Mahasiswa Teknik Industri Membatik di Kain Sepanjang Lima Meter

Sejumlah mahasiswa jurusan teknik industri membatik bersama di STTS Surabaya. Kegiatan yang diikuti sekitar 50 mahasiswa tersebut sebagai bentuk melestarikan budaya warisan di dunia dari Indonesia. [gegeh bagus setiadi]

Peringati Hari Batik Nasional
Kota Surabaya, Bhirawa
Siapa bilang mahasiswa teknik industri tidak bisa menghasilkan karya seni. Mahasiswa teknik industri juga sering disebut hanya berkutat dengan ilmu-ilmu teknik saja. Namun anggapan tersebut berhasil ditepis oleh mahasiswa Teknik Industri Sekolah Tinggi Teknik Surabaya (STTS.
Sebanyak 50 mahasiswa sengaja meluangkan waktu kuliahnya untuk membatik. Meski kegiatan membatik tidak masuk dalam kurikulum, mereka tampak antusias mencoba memakai canting tradisional. Hal ini dilakukan sebagai wujud cinta budaya dan tanah air Indonesia pada Hari Batik Nasional yang jatuh pada pada Senin (2/10).
Pantauan Bhirawa, ruang serba guna kampus STTS berubah menjadi nuansa Jawa. Setiap sudut pilar terbalut kain batik. Suara gendhing-gendhing Jawa pun terdengar merdu. Dengan diiringi tarian khas Surabaya Rek ayo Rek, mahasiswa teknik industri kian bersemangat menggoreskan cantingnya di kain putih sepanjang lima meter.
Tiga kompor untuk melelehkan lilin itu dikerubuti para mahasiswa. Mereka bergantian mengisi canting dengan lelehan lilin yang dipanaskan. Sedikit demi sedikit pola tersebut telah penuh dengan goresan lilin cair. Dengan mengenakan batik dan bagi laki-laki dilengkapi dengan blangkon semakin menambah kekentalan nuansa jawa.
Kesulitan dalam membatik tersebut akhirnya menghinggapi beberapa mahasiswa. Salah satunya Sheron Claudia. Mahasiswa teknik industri semester III ini sempat kesulitan pada saat harus mengikuti pola batik yang sudah ada dalam kain. “Ini baru pertama membatik. Jadi sempat canggung dan kesulitan karena harus mengikuti pola di kainnya,” kata Sheron di sela membatik.
Perempuan berkacamata ini mengaku bangga bisa membatik di Hari Batik Nasional. Sebab, batik sendiri adalah ciri khas Bangsa Indonesia. “Batik kan ciri khas Indonesia, kita harus bangga bisa membatik meski baru belajar,” imbuhnya.
Kesulitan serupa juga dialami mahasiswa semester V, Narulita. Ia mengungkapkan pernah membatik saat semester I. Namun ia mengakui cukup sulit memakai canting untuk membatik. Apalagi ia baru kali pertama memakai canting tradisional. Sebelumnya ia menggunakan canting listrik untuk membuat pola batik dengan lilin.
Selain membatik, ia dan teman-temannya juga dikenalkan berbagai permainan,makanan hingga tarian tradisional khas Jawa. Hal yang baginya cukup baru, apalagi selama ini berasal dari Bali. “Budayanya beda sekali dengan di Bali, lebih kental Jawanya. Tapi juga tidak kelihatan terlalu Hindu, ini unik sekali. Jadi saya terus ikut setiap ada kegiatan membatik bersama di kampus,” ungkap alumnus SMA Taman Prama Denpasar ini.
Sementara, Koordinator Pelaksana Kelvin ST MM mengatakan bahwa pada Hari Batik Nasional mengenalkan bahwa anak teknik juga bisa membatik. “Jadi bukan anak seni saja, tapi anak teknik juga bisa membatik,” terang Kelvin.
Menurut Kelvin yang juga Dosen Teknik Industri STTS, dalam kegiatan membatik bersama di atas selembar kain putih diawali pembuatan pola batik yang dibuat sendiri oleh mahasiswa. Selanjutnya, mulai membubuhkan lilin cair menggunakan canting dengan dilanjut proses pewarnaan, penjemuran, dan peluruhan lilin. “Sebenarnya canting elektrik sudah makin popular dipakai secara komersial. Tapi dalam kegiatan ini memang sengaja menggunakan alat dan urutan proses tradisional secara utuh,” tambahnya.
Guna bisa merasakan keaslian kompleksitas proses membatik, lanjut Kelvin, mengandung makna filosofis kerja atau kriya yang sangat tinggi. Yakni ketekunan dan kesabaran. “Secara khusus mahasiswa kami beri tugas untuk melakukan observasi berbasiskan ergonomi tentang kenyamanan proses membatik tradisional. Ergonomi adalah salah satu ilmu dasar teknik industri untuk menganalisis pengaruh human factors terhadap cara kerja,” jelasnya.
Sementara itu, ditambahkan Yanti humas STTS bahwa kegiatan dalam rangka Hari Batik Nasional ini juga mengingatkan mahasiswa bahwa warisan budaya tradisi ini harus dijaga kelestariannya. “Semoga para mahasiswa punya kesadaran untuk ikut menjaga warisan budaya tradisi asli bangsa ini. Batik ini kekayaan bangsa yang wajib dijaga dan dilestarikan,” pungkasnya. [Gegeh Bagus S]

Tags: