
Salamun tidak dapat menjawab apakah guru yang dilatih LPMP tidak tumpang tindih dengan yang dilatih Dindik Jatim. Sebab, sejauh ini Dindik diakuinya tak pernah berkoordinasi dengan LPMP. Namun demikian, Salamun yakin jika guru sasaran  yang dilatih LPMP sendiri tidak akan tumpang tindih. Sebab dalam kuota sasarannya telah tercantum by name, by address.
“Dindik Jatim sendiri sampai sekarang tidak pernah minta data ke LPMP terkait sasaran guru yang sudah dilatih. Jadi sangat mungkin kalau sudah dilatih LPMP kemudian ikut sosialisasi Dindik Jatim, begitu sebaliknya,” tutur dia. [tam]

Tags: