Mahasiswa PPNS Raih Beasiswa Joint Degree ke Perancis

BPKLN Kemendikbud menyerahkan beasiswa joint degree ke Perancis untuk empat mahasiswa PPNS, Minggu (24/8).

BPKLN Kemendikbud menyerahkan beasiswa joint degree ke Perancis untuk empat mahasiswa PPNS, Minggu (24/8).

Surabaya, Bhirawa
Untuk pertama kalinya mahasiswa dari politeknik bidang teknik di Indonesia memperoleh kesempatan mengikuti program rintisan joint degree ke beberapa universitas di Perancis. Mereka yang beruntung itu adalah para mahasiswa asal Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS).
Terdapat empat mahasiswa PPNS yang berkesempatan dalam rintisan program ini. Di antaranya ialah, Dyah Apretta Rahmasari dan Irwinanda Satria Putra dari jurusan D4 Teknik Otomasi. Sedangkan dua lainnya ialah Bimantara Adi Withaka dan Dynar Hyldajune Rizky Anjani dari jurusan D4 Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Kepala Bagian Kerjasama Internasional PPNS Dr Mat Syai’in mengatakan, keempat mahasiswa ini akan melanjutkan studi di empat universitas berbeda di Perancis. Universitas yang akan dituju itu antara lain Université d’Orléans, Université d’Auvergne, Université du Littoral Cote D’Opale dan Université de Caen Basse Normandie. “Program rintisan joint degree ini akan memberi peluang bagi mahasiswa D4 PPNS untuk melaksanakan studi tahun terakhir dengan program Licence Profesionnelle di Perancis,” kata Syai’in usai acara pemberian beasiswa joint degree di Gedung Grha Dewa Ruci PPNS, Minggu (24/8).
Masing-masing mahasiswa tersebut mendapat beasiswa unggulan dari Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri (BPKLN) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
Untuk memperoleh beasiswa dalam program ini, Syai’in mengatakan, semua mahasiswa semester VI memiliki kesempatan. Namun berbagai tahap seleksi yang harus dilalui. Di antaranya ialah Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) minimal 3,4  dan lolos interview. Setelah lolos dari dua syarat tersebut, mahasiswa diwajibkan mengikuti kursus intensif Bahasa Perancis selama lima bulan. Selama kursus berlangsung, pihak PPNS mencarikan universitas tujuan di Perancis.
“Jika skor bahasa Perancis yang mengikuti kursus tersebut memenuhi syarat, mereka bisa diterima. Tapi yang tidak mencukupi skornya berarti gagal,” kata dia.
Syai’in menambahkan, tidak mudah bagi mahasiswa PPNS untuk mengikuti kursus intensif.  Sebab, jadwal kuliah di Politeknik sudah sangat padat. Sedangkan kursus intensif harus dilaksanakan enam hari dalam sepekan. “Bisa dibayangkan, kuliahnya mulai pukul 07.00 sampai 15.00 kemudian lanjut dengan kursus intensif setiap hari selama lima bulan. belum lagi tugas kuliah mereka yang harus dikerjakan di rumah,” tutur dia.
Pada program yang masih bersifat rintisan ini,  pihak PPNS juga dihadapkan dengan tantangan untuk mendapatkan universitas patner di Perancis yang mau bekerjasama. Sebab, program joint degree ini merupakan pertama kalinya dilakukan oleh politeknik di Indonesia. “Jadi butuh banyak upaya untuk merealisasikannya,” tutur dia.
Dalam kesempatan itu, Koordinator Beasiswa Unggulan BPKLN Kemendikbud Dr AB Susanto menyerahkan secara langsung beasiswa untuk keempat mahasiswa tersebut. Susanto mengatakan, tantangan Indonesia di masa mendatang semakin besar. Ini seiring dengan diberlakukannya Asean Economic Community (AEC) 2015 yang menuntut Sumber Daya Manusia unggul dan mampu bersaing dengan negara lain.
“Salah satu cara untuk bersaing adalah menempuh pendidikan lanjutan di luar negeri. Pemerintah sudah memberi kesempatan melalui beasiswa unggulan program joint degree seperti yang sudah diperoleh empat mahasiswa PPNS ini,” pungkasnya. [tam]

Tags: