Mahasiswa Eropa Ikut ‘Kurbanan’ di Surabaya

Dua mahasiswa asal Eropa ikut menguliti hewan kurban di kampus Ubaya saat perayaan Idul Adha kemarin, Kamis (24/9). [adit hananta utama/bhirawa]

Dua mahasiswa asal Eropa ikut menguliti hewan kurban di kampus Ubaya saat perayaan Idul Adha kemarin, Kamis (24/9). [adit hananta utama/bhirawa]

Surabaya, Bhirawa
Ada pemandangan berbeda saat perayaan Idul Adha di Universitas Surabaya (Ubaya) kemarin, (24/9). Bukan karena sapi dan kambing yang tak biasa ada di kampus. Tetapi karena bule-bule yang ikut-ikutan mengolah daging kurban hingga siap dibagikan ke warga.
Bule itu ialah mahasiswa asal Eropa mengikuti pertukaran pelajar di Ubaya. Salah satunya ialah, Jerome Greiner (22). Mahasiswa asal Prancis itu mengaku takjub dengan apa yang dilakukan mahasiswa muslim di Indonesia.
Kebetulan, saat itu adalah pertama kali ia mengikuti proses pemotongan daging kurban. Ia pun mengaku tak khawatir dengan bau tajam kambing dari daging mentah. “Ini sangat menarik. Saya belum pernah melihat hal seperti ini,” kata dia. Jerome ikut acara Kurbanan bersama tiga  mahasiswa Eropa lainnnya prancis, Denmark dan Rusia.
Meski tertarik, Jerome mengaku kesulitan saat menguliti kambing. Ketika melihat sang jagal beraksi dengan lihai, ia menduga hal itu cukup mudah. Tapi ketika mencoba langsung, ia tampak kesulitan. Kulit kambing itu tak juga lepas dari dagingnya meski telah beberapa kali diiris. Dari situ ia tahu bahwa untuk menguliti pun perlu teknik dan tak bisa sembarangan.
“Tidak mudah ternyata,” kata dia. Karena itu, setelah gagal menguliti, Jerome dan dua mahasiswa lain: Thomas Antanas Jacques Mathieu (22) dari Prancis, dan Troels Dyrlund Nakel (30) dari Denmark; berganti menimbang daging dan memasukkannya dalam kantong plastik. Daging yang sudah masuk kantong itu nantinya akan dibagikan ke masyarakat sekitar.
Di waktu yang sama, Anastasia Prilipko (21), mahasiswi asal Saint Petersburg State University, Rusia, justru asyik mengiris daging bersama para mahasiswi Ubaya. Dari gerakan tangannya, ia tampak sudah terbiasa dengan pisau dan daging.
“Saya memang suka memasak,” kata dia dengan bahasa Indonesia yang agak terbata. Hanya saja, ia masih harus dibimbing untuk tahu cara memotong daging dengan garis serat yang benar. Juga untuk tahu besar kecilnya potongan daging untuk dibagikan ke masyarakat.
Anastasia bahkan tak jijik melihat daging kotor yang masih berlumur sedikit darah. “Saya menikmatinya. Di negara saya, saya sering memasak steak. Suka memakannya juga. Jadi, berbaur dengan hal-hal ini membuat saya ingat dengan rumah,” kata perempuan yang sudah tiga pekan tinggal di Surabaya itu. Rencananya, Anastasia akan tinggal selama satu tahun selama program pertukaran mahasiswa.
Tapi, ia sengaja datang terlambat agar tak melihat proses penyembelihan. Alasannya, Anastasia tak tega melihat binatang yang masih hidup dibunuh dengan sengaja. “Saya sayang binatang. Sebenarnya hati kecil saya bilang untuk melepaskan binatang-binatang itu agar tak jadi disembelih,” ungkapnya.
Bagi keempat mahasiwa itu, kurban yang dilakukan oleh umat muslim di Indonesia cukup menginspirasi. Bagi mereka, nilai berbagi dari nomen berkurban sangat terasa. “Mereka kagum melihat orang-orang kaya membeli sapi untuk dibagikan kepada orang-orang lain, terutama mereka yang kurang mampu,” kata Humas Ubaya Hayuning Dewi Purnama, pada kesempatan yang sama.
Ia menjelaskan, sebenarnya ada enam mahasiswa asing yang akan berpartisipasi dalam kegiatan itu. Hanya saja dua di antaranya tak bisa hadir tepat waktu. Mereka, kata Hayuning, akan menyusul saat membagikan hasil kurban. Ada 2 sapi dan 21 kambing yang dipotong pada perayaan hari raya kurban di Ubaya tahun ini. Daging-daging itu dibagikan pada sekitar 500 warga. [tam]

Tags: