Makna Ramadan dan Peningkatan Kinerja

Oleh:
H Sigit Setyawan
Kepala Dinas PU dan Penataan Ruang Kabupaten Sidoarjo

Bulan Ramadan sering diindetikkan dengan berkurangnya energi dan nampak pada menurunnya kinerja atau menurunnya semangat kerja. Salah satu indikator yang mudah dilihat adalah dikuranginya jumlah jam kerja selama Ramadan bagi para Aparatur Sipil Negara (ASN). Benarkah bulan Ramadan identik dengan kinerja yang menurun?
Pemerintah mengeluarkan kebijakan pengurangan jam kerja dalam bulan Ramadan bagi  para ASN dengan harapan agar para ASN dapat memanfaatkan waktulebih banyak untuk beribadah puasa dan ibadah sunah lainnya. Namun di sisi lain dengan berkurangnya jumlah jam kerja selama Ramadan ini para ASN dituntut untuk dapat menyelesaikan target kinerja yang sama seperti bulan selain Ramadan. Artinya dalam bulan Ramadan, volume waktu kerja berkurang sedangkan kuantitas/kualitas pekerjaan harus meningkat agar target kinerja pada Ramadan setara dengan target kinerja bulan lainnya.
Dalam QS Attaubah 105, Allah berfirman “Dan katakanlah: Bekerjalah kamu, maka Allah dan rasulNya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakannya kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.”  Dalam surat tersebut disebutkan bahwa pekerjaan yang kita laksanakan sesungguhnya akan dilihat orang lain, selain dilihat Allah dan rasulNya serta orang-orang mukmin. Sehingga dalam pelaksanaan kinerja kita wajib memiliki semangat kerja yang tinggi, apalagi di bulan yang penuh rahmat ini. Semangat kerja ini dapat dikelompokkan dalam tiga level yakni kerja keras, kerja cerdas dan kerja ikhlas.

Kerja Keras
Semangat kerja level pertama adalah kerja keras. Kerja keras ini biasanya dimiliki para pegawai level pertama. Pada level ini kepuasan atas pelaksanaan pekerjaan bisa langsung dirasakan. Karena hasil pelaksanaan pekerjaan dapat dirasakan langsung oleh yang melaksanakan sendiri. Kerja keras lebih bermakna pelaksanaan pekerjaan yang hanya mengandalkan fisik. Jenis pekerjaan ini mengandalkan kemampuan taktis. Hal ini biasa dilaksanakan oleh level staf. Staf yang melaksanakan pekerjaan, secara langsung dapat merasakan manfaat  hasil pekerjaannya. Skala ruang manfaat hasil pekerjaan berjangka pendek.

Kerja Cerdas
Semangat kerja level kedua adalah kerja cerdas. Kerja cerdas ini dimiliki para pimpinan level menengah. Pada level ini kepuasan atas hasil pekerjaan tidak bisa langsung dirasakan. Maklum yang melaksanakan pekerjaan adalah pegawai level di bawahnya. Kerja cerdas bermakna pekerjaan yang mengandalkan fisik dan mengandalkan otak. Karena pekerjaan yang dilaksanakan merupakan perpaduan kemampuan taktik dan kemampuan strategi. Pimpinan level menengah ini tidak dapat langsung merasakan hasil pekerjaannya, penilaian hasil pekerjaan diperoleh dari pimpinannya atau satu level di atasnya. Skala ruang dari manfaat hasil pekerjaan berjangka menengah.

Kerja Ikhlas
Semangat kerja level tertinggi adalah kerja ikhlas. Kerja ikhlas ini umumnya dimiliki para pimpinan tinggi. Mereka sudah memiliki jam terbang tinggi, maklum masa kerjanya sudah lama atau bahkan mendekati masa pensiun. Kerja ikhlas bermakna pekerjaan yang mengandalkan otak. Kemampuan strategi sangat dibutuhkan untuk level pimpinan tinggi ini. Hasil pelaksanaan pekerjaan tidak bisa langsung dinikmati/dirasakan. Maklum sudah level pimpinan tinggi. Pekerjaan level ini dominasi mengandalkan kemampuan strategi. Pimpinan tinggi tidak dapat langsung merasakan hasil pekerjaannya. Bahkan pimpinannya juga tidak dapat memberikan penilaian langsung. Masyarakat yang bisa merasakan hasil pekerjaannya. Skala ruang manfaat hasil pekerjaan bersifat jangka panjang.
Saat ini Ramadan sudah di pertengahan  bulan,  sudahkah kita melakukan muhasabah tentang kualitas puasa kita. Bila puasa diibaratkan dengan semangat kerja maka kualitas puasa pun dapat dikategorikan menjadi tiga kategori. Masuk kategori yang manakah puasa kita?
Jika puasa kita bermakna sekadar tidak makan dan tidak minum maka puasa kita termasuk kategori pertama. Manfaat puasa langsung bisa dirasakan. Dan manfaat dirasakan secara fisik/jasmaniah. Manfaatnya juga hanya bersifat sesaat atau jangka pendek. Manfaat yang bersifat duniawi. Yang didapat hanya lapar dan dahaga. Ibarat pedagang maka masuk kategori pedagang yang rugi.
Puasa jika bermakna tidak makan, tidak minum namun tidak meninggalkan ghibah maka puasa kita masuk kategori menengah. Manfaat puasa tidak bisa langsung dirasakan. Bobot manfaat secara jasmani dan secara rohani seimbang. Pahala puasa dapat namun dosa jalan terus, jika dihitung ibaratnya seperti pedagang yang impas/balik modal.
Menurut Imam Ghozali, jika berpuasa dengan cara mampu menjauhkan semua panca indera dari segala sesuatu yang mengganggu dekat dengan Allah maka puasa seperti ini masuk kategori level tertinggi. Artinya puasa dilakukan dengan fokus kepada Allah. Selain puasa juga menunaikan amalan ibadah lainnya di bulan Ramadan. Manfaat puasa tidak bisa dirasakan sendiri. Yang bisa merasakan manfaatnya adalah masyarakat di sekitarnya. Manfaat yang didapat berupa kesehatan yang bersifat rohaniah. Orang yang mampu seperti ini, menganggap Ramadan sebagai ladang beribadah agar nantinya bisa menjadi pedagang  yang untung besar.
Mari kita manfaatkan sisa Ramadan ini dengan terus meningkatkan kualitas ibadah kita dan kualitas kinerja kita agar kita termasuk golongan muttaqin. *

Rate this article!
Tags: