Makam Belanda di Peneleh Makin ‘Sekarat’

2-poto baner(Puluhan Miliar untuk UN Habitat)

Surabaya, Bhirawa
Puluhan miliar dikucurkan dari APBD Kota Surabaya tahun anggaran 2015 untuk menyambut pelaksanaan Prepatory (Prepcom) 3 for UN Habitat III pada 25-27 Juli 2016. Belum lagi partisipasi banyak pihak melalui program corporate social responsibility (CSR).
Ketua DPRD Surabaya Armuji disela inspeksi mendadak (sidak) di kawasan Jalan Makam Peneleh mengatakan, pemkot mengalokasikan anggaran Rp30 miliar untuk persiapan UN Habitat. “Kalau bisa anggaran itu jangan untuk perbaikan Jalan Tunjungan, mengebut penyelesaian box culvert saja. Tapi makam Belanda Peneleh ini harus juga mendapat perhatian, sentuhan pemkot. Karena apa? Peserta UN Habitat ada sekitar 6.000 orang dari sekitar 150 negara. Tentu aka nada peserta dari Belanda, dan akan mengunjungi makan belanda di Jalan Makam Peneleh ini,” kata Armuji saat di makam Peneleh, kemarin.
Armuji yang sudah duduk 4 periode di dewan ini minta pemkot memasang lampu penerangan, paving di makam Belanda di Peneleh. “Dipasang lampu biar tidak terkesan sangar, gelap, jangan sampai makam ini disalahgunakan orang. Dipaving supaya kalau hujan jalan dalam makam tetap bisa dilalui,” imbuhnya.
Makam Belanda Peneleh, kata Armuji, sudah tidak digunakan. Berbeda dengan makam Tionghoa yang bersebelahan dengan makam belanda di Kembang Kuning, Kecamatan Sawahan yang masih aktif hingga kini. Makam Belanda Peneleh yang sejak lama tidak aktif diminta dirawat. “Kalau ada peserta UN Habitat asal Belanda dan datang ke makam leluhurnya kan memalukan kalau tidak terawatt. Mereka akan membawa cerita sekembalinya ke negaranya. Ini juga menyangkut citra Surabaya di mata dunia,” paparnya.
Armuji membandingkan keberadaan makam di Vietnam serta Jerman yang justru terawatt dan menjadi tujuan wisata. Bahkan di Jakarta banyak makam tua yang menjadi obyek dan tujuan wisata (ODTW). Bahkan makam di ibu kota itu untuk lokasi pemotretan.
“Surabaya harus bisa meniru ini. Disbudpar dan DKP (Dinas Kebersihan dan Pertamanan) harus koordinasi dalam mengelola makam Belanda ini. Di Jerman dan Vietnam, makamnya hanya kotak-kotak begitu saja. Di makan Belanda ini ada granit, marmer dan pagar baja dengan ornamen-ornamen. Lebih menarik makam Belanda di Peneleh ini kalau dijadikan jujugan wisata,” urainya.
Terkait gorong-gorong di Jalan Makam Peneleh, Armuji juga meminta Pemkot melakukan normalisasi. Banyak gorong-gorong tidak bersfungsi karena bagian atasnya berdiri bangunan permanen. Akibatnya, banjir ketika hujan.
Armuji juga berjanji akan mengusulkan ke DKP supaya menutup bangunan makam yang berlubang karena sisa jasad yang ada diambil keluarga dan diboyong ke Belanda. Selain itu ada bangunan berlubang karena sisa pencurian benda berharga dalam makam. Banyak patung-patung serta properti makam yang hilang.
“Jangan dibiarkan lubang seperti ini. Memang ini cagar budaya, tidak dalam artian tidak boleh diotak-atik. Kalau lubang seperti ini ditambal semen kan akan menjadi baik dari sisi estetika dan supaya kerusakan tidak tambah parah,” sarannya.
Sementara itu, petugas penjaga makam Belanda di Peneleh, Buchori mengaku ada 9 orang penjaga yang dipekerjakan DKP. Termasuk 2 orang di antaranya penjaga makam. “Rumput liarnya dipotongi. Penjaga makam pernah menangkap orang yang berupaya mencuri dari makam, sempat dihajar,” tutur Buchori yang mengaku menjadi pekerja honorer DKP.
Terpisah, Direktur Sjarikat Poesaka Surabaya Freddy H Istanto mengatakan, jika makam Belanda di Peneleh dirawat, tidak kalah dengan Pere Lachaise di Perancis. Menurutnya, pemkot tidak memiliki visi pelestarian bangunan dan situs cagar budaya. “Surabaya kota pahlawan, kota Sejarah. Orientasi pembangunannya jangan mengesampingkan nilai sejarah. Banyak gedung bertingkat bermunculan. Ini bisa mengancam eksistensi bangunan serta situs cagar budaya,” pungkasnya.
Respon Positif
Kesiapan Kota Surabaya menggelar agenda internasional, Prepatory (Prepcom) 3 for UN Habitat III pada 25-27 Juli 2016 mendatang, mendapat respons positif dari perwakilan UN Habitat dan juga Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PU PR). Termasuk kesiapan terkait keamanan. Bahwa kondisi Kota Surabaya kondusif dan sudah siap menyambut ribuan delegasi dari 193 negara.
Respons positif tersebut disampaikan oleh perwakilan dari UN Habitat dan juga Kementrian PUPR ketika rapat koordinasi terkait persiapan pengamanan Prepcom 3 UN Habitat III di ruang sidang wali kota di Balai Kota Surabaya, Senin (13/6).
Hadir dalam rapat tersebut, Asisten I Sekkota, Yayuk Eko Agustin, Asisten III Sekkota, Hidayat Shah, Kepala Bakesbang Linmas Kota Surabaya, Soemarno, Kepala Dinas Pemadam Kebakaran, Candra Oratmangun, Kepala Bagian pemerintahan Eddy Chrisjanto. Juga personel dari Satpol PP, Dinas Kesehatan, Bagian Perlengkapan dan Bagian Humas. Serta dari Polda Jatim, Polrestabes Kota Surabaya dan Polres Tanjung Perak.
“Agenda Prepcom III ini sangat penting. Kami melihat Surabaya sudah melakukan banyak persiapan. Termasuk juga memiliki rencana pengamanan. Yang terpenting, kami akan melihat langsung ke lokasi,” ujar Xavier Mestres, perwakilan dari UN Habitat.
Repons bagus juga disampaikan Sekretaris Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan Kementrian PU PR, Iwan Nurwanto. Menurutnya, untuk pengamanan lokasi sidang sudah siap semua. Apalagi nanti nya juga akan ada pengamanan dari PBB di lokasi yang masuk kategori blue zone. “Untuk yang pengamanan dari PBB, kita mendukung secara fisik. Intinya kita sudah siap. Surabaya sudah siap untuk pengamanannya,” ujar Iwan.
Rapat koordinasi tersebut tidak berlangsung lama. Tidak sampai satu jam, rombongan dari UN Habitat, Kementrian PUPR dan Pemkot Surabaya bersama jajaran Polda, Polrestabes dan Polres Pelabuhan Tanjung Perak, melakukan inspeksi mendadak (Sidak) ke Grand City sebagai lokasi sidang UN Habitat. Mereka meninjau ruangan Convention Hall yang nantinya diplot sebagai ruangan utama konferensi. Juga Ballroom yang akan dipakai untuk working group. (geh.gat.dre)

Tags: