Luncurkan Inovasi Elektronik Kemaritiman, Berharap Dilirik Industri Nasional

Prof Aulia Siti Aisjah bersama dua guru besar lain yang akan dikuhkan ITS memberikan penjelasan terkait orasi ilmiah yang akan dibacakannya saat pengukuhan hari ini, Senin (5/9). [adit hananta utama/bhirawa]

Prof Aulia Siti Aisjah bersama dua guru besar lain yang akan dikuhkan ITS memberikan penjelasan terkait orasi ilmiah yang akan dibacakannya saat pengukuhan hari ini, Senin (5/9). [adit hananta utama/bhirawa]

(Guru Besar Teknik Fisikan Perempuan Pertama di Indonesia)
Surabaya,Bhirawa
Indonesia untuk pertama kalinya akan memiliki profesor teknik fisika seorang perempuan. Sebenarnya bukan soal gender yang menarik. Karena dia, Prof Aulia Siti Aisjah yang kini mengantongi gelar guru besar di Institut Teknologi Surabaya (ITS) memang memiliki kiprah menawan di dunia karya ilmiah.
Sejumlah karya inovasi pun dibebernya sebelum dikukuhkan hari ini, Senin (5/9). Aulia menyebut tiga inovasi andalannya di bidang kemaritiman. Di antaranya ialah Buoy Weather Station (stasiun cuaca), pengembangan sistem kendali kapal perang nasional dan software auto-pilot untuk kapal-kapal buatan Indonesia.
“Meskipun S1 saya di Teknik Fisika, S2 Teknik Elektro, dan S3 Teknik Kelautan. Menurut saya itu masih linear karena dalam teknik elektro juga terdapat teknik pengendalian di dalamnya,” tutur Aulia.
Perjalanan akademik Aulia memang berbeda dari guru besar kebanyakan. Dalam mengaplikasikan ilmu Teknik Fisika, perempuan kelahiran Magetan 16 Januari 1966 ini tak terpaku pada penerapan Teknik Fisika di bidang industri kebanyakan. Ia justru memilih berkontribusi dalam bidang kemaritiman yang saat ini menjadi fokus Presiden Jokowidodo.
“Saya ingin melakukan sesuatu yang baru. Yang orang Indonesia sendiri jarang mempelajarinya,” katanya.
Buoy weather station ciptaanya merupakan alat untuk memberikan informasi cuaca sepertihalnya yang dilakukan BMKG. Hanya saja Aulia membuatnya lebih sederhana agar lebih mudah digunakan oleh nelayan.
“Jika informasi dari BMKG diumumkan lewat website, nelayan bisa mengakses keadaan cuaca dan gelombang di laut melalui SMS. Ini lebih mudah bagi mereka yang awam dengan teknologi,” terang perempuan berusia 50 tahun ini.
Buoy weather station milik Aulia sudah diuji coba selama tiga tahun terakhir pada nelayan di Situbondo. Aulia mengaku inovasi ini tentunya sangat bermanfaat untuk nelayan di daerah lain. Sayang, penggunaannya masih sangat terbatas karena hanya berupa hasil riset. Dia pun berharap ini dapat dikembangkan industri nasional karena lebih murah dibandingkan jika harus impor dari luar negeri.
“Untuk produksi massal harus ada kolaborasi dengan industri. Kalau di Amerika harganya alat semacam ini bisa milyaran. Tapi kami memproduksi jauh lebih murah sekitar Rp 100 sampai Rp 150 juta saja,” tambahnya.
Perempuan yang menjabat sebagai Ketua Lembaga Penjamin Mutu, Pengelolaan dan Perlindungan Kekayaan Intelektual (LPMP2KI) ITS ini juga sedang menggarap proyek bersama pemerintah Indonesia. Dirinya tergabung dalam tim Konsorsium Kapal Perang Nasional, dan mengambil peran dalam mengembangkan sistem kendali kapal perang Indonesia.
Bersama seorang rekannya, Guru besar ke 113 ITS ini juga sedang merancang sebuah perangkat lunak auto-pilot untuk kapal-kapal buatan Indonesia yang diberi nama Monitoring and Control Sea Transportation (MCST).
“Kami masih dalam tahap prototipe ke tiga, dan sejauh ini berhasil. Selanjutnya, jika kami sudah mendapat formula yang pas bisa membantu perjalanan pelayaran di Indonesia. Misalnya dari Surabaya ke Makassar bisa disetel autopilot,” tutupnya.tam
Selain Aulia, ITS juga akan mengukuhkan dua guru besar lainnya hari ini. Diantaranya ialah Prof Muhammad Sigit Darmawan bidang ilmu struktur beton. Selain itu juga Prof Kuswandi guru besar bidang teknik kimia. [tam]

Tags: