Lulus SMA, Pilih PTN atau Keluar Negeri

Ketua PIH Universitas Airlangga Sukowidodo memberikan sosialisasi kepada siswa SMAN 2 Surabaya seputar akses masuk ke PTN, Selasa (13/9). [adit hananta utama]

Ketua PIH Universitas Airlangga Sukowidodo memberikan sosialisasi kepada siswa SMAN 2 Surabaya seputar akses masuk ke PTN, Selasa (13/9). [adit hananta utama]

Unair Terjunkan Tim Sosialisasi ke Sekolah-sekolah
Surabaya, Bhirawa
Angka partisipasi pada jenjang pendidikan tinggi tercatat masih sangat rendah. Tak lebih dari 20 persen lulusan SMA yang akhirnya melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Hal ini pun mendorong berbagai pihak untuk ikut terlibat dalam membuka akses kuliah baik di luar negeri maupun Perguruan Tinggi Negeri (PTN).
Seperti yang dilakukan Universitas Airlangga (Unair) bekerjasama dengan lembaga pembimbingan bakat siswa Prime-Unair dalam menyosialisasikan peluang masuk ke PTN dan sejumlah kampus di luar negeri. “Kami sengaja datang ke sekolah-sekolah lebih awal agar para siswa yang baru duduk di kelas XII segera mengenali kampus yang ingin mereka tuju,” tutur Kepala Informasi dan Humas Unair Sukowidodo saat memberikan sosialisasi di SMAN 1, 2, 5 dan 9 Surabaya, Selasa (13/9).
Sukowidodo mengakui, selama ini informasi tentang PTN cukup sulit diperoleh sekolah. Kecuali hanya informasi tentang pendaftaran yang waktunya juga sangat singkat karena terbatas jadwal dari panitia pusat. “Sekarang kita ingin terjun menyapa sekolah-sekolah yang selama ini telah memberi input berupa calon-calon mahasiswa potensial. SMA komplek ini salah satu yang lulusannya paling banyak diterima di Unair,” kata dia.
Owner lembaga pembimbingan bakat Prime – Unair Doddy Primanda dalam kesempatan itu menjelaskan, pihaknya berupaya memberikan informasi seluas-luasnya tentang perguruan tinggi di luar negeri. Selama ini, informasi tentang kuliah di luar negeri lebih banyak datang dari agen salah satu negara saja. “Kami bukan agen satu negara. Dengan begitu para siswa bebas memilih kampus di luar negeri sesuai keinginan mereka. Semua ada kekurangan dan kelebihannya,” tutur Doddy.
Untuk berkuliah di luar negeri, para siswa setidaknya sudah harus mempersiapkan diri. Di antaranya memiliki nilai rapor dan Ujian Nasional (UN) tidak kurang dari 85. Selain itu, kemampuan berbahasa Inggris dan mengurus perizinan. “Itu hanya syarat awal saja. Selanjutnya akan ada seleksi lagi dari pihak kampus,” tutur dia.
Sejauh ini, animo lulusan SMA yang ingin melanjutkan kuliah ke luar negeri diakui Doddy cukup tinggi. Khususnya PT di negara-negara seperti Jerman dan Prancis yang memberikan subsidi cukup besar bagi mahasiswa. “Di Prancis subsidi bisa mencapai 98 persen dan Jerman subsidinya bisa mencapai 100 persen,” tutur dia.
Kepala SMAN 2 Surabaya Kasnoko menyambut baik kehadiran PTN yang mau terjun ke sekolah-sekolah. Hal ini dianggapnya sebagai sebuah langkah baru yang jarang dilakukan oleh PTN. “Anak-anak perlu banyak informasi PT. Ini akan menjadi dorongan tersendiri bagi mereka untuk masuk ke PT,” terang Kasnoko.
Kasnoko mengakui, kehadiran PTN di sekolah sekaligus dapat memfilter informasi yang masuk ke siswa tentang PT. Maklum, tak jarang ada agen yang tidak kredibel menawarkan akses kuliah baik di dalam maupun luar negeri. “Kami sendiri sempat dikomplain orangtua karena anaknya terlanjur ikut agen yang tidak jelas untuk kuliah di luar negeri. Padahal antara agen dan sekolah tidak ada hubungan sama sekali,” pungkas dia. [tam]

Tags: