Mahasiswa Jepang Juga Ikutan Pileg

Empat mahasiswa Jepang menunjukkan jari yang telah dicelupkan ke tinta pemilihan. [tam/ bhirawa]

Empat mahasiswa Jepang menunjukkan jari yang telah dicelupkan ke tinta pemilihan. [tam/ bhirawa]

(Pakai Gaun Yukata, Tarik Perhatian Petugas KPPS)
Surabaya, Bhirawa
Pemilu legislatif kali ini tidak hanya ramai oleh peserta dan pemilik suara. Sejumlah mahasiswa Jepang di Surabaya yang mengikuti program pertukaran mahasiswa juga larut dalam pesta demokrasi lima tahunan ini.
Nana Araki, Nana Omezawa, Rena Kusumoto, Yukoi Matsunaga, Shoko Maekawa, Suhei Nishiyama, Yo Masutani, dan Seigo Hagimori adalah mahasiswa Fakultas Ilmu Bahasa Asing, Jurusan Bahasa Indonesia, Setsunan University Osaka Jepang.  Disela proses belajar Bahasa Indonesia di Universitas dr Soetomo (Unitomo) Surabaya, mereka menyempatkan diri mendatangi salah satu tempat pemungutan suara (TPS). Tepatnya di TPS 10, wilayah RW-3, Kelurahan Medokan Semampir, Kecamatan Sukolilo, Rabu (9/4).
Meski tak punya hak pilih, mereka terlihat cukup antusias mempelajari prosesi pemilihan wakil rakyat di Indonesia. Kedatangan mereka menarik perhatian petugas KPPS TPS 10, dan warga yang antre menyalurkan hak pilihnya. Bagaimana tidak? Mereka semua datang mengenakan pakaian Yukata. Pakaian yang mirip kimono, namun lebih sederhana ini dipadu obi (ikat pinggang) berbahan kain. Semakin menguatkan kesan Jepang, mereka mengenakan get (sandal kayu, sejenis kelompen).
Mereka menyimak tahapan demi tahapan proses pemungutan suara. Mulai antrean warga menyerahkan form c-6 atau undangan hingga pemilik hak suara memasukan surat suara dalam masing-masing kotak.
“Ini menarik. Di Jepang hanya memilih parlemen, tapi di Indonesia, parlemen, dan presiden juga dipilih rakyat,” tutur Rena Kusumoto yang cukup cakap berbahasa Indonesia ini.
Penuturan nyaris sama disampaikan Nana Araki. Mahasiswi semester V ini membandingkan pemilu di Jepang dengan di Indonesia. “Kalau di Jepang tidak coblos, tapi menggunakan bolpoin. Ada juga yang menggunakan alat digital,” aku Nana sedikit terbata.
Rektor Unitomo Bachrul Amiq sengaja mengajak   mahasiswa asal Negeri Sakura itu untuk mendatangi TPS yang berada tak jauh dari rumahnya. Kebetulan Bachrul Amiq ialah salah seorang pengurus kampung. “Kita ingin menunjukkan ke mahasiswa Jepang bahwa demokrasi di Indonesia telah berkembang pesat. Demokrasi di Indonesia lebih maju dari Jepang karena presiden dipilih langsung oleh rakyat,” kata Amiq.
Wakil Dekan Fakultas Sastra Unitomo, Cicilia Tantri Suryawati menambahkan, keberadaan mahasiswa Jepang di TPS adalah bagian kurikulum Bahasa Indonesia bagi orang asing. “Sebelumnya mereka kami ajak ke candi, ke sentra kerajinan. Selain itu kami ajak, mereka bisa langsung kenal masyarakat Indonesia. Kebetulan ada pemilu tahun ini, karena itu kami ajak ke TPS,” kata Tantri.
Pasca dari TPS, para mahasiswa Jepang ini akan mendapat tugas menulis paper berbahasa Indonesia tentang demokrasi di Indonesia. “Ini masuk penilaian studi lapangan dua SKS,” ungkap Tantri lagi. [tam]

Rate this article!
Tags: