Luapan Anak Sungai Bengawan Solo, Dua Desa Terisolir

Sekretaris BPBD Tuban Joko Ludiyono saat menyisir lokasi banjir di Parengan Tuban, Selasa (9/2). [khoirul huda]

Sekretaris BPBD Tuban Joko Ludiyono saat menyisir lokasi banjir di Parengan Tuban, Selasa (9/2). [khoirul huda]

Siapkan Rp 2,2 M, Bupati Jombang Janji Bangun Jembatan Putus
Tuban, Bhirawa
Hujan lebat hampir seharian yang terjadi sejak, Senin (8/2) membuat sejumlah wilayah di Kabupaten Tuban mulai tergenang air hujan, dan tidak sedikit akibat dari luapan Sungai Bengawan Solo sejumlah wilayah juga mulai banjir.
Seperti yang terjadi di Kecamatan Parengan Tuban, akibat luapan Sungai Kening, anak sungai bengawan Solo yang melintas di kecamatan tersebut, dua desa di kecamatan tersebut terisolir. Seratus lebih Kepala Keluarga (KK) tidak dapat beraktivitas dan mobilitas mereka juga terganggu akibat akses jalan menuju dan dari tempat itu tergenang banjir hampir 60 cm.
“Ada dua desa di Kecamatan Parengan yang terisolir, yakni Desa Brangkal dan Desa Selogabus,” terang Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tuban Joko Ludiyono, Selasa (9/2).
Dijelaskan Joko, saat ini tim Search and Rescue (SAD) BPBD telah terjun ke lapangan dengan membawa perahu karet untuk mengevakuasi warga yang terisolir ke tempat yang lebih aman.
“Tim kami sudah terjun ke lokasi begitu mendapatkan laporan dari camat setempat, dan membawa perahu karet,” terang Joko.
Sementara itu Camat Parengan Didik Purwanto, saat dikonfirmasi melalui ponselnya membenarkan jika di wilayahnya terdapat sedikitnya 9 desa yang terdampak banjir luapan Sungai Kening yang hulunya berada di Kecamatan Jatirogo dan Senori itu.
“Desa Selo Gabus lumayan parah, di desa ini dua dusun yakni Juwet dan Polo terisolir, akses jalan dari dan menuju dusun itu tergenang cukup dalam,” kata Didik.
Menurut Didik, air meluber ke permukiman warga sekitar pukul 02-00 dini hari  dan terus meluas hingga desa-desa di bantaran anak Sungai Bengawan Solo . “Informasi dari perangkat desa kami, air datang sekitar pukul dua pagi, dan warga memang sudah waspada karena sebelumnya sudah ada peringatan,” terangnya.
Sementara itu Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengelolaan sumber Daya Air Wilayah Bengawan Solo di Bojonegoro  mencatat tinggi muka air Bengawan Solo hingga, Selasa (9/2)  pukul 13.00 posisi ketinggian air pada papan duga Taman Bengawan solo (TBS) selatan pasar kota setempat mengalami penurunan menjadi 14.52 pielscal yang sebelumnya pada pukul 12.00 ada pada angka 14.56 pielscal.
“Begitu pula dengan penurunan di Karangnongko, ketinggian air muka Sungai Bengawan Solo berangsur-angsur mulai menunjukkan penurunan sejak pukul 09.00,” ungkap Kasi Operasi UPT Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Bengawan Solo di Bojonegoro Mucharom.
Meski demikian, menurut dia, tren penurunan air Sungai Bengawan Solo di daerah hilir tidak terlalu besar.
“Tapi kami tetap meminta tim penanggulangan bencana di daerah hilir Jawa Timur meningkatkan kewaspadaan,” tuturnya.
Akibat luapan sungai terpanjang di Pulau Jawa ini, berdasarkan data dari BPBD Bojonegoro terdapat 38 desa di 11 kecamatan di Bojonegoro tergenang. Wilayah tergenang banjir di antaranya di Kecamatan Bojonegoro Kota berada di Kelurahan Ledok Wetan dan Ledok Kulon sebanyak 350 rumah dan jalan desa sepanjang 300 meter. Kecamatan Kapas berada di Desa Bogo dengan luas sawah (padi) yang terendam 47 hektare dan  jalan desa 255 meter. Kecamatan Dander berada di Desa Ngablak dengan luas sawah (padi) 30 hektare, palawija 20 hektare. Kemudian Kecamatan Malo berada di Desa Tambakromo merendam sebanyak 50 rumah. Desa Sumberejo sebanyak 50 rumah, Desa Kacangan  sebanyak 60 rumah, sawah (padi) 20 hektare.
Diperkirakan luas genangan banjir luapan Bengawan Solo dan anak sungainya di wilayah Bojonegoro akan terus bertambah. ” Sementara, lahan padi yang terendam banjir seluas 735 hektare, rumah yang terendam banjir sebanyak 663 unit,” ungkap Kepala BPBD Bojonegoro Andik Sudjarwo.
Menurut Andik Sudjarwo, meski banjir luapan Bengawan Solo dan anak sungainya telah merendam areal persawahan dan juga rumah warga, namun hingga kini dilaporkan belum ada warga yang mengungsi. Hanya saja beberapa warga maupun siswa yang berangkat ke sekolah harus menerjang genangan banjir. Selain itu beberapa siswa lainnya harus digendong orangtuanya saat menerobos air supaya seragam sekolah tidak basah.

Ditinjau Bupati Nyono
Putusnya jembatan yang menghubungkan antara Desa Mojodanu dan Desa Kromong Kecamatan Ngusikan, Minggu lalu langsung direspon Bupati Nyono Suharli. Tahun ini jembatan sepanjang 5 meter yang menghubungkan dua desa tersebut akan dibangun dengan anggaran Rp 2,2 Miliar.
Hal ini dinyatakan Bupati Nyono saat meninjau langsung kondisi jembatan yang putus akibat terjangan air sungai tersebut. “Tahun ini juga jembatan baru akan segera dibangun, karena ini untuk jalur transportasi warga. Semuanya untuk kepentingan perekonomian masyarakat,”ujarnya didampingi Kepala Dinas PU Bina Marga dan PU Cipta Karya, Selasa (9/2) kemarin.
Dikatakan Nyono untuk sementara warga diminta bersabar dan tetap menggunakan jembatan dari bambu yang dibuat secara swadaya oleh masyarakat. Dikatakannya,  anggaran pembangunan disiapkan oleh Dinas PU Cipta Karya. “Yang penting bisa beraktivitas, Insyaallah segera dibangun dan kita sediakan anggaran sebesar Rp 2, 2 miliar untuk pembangunan jembatan ini,” imbuhnya.
Seperti diberitakan Bhirawa sebelumnya, akibat guyuran hujan dan banjir,  Minggu (7/2) lalu  salah satu jembatan yang menghubungkan Desa Mojodanu dan Desa Kromong, Kecamatan Ngusikan patah.  Untuk bisa tetap beraktivitas, warga terpaksa membuat jembatan darurat dari bambu untuk mendukung kegiatan sehari-hari. Sementara untuk pengendara roda empat, terpaksa harus menggunakan jalur alternatif yang jarak tempuhnya 3 km lebih. [hud,bas,rur]

Tags: