Mahasiswa Unusa Deklarasi Tolak Terorisme

Kombes Pol Rudi Setiawan, Petinggi Unusa dan Puluhan Mahasiswa Deklarasikan Tolak Paham Radikalisme dan Terorisme, Jumat (13/4) di UNUSA.

Surabaya, Bhirawa
Kapolrestabes Surabaya Kombes Pol Rudi Setiawan, Jumat (13/4) memberikan kuliah umum di hadapan puluhan mahasiswa Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (UNUSA). Dalam lawatannya tersebut, Ia memaparkan beberapa poin penting perihal radikalisme dan terorisme. Diungkapkan Kapolrestabes Surabaya Rudi Setiawan bahwa domain ekstremisme beragama bukanlah dari agama Islam.
“Kita tegaskan bahwa domain ekstremisme beragama bukanlah dari Islam, semua agama berpotensi” ungkapnya. Namun, lanjut dia, tidak ada agama yang mengajarkan pada kekerasan, semua agama mengajarkan kebaikan.
“Oknum inilah yang harus kita ‘bersihkan’, agar tidak meresahkan banyak orang” imbuhnya.
Kombes Pol Rudi Setiawan juga menekankan bahwa mahasiswa sebagai Agnet Of Change harus bisa meminimalisir terjadinya paham yang salah, termasuk dalam memilih teman dan beguru pada guru agama.
Sementara itu, Waki Rektor Unusa Prof. Kacung Marijan mengungkapkan bahwa pada prinsipnya pihaknya berpegang pada ajaran-ajaran agama islam moderat, toleran dan bentuk perilaku. Ia meyakini, jika hubungan baik yang terjalin antara pihak unusa dengan mahasiswanya akan meminimalisir paham radikalisme dan terorisme di kampus Unusa.
“Kita punya hubungan yang baik dengan mahasiswa. Sejauh ini tidak ada masalah dengan paham tersebut maupun. Dan mudah-mudahan tidak pernah menjangkiti kampus kami” ujarnya
Diakuinya, bahwa pihaknya juga mengembangkan hubungan baik yang terjalin dengan mahasiswa untuk mengetahui satu sama lain, antar mahasiswa. “Kalau sekiranya ditemukan perilaku ekstremisme antar mahasiswa, kita ketahui dengan mudah” imbuhnya.
Prof. Kacung Marijan juga menjelaskan, jika nantinya ada mahasiswa nya yang terindikasi bergabung dalam kelompok radikal dan terorisme, pihaknya lebih memilih melakukan konfirmasi, di bandingkan melakukan penghukuman dini.
Beberapa peserta diskusi yang hadir siang itu yang juga mahasiswa PGSD, yaitu Nia Safitri, Aisyah Maulidiyah, dan Ulvi Laily, berpendapat jika dalam mempelajari sebuah agama tidak perlu fanatik.
“Memperdalam agama misalnya, kita tidak perlu terlalu fanatik, tapi harus terbuka dengan agama lain dan menerima perbedaan yang ada” ungkapnya. Sehingga, imbuhnya, dengan pemikiran yang terbuka tersebut bentuk toleransi dan paham radikal maupun terorisme akan terpatahkan dengan sendirinya. [ina]

Tags: