LSP ITS Kembangkan Skema Uji Kompetensi Pendidikan Vokasi

Siapkan Kebutuhan Tenaga di Bidang Industri
Surabaya, Bhirawa
Lembaga Sertifikasi Profesi Institute Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya tengah mengembangkan skema uji kompetensi bagi lulusan pendidikan vokasi. Hal ini dilakukan agar sesuai dengan kebutuhan dan permintaan industri.
Menurut Quality Management Representative LSP ITS, Hendro Nurhadi Dipl Ing PhD, saat ini ada tiga jenis skema uji kompetensi yang ada di LSP ITS, yakni jenis cluster, okupasi dan jenis Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI). Namun dari ketiganya, yang paling dikehendaki oleh industri ialah uji kompetensi jenis KKNI karena banyak berbicara skill.
“Tahun ini kami mengembangkan skema uji kompetensi. Skema ini menjadi referensi, alat ukur atau alat uji bagi peserta didik pendidikan vokasi untuk dilakukan asesmen sehingga ketika lulus mereka memiliki sertifikat kompetensi yaitu pengakuan bahwa telah berkompetensi,” katamya, Rabu (4/11).
Karena itu, di tahun ini pihaknya mengembangkan dari skema hibah yang diterima dari Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri (Dit Mitras DUDI) di bawah Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbud. Yakni program pengembangan skema, program menambahkan dokumen uji kompetensi yang difokuskan kepada bidang prioritas konstruksi. Ia melanjutkan di LSP ITS pihaknya memberikan uji kompetensi sehingga lulusan mendapatkan sertifikasi baik di KKNI level IV untuk jenjang pendidikan D3, ataupun KKNI level V dan VI untuk jenjang D4.
“Tugas kami yaitu mengembangkan skema dengan jumlah usulan skema sebanyak 17 skema. Tetapi seiring berjalannya waktu, kebutuhan skema itu bertambah menjadi 18, 19 hingga akhirnya muncul usulan skema menjadi 20 untuk bidang konstruksi,” ujar pria yang menjabat CEO PUI MIA ITS (Pusat Unggulan IPTEK Mechatronics and Industrial Automation) itu.
Selain program dari Kemendikbud, LSP ITS juga mengembangkan skema secara mandiri untuk bidang prioritas yang lain. Seperti permesinan, dan lain – lain. Sehingga LSP ITS bisa mengusulkan lebih dari 30 skema baru dari tiga skema yang sudah ada.
“Banyak kendala kita alami dalam penyusun skema tersebut. Karena penyusunan skema ini skala nasional, walaupun yang membuat ITS, tapi dibuat dengan kolaboratif dan bersinergi dengan mitra industri bersama mitra perguruan tinggi vokasi yang lain,” jabarnya.
Hendro juga menjelaskan, endala yang dimaksud yakni skema yang dikembangkan memang dapat diterima oleh industri dan bisa dieksekusi semua perguruan tinggi vokasi di Indonesia. Tapi telah disampaikan ini adalah produk skema pertama yang dikembangkan sehingga akan jauh dari sempurna. Kita berharap seiring dengan waktu akan ada penyesuaian beriring dengan teknologi di bidang konstruksi.
Kendati begitu, Hendro bersyukur, karena sejak awal BNSP (Badan Nasional Sertifiksi Profesi) telah digandeng sehingga skema yang sudah dijadikan draft bersama mitra lain bisa langsung terverifikasi dan ujungnya mendapat lisensi.
“Dengan skema ini kami berharap lulusan pendidikan vokasi akan lebih sinkron dengan kebutuhan industri saat ini. Dengan tantangan zaman yang ada saat ini,” pungkas dia.
Sebelumnya, Fakultas Vokasi ITS juga tengah menyusun 17 skema yang nantinya akan dijadikan skema nasional. Diharapkan skema ini juga akan mempererat hubungan antara akademik dan dunia industri. [ina]

Tags: