MA IT Dafi Teken MoU dengan KBRI Kuala Lumpur

Kepala MAIT Dafi Angga Wahyu Wardhana saat menunjukkan satu satu surat MoU nya. [achmad suprayogi]

Sidoarjo, Bhirawa
Dalam memberikan motivasi dan spirit yang luas, serta mendorong para santri berani pergi ke luar negeri sendiri untuk mencari ilmu yang lebih baik lagi. Ratusan santri MA IT (Madrasah Aliyah Islam Terpadu) Darul Fikri Sidoarjo melakukan kerjasama, MoU (Memorandum of Understanding) dengan pihak KBRI Kuala Lumpur.
Bentuk kerjasamanya dalam program Global Leadership Visitation. Ini dilakukan kerjasama dalam bentuk Training Leadership Program dengan International IUM (Islamic University Malaysia) dan Malaya University.
Kepala MA IT Sidoarjo, Angga Wahyu Wardhana SS mengatakan, kalau kerjasama ini dilakukan berharap para santri spiritnya bertambah. Semangatnya bertambah dan mimpi – mipinya juga lebih luas yang bisa membuka zona nyamannya untuk meraih prestasi yang lebih tinggi.
“Kemudian juga bisa memiliki relasi ke luar negeri dan mereka bisa menerapkan. Tapi pada intinya wawasan mereka bagaimana budaya luar negeri itu eksis,” jelas Angga saat ditemui Kamis (20/2) kemarin.
Menurut Angga, di KBRI Kuala Lumpur itu ada momentum gali informasi. Namun tidak semua sekmen dapat menggali, karena penuhnya akses di sana. Sehingga perlu adanya kerjasama, jika tidak ada kerjasama maka ijin untuk menggali informasi di KBRI itu akan merasa kesulitan.
Maka dengan adanya kerjasama ini diberikan kemudahan, bahkan sampai dijelaskan fitur-fitur apa yang ada di KBRI itu. Bisa dibuka dengan sistem koresponden anak – anak. ”Jadi di KBRI itu satu hari satu sekmen, untuk putra dari berbagai tempat mereka berangkat ketemu di lokasi. Besok harinya untuk putri dengan kondisi yang serupa,” katanya
“Adapun pertimbangan kami memilih ketiga tempat itu, melihat konsep internasional yang ada di IUM dimana ada 58 negara berkontribusi, budaya macam – macam dari 58 negara itu. termasuk di kantin masing – masing negara itu juga ada. Mereka diperlihatkan bagaimana suasana internasional itu ada di IUM. Untuk santri itu sangat perlu, walaupun sebenarnya yang dibangun adalah santri berani berangkat ke luar negeri sendiri,” pungkas Angga.
Sementara itu, salah santri yang ikut, Muhammad Elanda Rifqyan Rafi mengaku sangat senang dapat pengalaman yang luar biasa, yakni pergi ke luar negeri. Dalam kesempatan ini dia bisa mendapatkan materi – materi penguatan bagaimana menghadapi kondisi kedepan. ”Proses pendidikannya sangat menarik, kalau orang-orang Indonesia untuk masuk kesana lebih gampang,” ungkap santri kelas XI Agama ini. [ach]

Tags: