Mahasiswa Universitas Brawijaya Juarai Kompetisi Desain Inovasi

Selain Gatot Imam S, Tim Witter-64 bersama dengan Irma Yunita, dan Dhiya Ulhaq A. Mahasiswa Teknik Pengairan ini berhasil menjadi juara proyek desin inovasi Bajir Citarum.

Bahas Solusi Banjir Citarum
Malang, Bhirawa
Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Brawijaya (UB) Malang, Gatot Imam S, berhasil meraih juara pertama di ajang Design Innovation Project 2018 yang digelar Himpunan Mahasiswa Sumber Daya Air (Himasda) Institut Teknologi Bandung (ITB).
Tim UB Malang bernama Tim Witter-64 ini berhasil membawa pulang gelar juara setelah berhasil menganalisa tentang permasalahan banjir di Sungai Citarum.
Gatot Imam S, yang juga ketua tim Witter -64, mengutarakan kompetisi tersebut dimulai sejak Oktober 2018 lalu. Para peserta yang terdaftar akan dinilai proposalnya oleh para juri supaya lolos ke tahap final.
“Penilaian ini berlangsung sangat ketat, karena dari penilaian juri yang berhak untuk mengikuti babak final yang akan berlomba pada 17 sampai 19 Januari 2019 hanyalah lima tim,” kata Gatot, Selasa 22/1 kemarin.
Selain Gatot, Tim Witter-64 terdiri dari Irma Yunita, dan Dhiya Ulhaq A. Mahasiswa Teknik Pengairan ini berhasil mengalahkan tim lainnya yang lolos ke babak final. Mereka berasal dari Universitas Jember, Universitas Gajah Mada, Universitas Pendidikan Indonesia, dan Institut Teknologi Bandung.
Ia menyampaikan, tema yang diusung dalam kompetisi ini adalah pengendalian banjir terpadu dalam mencapai visi pembangunan nasional di daerah aliran Sungai Citarum, khususnya daerah Daeyeuhkolot, Kabupaten Bandung.
Ia menyatakan, berasal dari permasalahan sungai Citarum yang sering terjadi banjir, tim Witter-64 menganalisa alasan dibalik fenomena tersebut. Ternyata, banjir yang terjadi disebabkan oleh sedimentasi yang menyebabkan pendangkaalan. Sedimentasi yang terjadi karena adanya erosi lahan, limbah cair dan limbah sampah.
“Ide yang kami bawakan untuk pengendalian banjir terpadu di Sungai Citarum sebenarnya cukup sederhana, yakni dengan menggunakan dua perencanaan. Yaitu perencanaan struktural dan non-struktural,” ujar Gatot.
Perencanaan struktural yang dimaksud, adalah dengan cara normalisasi atau pengerukan sedimen di dasar Sungai Citarum untuk menambah kapasitasnya dengan melebarkan penampang sungai.
Untuk memaksimalkan normalisasi, tim ini mengusulkan konsep ‘green barrier’ atau sering disebut penghijauan di sempadan sungai menggunakan pohon Rasamala. Pohon ini dapat mengurangi limpasan air permukaan dan dapat mengurangi erosi.
Selanjutnya, lanjut dia, terdapat perencanan IPAL untuk mengurangi pencemaran limbah domestik rumah tangga. Sedangkan perencanaan non-struktural berkaitan dengan pembuatan regulasi, edukasi masyarakat, dan adanya penunjang struktural seperti relokasi dan revitalisasi.
Dengan prestasi ini, pihaknya berharap dapat memotivasi mahasiswa lain dalam mengembangkan kemampuan dalam diri untuk memberikan prestasi yang terbaik untuk nama besar jurusan, fakultas dan Universitas.
“Ini prestasi yang membanggakan kita berharap bisa memacu pada mahasiswa lain untuk berprestasi,” tutupnya. [mut]

Tags: