Makin Terpuruk di Incheon

karikatur Macan AsiaSeluruh bangsa-bangsa di dunia kini meyakini, bahwa tingkat kesejahteraan suatu negara akan tergambar pada prestasi olahraganya. Itu terbukti pada penyelenggaraan Olympiade yang selalu dirajai oleh Amerika Serikat. Dan runner-up  selalu Uni Soviet, atau negara Eropa lainnya. Itu dulu. Seiring perkembangan perekonomian, kini negeri Tiongkok nyata-nyata melesat ke puncak prestasi. Pada Olympiade tahun 2012 lalu, China menempati urutan teratas sampai H-1 penutupan (hari kesebelas).
Pada saat penutupan, China hanya kalah tipis dari Amerika Serikat (4 emas dan 6 perunggu). Tetapi kebanggaan China, bahwa seluruh atletnya asli warga negara Tiongkok, bukan hasil asimilasi dari negara lain. Sebagai runner-up Olympiade2012, dan sekaligus juara bertahan Asian Games, China berambisi untuk menunjukkan diri sebagai  “raja” Asia. China memang patut menjadi juara umum Asian Games XVII ini, karena tingkat perekonomiannya juga yang tertinggi di Asia. Bahkan dunia.
Perhelatan Asian GamesXVIIdi Incheon (Korea Selatan) sudah memasuki hari ke-7. Tapi posisi kontingen Indonesia masihberada di peringkat ke-17. Bagaimana bisa berprestasi pada Asian Games XVIII di Jakarta 2018? Masih diperlukan goodwill bersama seluruh stake holder keolahragaan. Serta melepaskan diri dari jerat politik dan nafsu ber-korupsi.
Indonesia selalu rutin mengikuti perhetalan sejak Asian GamesI, tahun 1951. Bahkan pada Asian Gameske-4 tahun 1962 menjadi tuan-rumah. Masa itu sekaligus sebagai puncak kejayaan Indonesia, sukses menjadi runner up. Perolehan medali memang cukup spektakuler, 21 emas, 26 perak dan 30 perunggu. Artinya, 21 kali lagu kebangsaan Indonesia Raya dinyanyikan dengan haru air mata. Karena tiga kali kesertaan sebelumnya lagu kebangsaan belum pernah dinyanyikan.
Menjadi runner up pada ajang Asian Games, saat ini bagai mimpi. Saking mustahilnya. Bahkan sejak empat penyelenggaraan terakhir, kontingen Indonesia terus melorot prestasinya. Peringkatnya terjun ke posisi ke-11, ke-14, sampai terperosok pada posisi ke-15 pada saat  Asian Games XVI di Guangzhou 2010 lalu.  Saat ini di Incheon, banyak negara Asia sudah mulai bangkit prestasinya, seiring peningkatan perekonomian negerinya.
Dalam 10 tahun terakhir negara-negara yang bangkit perekonomiannya adalah, antaralain Vietnam, Myanmar, dan Thailand. Dan terutama (tentu) China.  Tetapi perekonomian Indonesia malah melorot. Hal itu terbukti dari peringkat PDB yang dirilis oleh Bank Dunia. Ini berkonsekuensi dengan prestasi keolahragaan. Misalnya RRC dulu, untuk menyongsong Olympiade 2004 mengalokasikan anggaran lebih dari US$3 miliar (sekitar Rp 27 trilyun).
Anggaran tersebut dialokasikan selama 4 tahun (sejak tahun 2000). Hasilnya, diperoleh 32 medali emas di Olympiade Atena 2004. Kelebihan lainnya, stake holder keolahragaan di China tidak boleh berpikiran politik. Dan yang terpenting tidak ada korupsi!Karena itu China hampir dipastikan bakal merajai Asian Gamesuntuk yang kesembilan kali secara berturut-turut.
Sejak Asian Games IX di Bangkok  (1982) China sudah juara.Sebelumnya, Jepang menjadi “raja” Asia sebanyak delapan kali sejak penyelenggaraan pertama tahun 1951 sampai Asian Games VIII tahun 1978. Itu juga disebabkan perekonomian Jepang menempati urutan teratas di Asia. Peringkat perekonomian itu pula (kedua dibawah China), Jepang diprediksi menjadi runner-upAsian Games Incheon. Itu inharent dengan posisi perekonomian kedua negara di tingkat Asia.
Jargon sukses penyelenggaraan dan sukses prestasi, agaknya sulit diwujudkan pada Asian Games. Pada tataran SEA Games (se-ASEAN) Kontingen Indonesia bisa “berbunyi.” Sebagaimana penyelenggaraan SEA Games XXVI di Jakabaring, Palembang tahun 2011 lalu. Boleh dikata, Indonesia sukses prestasi dan sukses penyelenggaraan. Juga sukses korupsi. Pertandingan belum SEAGamesdimulai, tetapi pengadilan tipikor sudah mendahului di-sidang.

                                                                                        ——————   000   ——————

Rate this article!
Makin Terpuruk di Incheon,5 / 5 ( 1votes )
Tags: