Madinah Van Java Tancap Gas untuk Kemaslahatan Umat

Kondisi PKL dan parkiran di kawasan Alun-alun Kota Pasuruan, Sabtu (3/6). Terlihat alun-alun yang sudah bersih dan cantik itu tertutupi lapak PKL. [hilmi Husain]

Kota Pasuruan, Bhirawa
Kota Pasuruan terus berbenah, ke arah yang lebih baik untuk kemaslahatan umat. Di bawah kepemimpinan Wali Kota Pasuruan, H Saifullah Yusuf (Gus Ipul), arah pembangunannya cukup kongret. Jargon ‘Pasuruan Kota Madinah, menjadi pakem dalam membangun Kota Pasuruan. Kata ‘Madinah’ ini akronim dari Maju Ekonominya, Indah Kotanya dan Harmoni Warganya.

Salah satu kemajuannya yang luar biasa saat ini adalah pengembangan kawasan wisata religi terintegrasi di kawasan alun-alun Kota Pasuruan. Bahkan, pembangunan payung hidrolik yang menyerupai di Madinah terbilang paling sukses hingga go nasional.

Karena, enam Payung Madinah yang berada di depan Masjid Jamik Al-Anwar di kawasan Alun-alun Kota Pasuruan kini menjadi ikon baru Kota Pasuruan. Termasuk juga, para peziarah semakin berdatangan ke KH Abdul Hamid, dikarenakan daya magnet Payung Madinah yang bisa dirasakan secara langsung.

“Dulu, ke Kota Pasuruan paling banyak wisatawan adalah peziarah. Tapi, kini berubah sejak pembangunan Payung Madinah. Ribuan masyarakat setiap harinya berbondong-bondong untuk ingin melihat langsung payung Madinah,” ujar Sekretaris Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disparpora) Kota Pasuruan, Akung Novayanto, Sabtu (3/6).

Berdasarkan data Disparpora Kota Pasuruan, sejak Payung Madinah dipasang Desember 2022 lalu, tercatat Desember 2022 dan Januari 2023, sudah ada 139.336 wisatawan yang berkunjung ke Kota Pasuruan. Yang artinya pengunjung meningkat sebanyak 35 persen.

Banyaknya masyarakat ke Kota Pasuruan membuat perekonomian warga meningkat. Karena alun-alun menjadi pusat keramaian. Kerumunan warga membuat Pedagang Kaki Lima (PKL) dikawasan alun-alun semakin tumbuh pusat. Area parkir juga semakin menumpuk. Kondisi itu membuat para pejalan kaki, merasa kurang nyaman.

Dikarenakan ruang terbuka hijau (RTH) hingga trotoar untuk para pejalanan kaki tertutup oleh rombong-rombong PKL yang berjualan seperti nasi goreng, bakso, kopi dan lain sebagainya.

Belum lagi, deretan kendaraan yang parkir membuat jalan di kawasan alun-alun semakin semakin semrawut. Wajah alun-alun yang sudah indah ditambah lagi, enam Payung Madinah yang sudah mengembang kini menjadi persoalan baru.

Yang lebih ironi, kesadaran masyarakat buang sampah sampah pada tempatnya masih belum melekat di hati. Terkadang, ada sampah-sampah yang berserakan.

Saat ini, tercatat ada sekitar 120 PKL yang berjualan di kawasan alun-alun. “Setiap harinya ada tiga shift untuk menempatkan personil gabungan di kawasan alun-alun. Kita (Satpol PP) menempatkan 10 personil. Ada juga dari Dishub, pihak kepolisian, TNI hingga banser,” ujar Kepala Satpol PP Kota Pasuruan, Nur Fadholi.

Sebelum melakukan penertiban, pihaknya sudah melakukan sosialisasi terlebih dahulu. Karena sudah melakukan upaya persuasif, bagi yang melanggar aturan, PKL yang belum tertib dilakukan tindakan tegas.

Belajar ke Yogyakarta
Berbicara tentang penataan tata kota, Kota Yogjakarta menjadi jujukan. Karena, Kota Yogjakarta berhasil menata kawasan Malioboro menjadi pusat pedestrian dan wisata.

Atas kondisi itu, membuat Dinas Kominfo dan Statistik Kota Pasuruan bersama sejumlah wartawan Pasuruan pada pekan lalu berkunjung ke Kota Yogjakarta untuk melakukan study tiru. Tujuannya, yakni ke kantor Dinas Komunikasi, Informatika dan Persandian (Diskominfosan) Kota Yogyakarta.

Hasilnya, proses penataan PKL yang dilalui dengan sosialisasi, koordinasi dan pendekatan interpersonal antara Pemkot Yogjakarta dengan PKL membutuhkan waktu yang cukup lama, yakni 8 tahunan.

Penataan kawasan Malioboro baru dimulai sekitar tahun 2014. Mengawali adalah dengan revitalisasi dan penataan fasilitas PKL di kawasan alun-alun utara Malioboro. Sampai akhirnya dilakukan relokasi PKL Malioboro di Teras Malioboro I dan II. Relokasi itu baru bisa dimulai pada tahun 2022 bulan Februari.

Totalnya ada sekitar 2.000 PKL dikawasan wisata Malioboro, secara sukarela mengosongkan lapak dagangannya di pedestrian dan trotoar jalan menuju dua tempat yang disediakan.

Tidak ada gejolak berarti, para pedagang mengambil nomor undian untuk mendapatkan lapak baru yang bersih berlantai tiga di Teras Malioboro. Sedangkan, kawasan parkir yang menjadi biang kemacetan lalu lintas berhasil dipindah. Yakni di luar area kawasan Malioboro. Kini, terlihat pedestrian di jalan Malioboro menjadi kawasan yang sangat nyaman dan ramah bagi pejalan kaki, penyandang disabilitas dan seniman jalanan.

Sedangkan terkait pengelolah parkir, telah menghapuskan sistem parkir berlangganan. Sistem parkir berlangganan ditiadakan karena dianggap tidak efektif. Gantinya, Pemkot Yogyakarta menerapkan parkir berbayar di sekitar kawasan Malioboro.

Areal parkir yang bisa dikelola pemerintah, orang perorangan, maupun pihak swasta dengan izin legalitas yang jelas. Pemkot Yogyakarta juga memberlakukan sistem bagi hasil retribusi parkir. Juru parkir mendapatkan pembagian hasil, paling banyak 60 persen total perolehan retribusi parkir sesuai aturan Perwali Kota Yogyakarta.

“Kami tidak terbebani APBD untuk membayar gaji juru parkir. Memang pemanfaatan aset Pemkot termasuk parkir harus dikelola sungguh-sungguh. Dan apabila tidak setiap tahun, tentu bisa mendapat catatan BPK,” kata Kepala Diskominfosan Kota Yogyakarta, Ignatius Tri Hastono.

Dari segi budaya, Kota Pasuruan sangat jauh berbeda dengan Kota Yogyakarta yang menjadi salah satu destinasi wisata di Indonesia. Di Jogjakarta masyarakatnya kalem, sedangkan di Kota Pasuruan masyarakatnya Pendalungan, yakni budaya Jawa dan Madura.

Namun demikian, masyarakat Kota Pasuruan yang religius berjuluk masyarakat Kota Santri, tentu juga memiliki kepatuhan pada pemimpin dan tokoh agama.

Fasilitasi PKL dengan Sky Walk
Saat ini, Pemkot Pasuruan melakukan proses penataan PKL dan parkir di kawasan alun-alun Kota Pasuruan. Tujuannya, agar terlihat bersih dan cantik. Mengingat relivitalisasi alun-alun menelan biaya yang cukup besar.

Namun dalam proses penataan tersebut masih belum menemukan titik temu. Kebijakan Wali Kota Pasuruan, Gus Ipul dalam menata PKL memperbolehkan berjualan dari pukul 15.00-23.00 di tepi trotoar bagian dalam alun-alun dengan dibatasi kanstin.

Kanstin dipasang mengelilingi alun-alun dari sisi utara, sisi timur hingga selatan. Jarak kanstin ke trotoar selebar 6-7 meter. Lokasi parkir ditempatkan di sisi trotoar luar atau seberang jalan.

Berjalannya waktu, pada bulan Maret 2023, Pemkot Pasuruan mensimulasikan penataan PKL dan parkir di alun-alun Kota Pasuruan. Parkir diarahkan ke tepi trotoar bagian luar atau seberang jalan dengan batasan waktu mulai pukul 06.00-15.00.

Kemudian, pada pukul 15.00-23.00, lokasi parkir tersebut harus steril dari kendaraan dan diisi para PKL. Hasilnya, simulasi tersebut diprotes oleh PKL dan pemilik toko di sekitar alun-alun. Pedagang protes dikarenakan merasa takut jika pendapatannya berkurang.

Menurut Gus Ipul, penataan parkir dan PKL alun-alun masih belum final. Saat ini, dalam masa transisi hingga regulasi baru ditetapkan. “Ini dalam proses perbaikan regulasi. Untuk warga Kota Pasuruan yang parkir di alun-alun tidak perlu membayar sebab itu menjadi bagian dari parkir gratis. Ke depan parkir gratis akan kita tiadakan. Karena, kawasan alun-alun akan menjadi kawasan wisata. Terkait parkirnya, nanti dikerjasamakan,” kata Gus Ipul.

Harapannya, parkir bisa tertata dan sekaligus pendapatannya bisa masuk ke APBD Pemkot Pasuruan. Sedangkan, untuk para PKL secara perlahan akan ditempatkan di tepi trotoar luar atau seberang jalan.

Pemkot Pasuruan juga akan menfasilitasi PKL dengan membangun Sky Walk dengan anggaran Rp 4 miliar. Pembangunannya dilaksanakan di tahun depan. “Semuanya sudah kami ajak komunikasi bersama. Tidak bisa lagi parkir model seperti saat ini. Harus ada perubahan sehingga ada pemasukan ke APBD. Selain memfasilitasi PKL dengan gerobak yang seragam, kita juga akan membangun Sky Walk,” tandas Gus Ipul.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Kebersihan, dan Pertamanan (DLHKP), Samsul Rizal menambahkan rencana pembangunan Sky Walk dalam proses feasibility study atau studi kelayakan. Sky Walk akan dibangun di sisi utara, timur maupun selatan alun-alun. “Fungsinya Sky Walk adalah fasilitas penunjang kuliner PKL bagi pengunjung alun-alun di Kota Pasuruan. Sky Walk akan berbentuk leter U. Meja dan kursi juga akan disediakan,” jelas Samsul Rizal.

Disisi lain, Pemkot Pasuruan juga segera memasang kamera CCTV di kawasan alun-alun. Pemasangan dinilai perlu, supaya bisa mengawasi juru parkir agar mereka bekerja sesuai ketentuan yang berlaku serta para PKL yang tidak mematuhi peraturan kebersihan.

“Nantinya, CCTV memantau kondisi alun-alun Kota Pasuruan selama 24 jam. Ada sekitar tujuh titik parkir yang bakal menjadi prioritas pemantauan CCTV,” tandas Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Pasuruan, Andriyanto. [hilmi Husain]

Tags: