Mahasiswa Untag Temukan Teknologi Pendeteksi Ikan Berbasis Android

Afis Sabi Marury mencoba alatnya berupa fish finder yang terhubung dengan smartphone android di kolam ikan Untag Surabaya, Kamis (31/1). [adit hananta utama]

Harapan Baru Nelayan Kecil Miskin Teknologi
Kota Surabaya, Bhirawa
Indonesia memiliki potensi kemaritiman yang sungguh luar biasa. Namun, kekayaan itu tak mungkin bisa direngkuh dengan hanya mengandalkan kail dan jala. Butuh sentuhan baru untuk mengoptimalkannya. Khususnya bagi mereka nelayan gurem yang miskin teknologi. Syaratnya, harus murah dan tepat guna seperti halnya pendeteksi ikan karya mahasiswa Universitas 17 Agustus (Untag) Surabaya ini.
Dua bulan melakukan riset, Afis Saby Maruri berhasil merekayasa teknologi bernilai puluhan juta rupiah menjadi hanya ratusan ribu. Teknologi berupa fish finder (pencari ikan) yang umumnya berbasis Global Positioning System (GPS) diubah wujud dan aplikasinya menggunakan sistem android. Kemarin, Afis mendemonstrasikan ciptaannya itu di kampusnya yang terletak di Jalan Semolowaru Surabaya, Selasa (31/1).
“Alat ini sebenarnya tidak hanya cocok untuk nelayan kecil, tetapi juga nelayan yang menggunakan perahu besar. Namun, masih perlu beberapa pengembangan sehingga berfungsi lebih maksimal,” kata Afis.
Mahasiswa Teknik Informatika semester 7 ini menjelaskan, ada tiga fungsi yang menempel pada alatnya. Di antaranya ialah displai grafik dasar laut yang berguna untuk mengetahui kontur tanah di dasar laut. “Jika grafiknya lurus, berarti konturnya datar. Tapi kalau grafiknya naik turun, berarti kontur tanahnya bergelombang atau berbatu. Grafik itu bisa dilihat melalui smartphone,” kata dia.
Fungsi kedua ialah displai kamera yang berfungsi untuk memastikan bahwa sinyal yang diterima melalui sensor sonar benar-benar ikan atau bukan. Kelemahannya, kamera yang digunakannya tidak mampu melihat saat kondisi air keruh. “Dibutuhkan kamera infrared agar pendeteksinya berfungsi maksimal,” kata dia.
Terakhir, fungsi alatnya juga dilengkapi dengan sensor pemanggil ikan. Alat yang digunakan ialah sensor buzzer 5 volt yang mampu menjangkau hingga radius 2-3 meter. Sensor buzzer  tersebut mampu mengeluarkan frekuensi suara antara 500 Hz hingga 1.000 Hz. Seluruh alat tersebut dapat dimonitor melalui smartphone yang sudah tertanam aplikasi fish finder karyanya. Sebagai penghubung, Afis menggunakan jaringan Bluetooth. “Ini karena memilih murahnya. Jika ingin lebih stabil lagi, bisa menggunakan pairing wifi yang tidak memerlukan internet,” tutur dia.
Lebih lanjut Afis menjelaskan, alat yang dibuatnya ini mampu berfungsi optimal di perairan dengan kedalaman minimal 30 cm. Sementara jangkauan maksimalnya hingga 3 meter. “Sebagai daya saya gunakan power bank agar lebih awet daripada baterai,” tutur Afis.
Fungsi pendeteksi ikan, lanjut dia, bertumpu pada sensor sonar. Dalam prototipenya itu, Afis masih menggunakan sonar single beam. Dengan sonar semacam ini, jangkauan ikan diakuinya masih cukup terbatas. “Kalau ingin ditingkatkan bisa menggunakan sensor sonar multi beam. Dengan alat itu, nelayan tidak hanya bisa mendeteksi ikan melainkan juga mendeteksi jumlahnya,” tutur dia.
Seluruh perangkat ini, dirakitnya selama kurang lebih tiga minggu lamanya. Sementara modal yang dikeluarkan hanya Rp 400 ribu. “Saya hanya butuh beli alat-alatnya. Karena semua aplikasinya saya buat sendiri,” pungkas dia. [Adit Hananta Utama]

Tags: