Luruhan Erupsi Semeru

foto ilustrasi

Puluhan warga desa Supiturang, dan Sumber wuluh, Lumajang (Jawa Timur), gagal “adu cepat” dengan luruhan lahar panas gunung Semeru. Lebih sepuluh orang terkubur lahar. Serta lebih 40 orang berhasil mencapai “finish” lokasi balai desa, dengan luka bakar. Tanah tertinggi (gunung) di pulau Jawa, puncak Semeru, Sabtu (4 Desember) sore, meluruhkan lahar panas sejauh 4 ribu meter. Walau sesungguhnya Semeru bukan tipe gunung berapi yang “garang.”

Masyarakat desa Supiturang, dan Sumber Wuluh, Lumajang, yang persis di lereng Semeru, telah melakukan pengungsian mandiri, sejak Sabtu pagi. Karena sejak Jumat malam telah terasa tanda-tanda erupsi, menyemburnya asap debu. Namun sebagian masih melakukan aktifitas biasa. Sebab biasanya, erupsi Semeru tergolong “ramah.” Termasuk menambang pasir di kali Curah Kobokan, dan kali Besuksat. Namun pada Sabtu, lepas waktu asar, terdengar gemuruh.

Sejak 1 Desember, PVMBG (Pusat Vulkanologi mitigasi Bencana Geologi) telah menyiarkan warning melalui media sosial (WhatsApp), ke berbagai instansi pemerintahan. Terutama share WA grup Pemerintah Daerah (Pemprop Jawa Timur, Pemkab Lumajang, dan Pemkab Malang). Begitu pula WA grup berisi informasi gejala erupsi Semeru, juga dikirim oleh Pengamat Gunung Api (PGA) ke desa-desa lereng Semeru.

Tiba-tiba suasana gelap. Kubah Semeru meluruh, meluncurkan deras kea rah kali Curah Kobokan, dan kali Besukisat. Hanya dalam tempo 10 menit, jembatan (Gladak Perak yang baru) hancur lebur, sekaligus tertutup lahar. Sehingga desa Sumber Wuluh di kecamatan Candipuro (berbatasan dengan kabupaten Malang), terisolasi. Regu penolong (dan SAR) harus memutar melalui jalur kabupaten Probolinggo. Jembatan lama, di sebelah jembatan baru (dibanghun pemerintah kolonial tahun 1933) juga tertutup material lahar setebal 10 meter.

Sebagian masyarakat yang tidak turut dalam “adu cepat” dengan luruhan lahar Semeru, memilih evakuasi mandiri dengan sepeda motor. Namun ada pula yang memilih bertahan di rumah. Terutama warga desa Supiturang, dan Sumber Wuluh, bersama dengan hewan ternak. Hingga kini masih dicari, karena tertimbun debu setinggi 3 meter. Mirip yang terjadi di dusun Kinahrejo (kabupaten sleman, DI Yogyakarta), akibat erupsi lahar panas gunung Merapi, tahun 2010 lalu. Termasuk mengubur rumah mbah Marijan, juru kunci gunung Merapi.

Catatan letusan vulkanologi Semeru terbesar terjadi pada tahun 1994, dengan memuntahkan 6,8 juta meter-kubik material. Terdapat korban jiwa 9 orang terseret arus lahar yang meluruh ke berbagai sungai. Letusan terjadi pada 3 Februari 1994, subuh. Disertai dentuman, hujan abu, dan lava awan panas. Kubah dan “lidah” lava yang terbentuk sejak tahun 1992, turut meleleh. Aliran awan panas guguran ini berarak-arak hingga sejauh 11,5 Km.

Letusan terbesar tercatat pada tahun 1968, dengan korban jiwa 3 orang terseret banjir lahar. Letusan lebih dahsyat terjadi pada 1 Desember 1977. Terjadi guguran lava menghasilkan awan panas berjarak 10 Km dengan volume endapan 6,4 juta meter-kubik. Debu panas menghanguskan 110 hektar sawah di desa Sumberurip , 450 hektar hutan pinus, dan 1 jembatan rusak terbakar.

Tetapi Semeru, nyaris tidak pernah men-teror masyarakat sekitar sudah terbiasa mengungsi mandiri. Tetapi seluruh sungai di sisi timur Semeru di kabupaten Lumajang, akan dipenuhi pasir hitam kualitas tertinggi, berharga mahal. BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) kabupaten Lumajang, sudah menyediakan pos pengungsian. Serta telah menerima bantuan masyarakat.

Penyelamatan jiwa menjadi prioritas. Tidak mudah, karena harus tetap melaksanakan protokol kesehatan. Setidaknya pemakaian masker secara benar, dan menjaga kesehatan lingkungan.

——— 000 ———

Rate this article!
Luruhan Erupsi Semeru,5 / 5 ( 1votes )
Tags: