Mahasiswa Undika Ciptakan Alat Deteksi Dini Longsor

Badrut Tamam, mahasiswa Universitas Dinamika (Undika) menunjukkan alat untuk pendeteksi longsor sejak dini.

Surabaya, Bhirawa
Intensitas hujan yang tinggi sering memicu terjadinya tanah longsor. Utamanya di daerah lereng pegunungan dan bukit, akibatnya tak sedikit korban berjatuhan karena tak ada peringatan dini terjadinya bencana ini. Hal inilah yang mendorong Badrut Tamam, mahasiswa Universitas Dinamika (Undika) membuat alat untuk pendeteksi longsor sejak dini.
“Seringnya terjadi bencana longsor di beberapa daerah ini yang melatari saya membuat alat pendeteksi ini. Mungkin dengan adanya sebuah peringatan dini dan adanya alat ini dapat mengurangi adanya korban jiwa,” ujar dia, Minggu (23/2).
Alat pendeteksi yang dimaksud yakni sebuah sistem transmisi LoRa yang difungsikan untuk mengirim nilai curah hujan, dan pergeseran tanah pada alat pendeteksi. Maka dia berharap dengan adanya inovasi yang dibuat, penduduk lebih bersiaga mencari keamanan ketika ada peringatan longsor.
“Jadi ada masternya yang digunakan untuk memperigati masyarakat adanya deteksi longsor,” kata Badrut.
Mahasiswa asal Bawean Gresik ini menjelaskan, alat yang dibuatnya memang dikhususkan untuk rumah penduduk yang berada di kaki bukit. Cara kerja alat pendeteksi ini cukup sederhana. Yakni dengan menilai tingginya curah hujan dan pergeseran tanah.
Setiap ada nilai dari curah hujan dan pergeseran tanah akan ditampjlkan pada alat peringatan dini, dengan memberikan empat tingkat status dan indikator lampu. Pertama curah hujan rendah dan pergeseran rendah termasuk status aman, maka lampu putih menyala. Sedangkan untuk curah hujan tinggi dan pergeseran tanah rendah masuk dalam status siaga satu, dengan lampu hijau menyala.
“Sementara untuk siaga dua ini terjadi ketika curah hujan rendah dan pergeseran tanah tinggi akan menyalakan lampu kuning dan sirine berbunyi. Termasuk di siaga tiga ketika curah hujan tinggi diiringi pergeseran tanah yang tinggi ini, akan memberikan sinyal lampu merah menyala dan sirine berbunyi,” jabarnya.
Menariknya, inovasinya ini diakui Badrut tanpa menggunakan jaringan internet saat pengiriman sinyal deteksi longsor. Hanya menggunakan sinyal frekuensi dengan tingkat akurasi 80%. Kendati begitu, Badrut akan mengembangkan inovasinya ini dengan menggunakan andorid.
“Jadi kalau ada sebuah peringatan yang dikirim melalui sistem transmisi LoRa bisa diketahui lewat andorid,” jelas mahasiswa kelahiran Gresik, 24 tahun ini.
Sementara itu, Dosen Pembimbing Tugas Akhir, Heri Pratikno menuturkan, inovasi yang ditampilkan mahasiswa sangat beragam. Pihaknya mengarahkan pada smart home atau smart house yang berbasis Internet of Things (IoT).
Jadi internet bernilai sesuatu, alat – alat apapun ketika tidak terhubung internet, maka dia tidak bernilai sesuatu, inovasi ini akan bernilai sesuatu ketika terkoneksi dengan internet. Alat inovasi yang dibuat relatif sederhana dengan ukuran kecil dan bisa menggunakan bluetooth, internet dan wifi.
“Saya berharap semakin banyak inovasi yang bermanfaat untuk masyarakat. Jadi kami akan selalu berinovasi walaupun itu sekecil apapun harus diwujudkan agar bermanfaat untuk masyarakat. Tujuan ini bisa segera diangkat jadi tugas akhir oleh mahasiswa,” pungkasnya.
Alat Pendeteksi Badrut Taman merupakan salah satu dari 16 inovasi teknologi yang pamerkan di di Gedung Biru lantai Undika. Inovasi ini merupakan hasil Tugas Akhir (TA) mahasiswa S1 Teknik Komputer. [ina]

Tags: