LSR Anggap Kekuatan Partai Tak Berbanding Lurus Perolehan Suara

Surabaya, Bhirawa
Efek domino dari Pilgub DKI dan sejumlah Pilgub di beberapa provinsi ternyata dapat disimpulkan bahwa kekuatan partai tidak berbanding lurus pada perolehan suara . DKI dan Banten misalnya,  partai penguasa yang dukungan kursi dan suaranya lebih unggul ternyata kalah dari partai kelas menengah dan tidak berkuasa.
Direktur Lembaga Survey Regional (LSR) Mufti Mubarok menegaskan partai menengah  pintar memilih figur yang tepat dan dikehendaki rakyat ditambah kepiawaian memainkan isu-isu yang tepat serta kekompakan tim. ”Partai penguasa kalah karena terlalu ceroboh memilih calon, asal populis saja tanpa melihat isu-isu yang bakal terjadi dan mengabaikan apa yang dikehendaki rakyat,” tambahnya, Senin (24/4).
Lalu bagaimana dengan Jatim, tambah Mubarok. Di Jatim pihaknya mengenal 3 kekuatan partai. Partai atas seperti PKB dan PDIP, sedangkan  partai tengah Gerinda, Demokrat dan Golkar . Sementara partai  bawah PAN,PPP,PKS, Nasdem dan Hanura. ”Kalau Lihat dari peta politik maka hanya satu partai yang bisa mengusung cagub, sedangkan yang lain harus berkoalisi . Kalau dihitung yang memungkinkan tiga calon seperti di Jakarta,”tegasnya.
Kalau tiga calon maka peluang partai tengah akan leluasa menang, bila dilihat dari perolehan kursi dan suara. Kalau di lihat figur maka sebenarnya hanya dua calon .  ”Karena yang muncul baru empat kandidat dan harus berpasangan. Kalau pun ada figur-figur baru tampaknya akan memaksakan kehendak,”akunya.
Dari peta parpol dan peta figur, lanjutnya yang paling siap sebenarnya pasangan Khofifah Indar Parawansa dan Hasan Aminuddin, sedangkan Saifullah Yusuf misalnya dipasangkan dengan Halim Iskandar atau Risma. Sedang kuda hitamnya ada Djarot (Wagub DKI Jakarta), Masfuk (Ketua DPD PAN Jatim), Azwar Anas (Bupati Banyuwangi), Nyono Suharly (Bupati Jombang). Dan pendatang baru dari eksodus Jakarta serta  figuran-figuran lainnya. Artinya selain dua pasang Khofifah  – Hasan A  dan Gus Ipul- Risma .
Sementara pasangan yang lain seperti Halim masih status wait and see untuk jadi Jatim dua.
“Kalau lihat Pilgub Jatim  yang sudah berlangsung maka kekuatan masih di figur nasionalis religi. Pakde Karwo dan Gus Ipul simbol nasionalis religi. Namun pada Pilgub Jatim  2018 nanti simbol itu akan berubah menjadi religi saja, karena belum muncul tokoh nasionalis,”tandasnya.
Kalau membaca popularitas dan elektabilitas dua pasangan  calon, maka peluang besarnya masih di Khofifah-Hasan. Tapi kalau muncul tokoh baru dengan komposisi religi nasional maka peluang Khofifah -Hasan akan sedikit tergredasi.
“Idealnya pemimpin Jatim nantinya adalah komposisi nasionalis religi atau religi nasionalis. Di DKI religi nasionalis yang menang. Di Banten komposisi religi nasional. Di Jatim juga kelihatannya pasangan religi nasionalis yang akan unggul. Ini masih ekspektasi politik. Sejatinya politik makin cair. Semua bisa berubah tergantung suara mengambang dan garis nasib,”ungkapnya lebih lanjut.

Tags: