Mahasiswa Asing Ikut Galang Dana di Smamda

Kepala SMAMDA dan kedua guru tamu dari Jepang dan Protugal sedang memasukkan uang ke kotak donasi.

Sidoarjo, Bhirawa
Penggalangan dana untuk bantuan korban gempa Lombok, Nusa Tenggara Barat yang dilakukan oleh para guru dan siswa SMA Muhammadiyah 2 (SMAMDA) Sidoarjo, diikuti pula oleh mahasiswa dari Negara Jepang Suetsugu Yoko San dan dari Portugal Carolina Maria Mendez Fonseca.
Kedua mahasiswa tersebut sedang menjalankan program Nihongo Partner dan program AIESEC (Association Internationale des Etudiants en Sciences Economiques et Commerciales) sebuah organisasi mahasiswa internasional, yang lagi menugaskan anggotanya di SMAMDA Sidoarjo untuk memberikan edukasi tentang negaranya masing-masing.
Kedua mahasiswa/guru tamu tersebut, tidak segan-segan menyerahkan bantuan uang tunainya untuk korban bencana alam Gempa Bumi di Lombok, karena merasa prihatin atas bencana alam telah terjadi. “Untuk penggalang dana semua dilibatkan. Mulai 1.387 siswa dan siswi, para dewan guru hingga karyawan, semuanya menyisihkan uangnya untuk korban Gempa di Lombok,” tutur Kepala SMAMDA, Wigatiningsih, M.Pd kemarin(9/8).
Ia juga menuturkan kalau kedua mahasiswa tamu ini bakal mengajar di sekolahnya selama setahun penuh. Suetsugu Yoko San, guru asal Jepang yang diperbantukan lewat program Nihongo Partner dan Caroline Maria Mendez Fonseca, guru asal Portugal yang diperbantukan lewat program AIESEC.
Lebih jauh, Wigati menguraikan ada instruksi PP Muhammadiyah untuk penggalangan dana bantuan ini, mulai pusat hingga ke tingkat ranting. Oleh karenanya itu, uang hasil penggalang dana itu, bakal dikirim bersamaan dengan Lazismu Sidoarjo. Hal ini agar lebih jelas pertanggungjawabannya. “Bantuan ini bakal dijadikan satu lewat Lazismu untuk mempermudah pertanggungjawabannya,” tegasnya.
Sementara ditanya soal 2 guru tamu, Wigati mengaku merasa beruntung. Alasannya dari 22 guru asing yang ditugaskan ke Sidoarjo, 2 diantaranya bakal mengajar penuh di Smamda. Padahal, di sekolah lainnya seperti di SMA Negeri hanya diberi 1 guru asing untuk 2 lembaga sekolah. “Kalau ada guru bahasa asing ini dimanfaatkan maksimal memudahkan siswa kami belajar bahasa dan budaya asing. Karena, kedua guru yang masuk program tahun ketiga ini juga bakal belajar tentang budaya dan bahasa Indonesia selama 1 tahun dan 1,5 bulan mengajar di Smamda ini,” pungkasnya. [ach]

Tags: