Lurah Dukuh Menanggal Surabaya Didemo

7- foto suasana pasar mbambe dukuh menanggal (geh)Surabaya, Bhirawa
Akibat sering mengintimadasi pedagang yang berjualan di depan rumah mereka sendiri, Pudji Harno lurah Dukuh Menanggal Surabaya di dadatangi oleh puluhan warganya. Mereka beramai-ramai mendatangi kantor kelurahan Dukuh Menanggal Surabaya , Senin(6/10).
Menurut Ketua RT III, RW II Dukuh Menanggal, Budi setiawan warga merasa kesal lantaran pihak kelurahan tidak membolehkan warga RW II RT III gang 6 A berjualan di depan rumah mereka sendiri. Bahkan tidak jarang pihak kelurahan mengancam akan mendatangkan pihak satpol pp untuk membubarkan paksa dan akan mengahincurkan lapak jika para pedagang tersebut masih nekat berjualan.
” Pihak kelurahan menganggap kalau aktivitas kami ini menganggu akses jalan warga, padahal hal itu tidak benar,” ungkapnya.
Menurut Wawan sapaan akrab Ketua RT III keberadaan pasar tumpah itu hanya terjadi pada pagi hari saja, yakni sekitar pukul 05.00 hingga 08:30 WIB. Sehingga dia membantah jika aktivitas ini mengganggu warga yang lain.
” Kalau alasannya mengganggu akses jalan, jalan yang mana? Ini kan bukan jalan protokol ini hanya gang. Kalau masalah lahan, lahan yang mana ini, mereka jualan juga didepan rumah mereka sendiri. Selain itu setelah kami kroscek ke beberapa warga sini, mereka sama sekali tidak keberatan dengan keberadaan pasar ini,” jelasnya.
Dia juga menerangkan, berbagai ancaman dan intimadasi itu muncul karena pedangang yang sebelumnya berjulan di pasar Krempyeng tersebut enggan untuk di relokasi ke Sentra Pedagang Kaki Lima (PKL) yang telah dibangun oleh Pemkot di kawasan Bambe Menanggal Surabaya. Kerena selain jauh dari perumahan, warga juga mengaku rugi jika berjualan disana.
“Awalnya memang warga sudah pindah kesana, namun karena terus merugi karena julan tidak laku maka mereka keluar dari sentra PKL itu,” jelasnya.
Sementara itu, Ahmad, salah satu pedangang sayur membenarkan hal itu. Jika sebelumnya dalam sehari dia mampu memperoleh penghasilan Rp.50 ribu. Namun saat pindah di sentra PKL Bambe pendapatanya menurun drastis.
“Dalam sehari saya hanya mendapat Rp. 20 ribu saja,” ungkapnya.
Namun dalam kesempatan itu Pudji Harno lurah Dukuh Menanggal Surabaya sama sekali tidak menggubris aksi yang dilakukan warga, bahkan dia lebih memilih menghindar saat ingin dinemui warga.
“Bapaknya sedang keluar ibu-ibu,” kilah Eni sekertaris Pudji Harno.
Karena merasa tidak di gubris, akhirnya warga memutuskan untuk menempelkan berbagai tuntunannya di jendela kantor kelurahan. Dan membubarkan diri. Namun mereka akan mengancam akan melakukan aksi lanjutan dengan masa lebih besar jika tuntutan mereka tidak dipenuhi. Yakni meminta pihak muspika untuk menghentikan segala intimidasi yang selama ini dilakukan.
Sementara itu, Kepala Dinas koperasi dan UKM kota Surabaya, Hadi Mulyono menyayangkan tindakan yang dilakukan oleh pihak kelurahan tersebut. Menurutnya tindakan tersebut sangat tidak etis. Lantaran selama ini tidak ada yang merasa terganggu atau dirugikan  dari kegiatan warga itu.
” Selain itu tidak ada kewajiban bagi warga untuk masuk ke sentra PKL, kalau mereka ingin keluar dan mencari tempat yang lebih stretegis maka tidak ada larangan sama sekali untuk itu,” ujarnya. (geh)

Keterangan Foto : suasana-pasar-mbambe-dukuh-menanggal-[geh/bhirawa].

Rate this article!
Tags: