Mahasiswa Masih Lemah dalam Penelitian

Prof Ani saat praktik mengajar bersama mahasiswa semester VI  UNESA. [achmad tauriq/bhirawa]

Prof Ani saat praktik mengajar bersama mahasiswa semester VI UNESA. [achmad tauriq/bhirawa]

Surabaya, Bhirawa
Pemahaman para mahasiswa saat ini dirasakan masih lemah, hal ini tampak saat mahasiswa melakukan penelitian dengan menggunakan air bersih, air kotor dan deterjen, mereka tidak menjelaskan secara detail hasil penelitiannya.
Menurut Profesor Guru Besar Universitas Negeri Semarang, Prof Dr Ani Rusilowati MPd usai melakukan kegiatan praktik mengajar di kampus Universitas Negeri Surabaya (UNESA) Kampus Ketintang dan Lidah Wetan, Kamis (28/4) kemarin mengungkapkan, bahwa mahasiswa masih lemah dalam hal literasi sehingga apa yang didapat hanya dianggap sebatas informasi saja.
“Kesan yang saya dapatkan selama mengajar, bahwa mahasiswa belum dibiasakan melaksanakan keterampilan informasi dengan memperkaya hasil laporannya saat mereka melakukan penelitian terhadap penggunaan deterjen,” jelasnya.
Padahal menurut Ani, penggunaan deterjen yang sedikit tidak akan membuat baju bersih sedangkan penggunaan deterjen terlalu banyak juga akan membuat baju semakin kotor juga bisa merusak lingkungan.
“Harapan saya para mahasiswa ini tidak hanya menerima sebatas informasi saja tapi mahasiswa ini bisa menjelaskan dampak penggunaan deterjen serta manfaat dan hasil yang diperolehnya dari penelitian sehingga para mahasiswa akan memperoleh pemahaman yang luas sehingga memperkaya laporannya,” terangnya.
Sementara itu sebanyak 95 dosen dari 16 perguruan tinggi pencetak guru/Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) mengikuti kegiatan Lokakarya Nasional Sosialisasi Praktik yang Baik dalam Pembelajaran yang digelar USAID Prioritas.
Menurut Koordinator Ahli Pengembangan LPTK dan Pemangku Kepentingan USAID Prioritas, Drs Ajar Budi Kuncoro MA mengatakan kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang komprehensif kepada para dosen terkait materi pembelajaran yang digunakan di sekolah.
“Dengan demikian para dosen bisa membekali para mahasiswanya yang calon guru untuk siap terjun langsung sebagai guru yang profesional,” pungkasnya.
Ajar menambahkan bahwa materi untuk kelas awal berkaitan dengan strategi pembelajaran membaca berjenjang.  “Sedangkan untuk materi SMP meliputi: Kaji Ulang implementasi dari pelatihan sebelumnya (modul 1 dan modul 2), Penilaian Autentik, Matematika dalam kehidupan kehidupan sehari-hari, Ketrampilan Informasi dalam Pembelajaran (Bahasa Indonesia, IPS, dan IPA), Membaca ekstensif dalam pembelajaran Bahasa Inggeris.  Diharakan para dosen bisa mengintegrasikan mater-materi tersebut dalam perkuliahan di kampus,” ujarnya.n riq
Reportase Lokakarya Nasional Sosialisasi Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di Kelas Awal SD/MI dan SMP/MTs: Bahan Rujukan Bagi LPTK
Prof Warsono: Guru yang Baik Diproduksi oleh LPTK yang Cara MengajarnyaBaik
Sebanyak 95 peserta dosen dari 16 perguruan tinggi pencetak guru/Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) mengikuti kegiatan Lokakarya Nasional Sosialisasi Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di Kelas Awal SD/MI dan SMP/MTs: Bahan Rujukan Bagi LPTK. Kegiatan digelar oleh USAID PRIORITAS mulai 26 April 2016 hingga 28 April 2016. Selama 3 hari peserta diberikan beragam materi yang dibagi dalam 6 kelas, yakni kelas awal untuk dosen PGSD dan PGMI, serta materi untuk SMP/MTs bagi dosen yang mengajar di jurusan IPA, Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan IPS.
Pembukaan kegiatan yang dibuka langsung oleh Rektor UNESA Prof Dr Warsono MS menyampaikan, selayaknya pelatihan yang dihadiri oleh para dosen ini juga menjadi moment refleksi bagi para dosen, apakah selama ini sudah melaksanakan pembelajaran yang baik sehingga menghasilkan calon guru yang baik pula. “Kualitas Pendidikan ditentukan oleh kualitas guru. Dan guru yang baik diproduksi oleh LPTK yang baik pula dari cara mengajarnya. Saya sudah mengikuti  perkembangan program USAID PRIORITAS yang memberikan banyak manfaat bagi LPTK. Lokakarya ini menjadi kesempatan yang bagus bagi para dosen untuk memperluas pengetahuan dan pengalaman sekaligus menjadi bahan refleksi dalam rangka peningkatan kualitas mengajar secara terus menerus sehingg bisa menjadi model bagi para mahasiswa calon guru,” terangnya.
Dijelaskan oleh Ajar Budi Kuncoro selaku Koordinator Ahli Pengembangan LPTK dan Pemangku Kepentingan USAID PRIORITAS, kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang komprehensif kepada para dosen terkait materi pembelajaran yang digunakan di sekolah.  Dengan demikian para dosen bisa membekali para mahasiswanya yang calon guru untuk siap terjun langsung sebagai guru yang profesional.
Ajar Budi Kuncoro menambahkan bahwa materi untuk kelas awal berkaitan dengan strategi pembelajaran membaca berjenjang.  Sedangkan untuk materi SMP meliputi: Kaji Ulang implementasi dari pelatihan sebelumnya (modul 1 dan modul 2), Penilaian Autentik, Matematika dalam kehidupan kehidupan sehari-hari, Ketrampilan Informasi dalam Pembelajaran (Bahasa Indonesia, IPS, dan IPA), Membaca ekstensif dalam pembelajaran Bahasa Inggeris.  Diharakan para dosen bisa mengintegrasikan mater-materi tersebut dalam perkuliahan di kampus.
Selain diberikan materi pelatihan, para dosen yang menjadi peserta lokakarya juga wajib melakukan kegiatan praktik mengajar di kampus. Praktik mengajar di kampus dipusatkan di Universitas Negeri Surabaya (UNESA) Kampus Ketintang dan Lidah Wetan serta Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (UINSA).
Banyak kegiatan menarik yang dilakukan oleh peserta pelatihan. Drs Asep Syarif Hidayat, MSi yang merupakan Dosen Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung yang melakukan praktik mengajar Matematika di Fakultas Tarbiyah UINSA meminta mahasiswa untuk mengukur luas Masjid UINSA sebagai bagian dari soal cerita tentang kebutuhan cat di masjid, tanpa harus berkeliling masjid atau naik hingga ke atas masjid. Siswa dengan antusias berhasil menemukan cara bagaimana mengetahui secara keseluruhan luas masjid dan menemukan berapa liter cat yang dibutuhkan untuk mengecat seluruh masjid.
Prof Dr Ani Rusilowati MPd yang mengajar mahasiswa semester VI di Jurusan IPA UNESA mengajarkan tentang tema ‘Cara Bijak Menggunakan Deterjen’. Mahasiswa melakukan penelitian dengan menggunakan air bersih, air kotor, dan deterjen. Mereka juga diberikan bahan bacaan untuk memperkaya laporannya. “Kesan yang saya dapatkan selama mengajar, bahwa mahasiswa belum dibiasakan melaksanakan keterampilan informasi dengan memperkaya hasil laporannya,” ungkapnya.
Menurut Prof Muchlas Samani selaku Konsultan USAID PRIORITAS untuk LPTK, keterampilan informasi memang harus dibiasakan oleh dosen setiap hari sehingga mahasiswa secara tidak langsung juga akan diikuti oleh mahasiswa. “Mengajar itu memandaikan yang diajar. Dengan pembiasaan dosen mengasah terus keterampilan informasinya setiap hari kepada mahasiswa, maka para mahasiswa juga akan terbiasa melakukan itu. Outputnya si mahasiswa kelak menjadi guru juga akan melakukannya pada siswa di sekolah. Sehingga dosen itu menjadi model untuk mahasiswanya,” terangnya.
Harapannya setelah mengikuti pelatihan ini, para dosen dapat menularkan ilmunya kepada teman-teman dosen lainnya di LPTK masing-masing.
Program USAID Prioritizing Reform, Innovation, Opportunities for Reaching Indonesia’s Teacher, Administrators, and Students (USAID PRIORITAS) adalah program lima tahun senilai $ 83,7 juta yang didanai oleh  United States Agency for International Development  (USAID). Program ini didesain untuk membawa pendidikan berkelas dunia kepada banyak siswa di Indonesia.  Program USAID PRIORITAS diimplementasikan di delapan provinsi yaitu Aceh, Sumut, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan dan Papua  [riq]

Tags: